6 Fakta Menarik Kampung Bali, Bukti Keharmonisan Umat Beragama di Langkat

Merdeka.com - Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, baik itu dari segi adatnya, bangunan serta sejarahnya. Salah satunya di Sumatera Utara, terdapat banyak kekayaan alam dan budaya yang bisa ditemukan di salah satu provinsi di Pulau Sumatera ini.
Ada salah satu tempat unik dan menarik yang bisa Anda kunjungi jika sedang berada di Sumatera Utara, yaitu Kampung Bali. Kampung Bali adalah sebuah perkampungan yang dihuni oleh masyarakat asli Suku Bali sejak puluhan tahun yang lalu. Kampung ini terletak di Desa Paya Tusam, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.
Di kampung ini, bermukim komunitas etnis Suku Bali yang masih taat akan tradisi. Banyak wisatawan baik lokal maupun manca negara yang tertarik untuk mengunjungi kampung ini, sekedar untuk melihat dan menikmati suasana perkampungan Khas Bali ataupun untuk mempelajari kehidupan Suku Bali yang bisa hidup rukun berdampingan dengan masyarakat sekitar di sana.
Sejarah Kampung Bali
Sumber: disparbud.langkatkab.go.id 2020 Merdeka.com
Dilansir dari laman visitlangkat, ledakan Gunung Agung pada Februari 1963 silam adalah awal mula bagaimana Suku Bali bisa mendiami dataran Sumatera.
Berawal dari bencana alam tersebutlah yang kemudian membuat dampak yang besar bagi masyarakat Bali. Tanah pertanian saat itu menjadi tandus, dan banyak masyarakat Bali kehilangan sumber pendapatan sehari-hari. Bisa dibilang, masa-masa itu adalah periode paling sulit dalam sejarah masyarakat Bali.
Kemudian, pemerintah pada masa itu merencanakan program transmigrasi bagi masyarakat Bali keluar pulau agar mendapat pengganti lahan pekerjaan dan kehidupan yang baik. Pulau Sumatera masuk sebagai tujuan transmigrasi masyarakat Bali saat itu. Dari situlah, banyak masyarakat Bali yang kemudian tinggal dan bekerja di Sumatera.
Kedatangan masyarakat Bali ke Sumatera, khususnya Sumatera Utara ini, menambah ragam suku nusantara yang mendiami provinsi ini. Jejak keberadaan masyarakat Bali di Sumatera Utara hingga kini dapat dilihat di Desa Paya Tusam, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.
Terdapat 36 Kepala Keluarga Suku Bali
Sumber: disparbud.langkatkab.go.id 2020 Merdeka.com
Suku Bali yang kini tinggal di Kampung Bali merupakan generasi kedua dari Suku Bali pertama yang datang ke Sumatera Utara. Saat ini, terdapat 36 Kepala Keluarga dari Suku Bali yang mendiami Desa Paya Tusam dari total sebanyak 74 Kepala Keluarga yang tinggal di desa tersebut. Sebanyak 38 Kepala Keluarga lainnya adalah Suku Jawa yang datang dalam kurun tahun 1980 sampai 1990-an. Sementara, warga Bali yang awalnya mendiami desa tersebut sebagian telah meninggalkan kampung dan menjadi perantau di wilayah Riau, Jambi dan Lampung.
Hidup Berdampingan dengan Rukun
Sumber: visitlangkat.wordpress.com 2020 Merdeka.com
Meskipun jumlah suku Bali lebih sedikit daripada suku Jawa, namun kedua suku pendatang ini dapat hidup rukun berdampingan. Warga Suku Bali masih bisa melakukan kegiatan termasuk peribadatan seperti biasa, begitu juga dengan warga suku Jawa dalam menjalankan kegiatan peribadatan dan juga adat.Bahkan, tidak jarang terjadi pernikahan antara suku Bali dan suku Jawa yang tinggal di desa tersebut.
Mengadakan Upacara Adat
Dilansir dari laman visitlangkat, warga suku Bali yang tinggal di Kampung Bali ini juga memegang teguh adat serta masih melakukan upacara-upacara adat seperti yang dilakukan umat Hindu di Bali pada umumnya.
Sumber: brilio.net 2020 Merdeka.com
Salah satunya adalah Upacara Mecaru. Upacara Mecaru adalah upacara yang dilakukan sebelum Hari Nyepi. Upacara ini dilakukan pada intinya untuk mensucikan alam sekitar tempat tinggal dari gangguan roh jahat (Buthakala) agar tidak mengganggu kehidupan warga.
Upacara Mecaru dilaksanakan di pintu gerbang masuk kampung Bali, lengkap dengan sebuah sanggah bambu yang digunakan sebagai tempat penampahan dan sejumlah sajen lainnya sebagai pelengkap ritual sembahyang. Segala rupa bahan-bahan sajen ini dipersiapkan secara bersama-sama oleh warga di Pura.Selain itu, warga suku Bali juga merayakan Nyepi. Selama Hari Nyepi ini, kegiatan-kegiatan yang dilarang antara lain amati geni (tidak menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak berpergian), serta amati lelanguan (tidak menghidupkan hiburan).
Amalan baik yang bisa dilakukan antara lain membaca kitab Weda. Ketika Hari Nyepi ini umat Hindu di Kampung Bali hanya berdiam diri di rumah, dan perkampungan akan menjadi sepi (kecuali aktivitas yang dilakukan oleh suku lainnya).
Mempertahankan Tradisi Leluhur
Sumber: medium.com 2020 Merdeka.com
Dengan tetap menjalankan berbagai upacara adat dan merayakan hari-hari besar, membuktikan bahwa suku Bali yang tinggal di Kampung Bali ini tetap menjaga tradisi dan adat-istiadat seperti umat Hindu di Bali pada umumnya. Hal ini sudah sepatutnya dihargai tentang bagaimana suku Bali di kampung ini terus mempertahankan tradisi dan budaya luhur mereka di tanah perantauan. Keyakinan untuk terus mempertahankan budaya dan tradisi di manapun mereka berada sama seperti bunyi pepetah Bali, tak kering oleh panas, tak basah oleh hujan. Makna dari pepatah ini adalