Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

6 Dongeng Anak Bahasa Indonesia yang Seru dan Menarik Diceritakan

6 Dongeng Anak Bahasa Indonesia yang Seru dan Menarik Diceritakan dongeng anak. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Dongeng memelihara imajinasi, kebajikan, dan kesejahteraan emosional anak-anak sambil menghilangkan kekhawatiran dan ketakutan mereka.

Karena anak-anak tidak dapat mengekspresikan kemarahan, kesedihan, dan bahkan kebencian mereka yang ditujukan kepada orang dewasa (karena mereka bergantung pada mereka), maka anak-anak dapat menggantikan emosi dan agresi alami ini yang dipersonifikasikan oleh penjahat dalam dongeng.

Bersamaan dengan itu, karena emosi mereka diekspresikan dengan cara yang memuaskan, anak-anak kemudian dapat mengidentifikasi dengan karakter yang baik. Mereka sekarang telah menang melawan naga dan penyihir, mereka telah melarikan diri melalui duri hutan yang menakutkan, dan dapat menyelamatkan sang putri atau memperoleh keadilan mereka setelah kesulitan mereka.

Anak-anak juga dapat mengidentifikasi dengan makhluk yang lemah dan kecil, yang mampu mengatasi segala rintangan dan tetap menang, seperti tikus kecil atau pembuat sepatu yang malang. Karena seperti yang sudah saya katakan; jalan cerita dari semua cerita adalah harapan.

Dan itu adalah harapan dan ketakutan, yang pada akhirnya memandu keputusan kita dalam hidup. Itu adalah pilihan yang kita buat setiap hari, dan bertemu dunia dengan harapan adalah sangat penting. Dongeng mengingatkan anak-anak akan hal itu, dan kebijaksanaannya tertanam kuat di dalam jiwa mereka. Dongeng memungkinkan ekspresi agresi manusiawi alami kita sambil melestarikan esensi kehidupan: harapan.

Berikut merdeka.com menyajikan beberapa dongeng anak bahasa Indonesia yang seru dan menarik untuk diceritakan melansir dari berbagai sumber:

Paman Alfred dan 3 Ekor Rakun

002 dru

©AFP PHOTO/DPA/OLE Spata/GERMANY OUT

Di sebuah peternakan yang luas, tinggal seorang peternak yang bernama Alfred. Ia lebih sering di panggil Paman Alfred oleh tetangga di sekitarnya. Setiap hari pekerjaannya memerah susu sapi dan memberi sapi-sapinya makan, membabat rumput-rumputan untuk makanan sapi, kemudian memberi makan ternak-ternaknya yang lain.

Selain itu juga membersihkan ladang jagung dan gandumnya. Setelah semuanya selesai, Paman Alfred berkeliling ladang dan peternakannya, melihat apakah ada pagar-pagar yang rusak atau tidak.

Sore menjelang malam hari, Paman Alfred merasa punggungnya sakit dan pegal semua. Setelah makan malam, ia segera tidur karena badannya sudah sangat lelah. Ia menghempaskan badannya di tempat tidurnya yang besar dan empuk. "Saya sangat lelah," keluhnya. Tidak lama kemudian, Paman Alfred tertidur.

Di tengah tidurnya, ia tiba-tiba terbangun mendengar ada suara sesuatu dari atap loteng rumahnya. Paman Alfred merasa terganggu tidurnya. Ia segera mengenakan sendal dan mengambil senter.

Paman Alfred berjalan menaiki tangga menuju atap lotengnya. Setelah membuka pintu lotengnya, paman Alfred sangat terkejut sampai hampir terjatuh ke belakang. Ia melihat 3 ekor rakun yang sedang bernyanyi. Karena kesalnya, ia berteriak, "Diam..!", 3 rakun tersebut tetap bernyanyi, walaupun sudah diusir. Akhirnya, paman Alfred kembali ke kamarnya. Ia mencoba untuk melanjutkan tidurnya.

Esok harinya, ia mengalami hal yang sama dengan kemarin. Paman Alfred akhirnya membeli racun pengusir rakun. Ketika malam hari, Paman Alfred kembali mendengar rakun-rakun tersebut bernyanyi. Rakun-rakun tersebut tidak mau menyentuh makanan yang diberikan Paman Alfred. Mereka tahu kalau makanan tersebut sudah diberi racun.

Paman Alfred naik ke loteng. Ia berteriak-teriak menyuruh rakun-rakun itu berhenti menyanyi. Ia juga melempar rakun-rakun itu dengan sendalnya. Rakun-rakun itu mengelak sambil terus bernyanyi mengejek Paman Alfred. Keesokan harinya. Paman Alfred pergi ke perpustakaan. Ia mencari buku cara mengusir rakun. Setelah hampir satu jam, buku yang dicarinya berhasil ditemukan.

Di buku tersebut tertulis cara mengusir rakun adalah dengan membunyikan suara yang bising, misalnya dengan radio dan lainnya. Setelah sampai di rumah, Paman Alfred menyiapkan radio tuanya. Ia memasukkan kaset lagu rock ke dalam radiotapenya.

Malam harinya, ia memasang radio tersebut di loteng. Ia mencoba untuk tidur tetapi rasa penasaran membuat Paman Alfred ingin melihat keadaan di loteng. Ia kembali terkejut melihat rakun-rakun tersebut masih ada di loteng. Mereka bahkan tidak hanya menyanyi. Mereka juga menari-nari mengikuti musik.

Habis sudah kesabaran Paman George. Mukanya menjadi merah karena kesal, setelah mematikan radio ia berteriak sekeras-kerasnya. "Diaammmm!", teriak Paman Alfred. Setelah agak reda kekesalannya, Paman Alfred berkata, "Aku punya tawaran untuk kalian, bagaimana kalau kita tukar tempat? Kalian boleh menempati kamarku sebagai tempat kalian", ujar Paman Alfred kepada rakun-rakun itu. Rakun-rakun itu setuju.

Esok malam mereka menempati kamar Paman Alfred, sedang Paman Alfred tidur di loteng. Setelah menyanyi dan menari akhirnya rakun-rakun itu tertidur di kamar Paman Alfred.

Paman Alfred yang sudah sangat lelah tidak memikirkan lagi tempat tidurnya. Ia tertidur lelap di loteng. Saking lelapnya, Paman Alfred bermimpi tentang rakun, ia bernyanyi dalam mimpinya, persis seperti nyanyian yang di nyanyikan oleh 3 rakun.

Tiga rakun yang tidur di kamar Paman Alfred terbangun, mereka merasa terganggu dan takut mendengar suara yang berasal dari loteng. Mereka segera berlarian keluar rumah dan akhirnya mereka tidak pernah datang lagi ke rumah Paman Alfred. Akhirnya sejak saat itu, Paman Alfred bisa tidur dengan nyenyak setelah bekerja seharian.

Sumber : http://www.e-smartschool.com/cra/002/CRA0020008.asp

Semut dan Merpati

Pada suatu hari, ada seekor semut yang sedang berjalan-jalan mencari makan di pinggir sungai. Seperti biasa, dia berjalan dengan riang dan karena kurang hati-hati tiba-tiba ia terjatuh ke dalam sungai. Arus sungai menghanyutkannya, semut itu timbul tenggelam dan kelelahan berusaha untuk menepi tapi tidak berhasil.

Seekor burung merpati yang kebetulan bertengger di ranting pohon yang melintang di atas sungai melihat semut yang hampir tenggelam dan merasa iba.  Burung merpati ini memetik daun dan menjatuhkannya didekat semut. Semut merayap naik ke atas daun dan akhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dengan bantuan daun tersebut, mendarat di tepi sungai.

Tidak lama kemudian, sang semut melihat seorang pemburu burung sedang mengendap-endap berusaha mendekati burung merpati yang telah menolongnya tadi. Semut menyadari bahaya yang membayangi merpati yang baik tersebut, segera berlari mendekati pemburu, dan menggigit kaki sang pemburu.

Pemburu itu kesakitan dan terkejut, mengibaskan ranting yang tadinya akan digunakan untuk menangkap burung. Burung Merpati menyadari keberadaan pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting kesakitan. Akhirnya sang burung pun terbang menyelamatkan dirinya.

Semut dan Kepompong

Seekor semut merayap dengan gesit di bawah sinar matahari. Memanjat pohon, dan menelusuri ranting dengan lincah. Dia sedang mencari makanan saat tiba-tiba dia melihat kepompong tergantung di selembar daun.

Kepompong itu terlihat mulai bergerak-gerak sedikit, tanda apa yang ada di dalamnya akan segera keluar. Gerakan-gerakan dari kepompong tersebut menarik perhatian semut yang baru pertama kali ini melihat kepompong yang bisa bergerak-gerak.

Dia mendekat dan berkata,”Aduh kasian sekali kamu ini” kata semut itu dengan nada antara kasihan dan menghina.

“Nasibmu malang sekali, sementara aku bisa lari kesana kemari sekehendak hatiku, dan kalau aku ingin aku bisa memanjat pohon yang tertinggi sekalipun, kamu terperangkap dalam kulitmu, hanya bisa menggerakkan sedikit saja tubuhmu.”

 Kepompong mendengar semua yang dikatakan oleh semut, tapi dia diam saja tidak menjawab. Beberapa hari kemudian, saat semut kembali ketempat kepompong tersebut, dia terkejut saat melihat yang kepompong itu sudah kosong yang ada tinggal cangkangnya.

Saat dia sedang bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi dengan isi dari kepompong itu, tiba-tiba dia merasakan hembusan angin dan adanya kepakan sayap kupu-kupu yang indah di belakangnya.

“Wahai semut, lihatlah diriku sekarang baik-baik” kupu-kupu yang indah menyapa semut yang tertegun melihatnya.

“Akulah mahluk yang kau kasihani beberapa hari lalu! Saat itu aku masih ada di dalam kepompong. Sekarang kau boleh sesumbar bahwa kau bisa berlari cepat dan memanjat tinggi. Tapi mungkin aku tidak akan perduli, karena aku akan terbang tinggi dan tidak mendengar apa yang kau katakan.”

Sambil berkata demikian, kupu-kupu itu terbang tinggi ke udara, meniti hembusan angin, dan dalam sekejap hilang dari pandangan sang semut.

Dongeng Biji Pohon Oak Dan Labu (Jean de La Fontaine)

Seorang petani yang tinggal di desa suatu saat berpikir tentang besarnya sebuah labu dan kecilnya batang dimana labu tersebut tumbuh.

 "Apa yang Tuhan pikirkan kira-kira ya?" katanya pada diri sendiri. "Tuhan mungkin menumbuhkan labu tersebut di batang yang kurang sesuai. Seandainya saya yang menciptakan labu ini, saya akan menumbuhkan dan menggantungnya di pohon oak. Seharusnya di sanalah tempat yang tepat. Buah yang besar, sepantasnya berasal dari pohon yang besar! sayang sekali!" katanya kepada diri sendiri.

"Sebagai contoh, biji pohon oak ini, yang sekecil jari tangan saya, seharusnya digantungkan pada batang labu yang kurus ini."

Karena terlalu banyak berpikir dan berangan-angan, petani tersebut menjadi mengantuk dan berbaring di bawah pohon Oak, dan tidak berapa lama kemudian, dia tertidur dengan pulas.

Saat itulah sebuah biji pohon oak jatuh tepat di atas hidungnya. Petani itu terkejut dan terbangun dari tidurnya sambil mengusap hidungnya yang kesakitan dan mengeluarkan darah.

"Aduh.. aduh..!"teriaknya, "Hidungku berdarah, bagaimana seandainya sesuatu yang lebih berat jatuh dari pohon ini dan menimpa kepala saya; bagaimana seandainya biji pohon oak ini adalah sebuah labu? Saya tadinya meragukan ciptaan-Nya, sekarang saya telah mengerti semuanya dengan sempurna."

Lalu sang Petani itupun memuji dan bersyukur kepada Tuhan sambil berjalan pulang ke rumahnya.

Dongeng Nelayan dan Ikan Kecil (Aesop)

Seorang nelayan miskin yang hidup berdasarkan ikan hasil tangkapannya, pada suatu hari mengalami nasib kurang beruntung dan hampir tidak mendapatkan tangkapan apapun selain seekor ikan kecil. Saat sang Nelayan itu akan memasukkan ikan tersebut ke keranjang yang dibawanya, ikan kecil itu berkata:

"Mohon lepaskan aku, tuan nelayan! Saya sangat kecil hingga tidak berharga untuk dibawa pulang ke rumah. Saat saya menjadi lebih besar nanti, saya akan menjadi santapan yang lebih lezat untuk tuan."

Tetapi sang Nelayan tetap menaruh ikan tersebut di keranjangnya.

"Betapa bodohnya saya jika melepaskan ikan ini." kata Nelayan. "Bagaimana kecilpun ikan yang saya tangkap, tetap lebih baik daripada tidak ada tangkapan sama sekali."

Dongeng Hansel dan Gretel

Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah sebuah keluarga bahagia. Mereka mempunyai dua orang anak yang manis, namanya Hansel dan Gretel. Suatu ketika Ibu tercinta meninggal karena sakit. Sejak kematian sang Ibu, mereka selalu bersedih sepanjang hari.

Agar mereka tidak bersedih, kemudian Ayah mengambil Ibu baru untuk menghIbur mereka. Ternyata Ibu baru ini sangat jahat dan memperlakukan mereka dengan buruk. Dari pagi hingga petang mereka disuruh terus bekerja dan hanya diberi makan satu kali.

Musim kemarau pun tiba, dan mereka tidak mempunyai makanan apa-apa. Sang Ibu menyuruh anak-anak untuk dibawa ke hutan dan meninggalkannya di sana.

Ayah sangat terkejut mendengarnya ” Bicara apa kau, apa kau ingin anak-anak mati?“

”Kau ini memang bodoh, kalau kita tidak melakukannya, kita semua akan mati!”

Sementara itu dari balik kamar , Hansel dan Gretel mendengarkan pembicaraan mereka. Mereka ketakutan dan Gretel pun menangis.

Akhirnya Ayah tidak bisa berbuat apa-apa karena istrinya terus mendesaknya.

“Ah… apa kita akan mati di hutan?! “

” Ssst.., aku punya ide bagus, ” ucap Hansel. Lalu ia keluar rumah dan mengumpulkan batu-batu kecil putih yang bila terkena cahaya bulan, akan bersinar.

Pada esok paginya dengan berteriak keras, Ibunya membangunkan Hansel dan Gretel. Sebelum berangkat ia memberikan sepotong roti kepada mereka. Setelah itu semua berangkat menuju hutan.

Sambil berjalan Hansel membuang batu kecil putih satu per satu yang ada dalam kantongnya. Karena berjalan sambil menoleh ke belakang, Ayah menjadi curiga.

”Sedang apa, Hansel?“

”Aku sedang memandang kucing yang ada di atas rumah,” jawab Hansel berbohong. Lalu tibalah mereka di tengah hutan.

Ayah dan Ibunya pergi ke hutan yang lebih jauh lagi untuk menebang kayu dan meninggalkan mereka.

Rasa sedihpun berganti gembira setelah di tengah hutan Hansel menemukan seekor kupu-kupu dan Gretel membuat kalung dari bunga. Mereka sangat gembira karena bisa bermain-main bersama teman baru mereka seperti kelinci, bajing dan burung-burung kecil.

Tanpa terasa waktu berlalu, mataharipun mulai tenggelam dan hari mulai gelap. Suara burung-burung yang indah kini berganti dengan suara angin yang berdesir.

Gretel menangis tersedu-sedu karena takut. Hansel berkata menenangkan, “Jangan menangis, jika cahaya bulan muncul, kita pasti akan pulang dengan selamat “.

Tak lama kemudian, dari sela-sela pohon muncullah cahaya bulan yang bersinar dengan terang. Hansel segera mengajak Gretel untuk pulang ke rumah.

Hansel memegang tangan Gretel dan menyusuri jalan di hutan tanpa ragu-ragu.

”Kak, bagaimana bisa berjalan tanpa bingung di hutan yang gelap seperti ini?”

“Oh… batu kecil putih yang kujatuhkan ketika kita datang, bersinar karena kena sinar bulan dan itu akan menolong kita pulang ke rumah.”

Tibalah mereka di rumah, sang Ibu heran melihatnya dan mencari tahu bagaimana mereka bisa sampai di rumah dengan mudah. Ketika ia membuka pintu, ia melihat batu kecil putih yang bersinar. Agar mereka tidak bisa mengumpulkan batu putih itu lagi, Ibu mengunci pintu kamar mereka. Hansel dan Gretel menjadi panik karenanya.

Sebelum tidur mereka berdoa pada Tuhan, meminta perlindungan.

Keesokan harinya seperti kemarin, Ibu membangunkan mereka dan membawa mereka ke hutan. Hansel tidak kehabisan akal. Dengan terpaksa ia mencuil-cuil potongan roti dan menjatuhkannya di jalan sambil berjalan.

Tapi malang, jejak yang sudah dIbuatnya susah payah dimakan oleh burung-burung kecil. Sampailah mereka di dalam hutan. Kembali Ayah dan Ibunya meninggalkan mereka dan masuk ke hutan yang lebih jauh.

Merekapun bermain-main dengan binatang-binatang di dalam hutan.

Akhirnya malampun tiba. Ketika cahaya bulan mulai bersinar mereka beranjak pulang. Dengan susah payah dicarinya potongan-potongan roti sebagai petunjuk jalan untuk pulang ke rumah.

”Kak, apa yang telah terjadi dengan potongan-potongan roti itu?” teriak Gretel cemas.

”Mungkin dimakan oleh burung -burung kecil.“

”Uhh.., kalau begitu kita tidak bisa pulang ke rumah.”

Di dalam hutan bergema suara lolongan keras. Mereka berdua amat ketakutan. “Kak, aku takut, apa kita akan mati!” Gretel mulai menangis.

”Jangan khawatir dik, Ibu yang ada di surga pasti menolong kita.”

Karena lelah, mereka akhirnya tertidur dengan pulas di bawah pohon. Cahaya matahari pun mulai bersinar dan mengenai wajah mereka. Hansel dan Gretel terbangun dan disambut suara kicauan burung.

Tiba-tiba mereka mencium bau masakan yang lezat. Segera mereka berlari ke arah datangnya bau lezat itu. Seperti mimpi mereka melihat rumah kue, atapnya terbuat dari tart, pintunya dari coklat, dan dindingnya dari biskuit.

Cepat-cepat mereka mendekati rumah itu dan memakannya.

Tiba-tiba terdengar suara keras yang bergetar.

“Siapa itu, berani memakan rumah kue kesayanganku?”, muncullah seorang nenek sihir tua dengan wajah menyeramkan serta mata merah yang bersinar, lalu menangkap mereka berdua.

”Hi… Hi…. Hi…. anak-anak yang lezat, sebagai hukuman karena telah memakan rumput kue kesukaanku, aku akan memakan kalian.”

Dengan kasar nenek sihir itu menyeret Hansel masuk ke dalam penjara. Setelah itu ia berkata kepada Gretel,

“Mula-mula aku akan menggemukkan anak laki-laki itu, lalu aku akan memakannya. “

“Sekarang kau buat makanan yang enak biar makannya banyak!“

Nenek sihir itu sudah tua sekali dan matanya mulai rabun. Pada saat itu Hansel dan Gretel saling berpegangan tangan memberi semangat supaya mereka tabah.

”Tabahlah Gretel, Ibu yang ada di surga pasti melindungi kita“.

Suatu hari nenek mendekati penjara Hansel untuk melihat apakah tubuh Hansel sudah menjadi gemuk atau belum.

“Aku lapar, sudah seberapa gemuk tubuhmu, ayo ulurkan tanganmu! “

Hansel yang pintar tidak kehilangan akal, ia mengetahui kalau mata nenek sudah rabun segera dikeluarkannya tulang sisa makanan kepada nenek yang rabun lalu nenek memegangnya.

Betapa kecewanya nenek karena sedikitpun Hansel tidak bertambah gemuk. Karena kecewa lalu ia bermaksud untuk memakan Gretel. Kemudian Gretel disuruh membakar roti.

Selagi Gretel menyalakan api di tungku, si nenek mencoba mendorongnya ke nyala api. Untunglah Gretel mengetahui maksud nenek, cepat-cepat ia berbalik pergi ke depan tungku.

“Nek, aku tidak bisa membuka tutup tungku ini.” Nenek sihir tidak sadar kalau ia sedang diperdaya Gretel dan ia membuka tutup tungku. Tanpa membuang kesempatan, Gretel mendorong nenek ke tungku.

“Ahh… tolonggg…. panassss!” teriak nenek kesakitan. Gretel tidak memperdulikan teriakan nenek malah dengan cepat ia menutup pintu tungku, lalu berlari ke arah penjara untuk menolong Hansel.

“Gretel, kau berhasil. Ibu yang di surga telah melindungi kita.” Karena bahagia mereka berpelukan.

Ketika akan pergi dari rumah kue tanpa sengaja mereka menemukan banyak harta karun. Setelah itu mereka keluar rumah, tetapi malang jalan itu terpotong oleh sungai besar.

Mereka menjadi bingung. Saat itu entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul seekor angsa cantik.

”Ayo, naiklah ke punggungku, ” ucap angsa itu ramah. Satu per satu angsa itu mengantarkan mereka menyeberang sungai. Setelah sampai, angsa itu menunjukkan jalan bagi mereka berdua dari atas langit. Sampailah mereka di batas hutan.

Tanpa mereka ketahui sebenarnya angsa itu adalah Ibu mereka yang ada di surga. Angsa itu kemudian menghilang. Setelah itu muncullah Ayah mereka yang sangat cemas.

“Anak-anakku tersayang, maafkanlah Ayah. Ayah tidak akan meninggalkan kalian lagi“.

Lalu Ayah menceritakan kepada mereka bahwa Ibu tiri yang jahat sudah meninggal karena sakit. Akhirnya mereka pun hidup bahagia selamanya. (mdk/amd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP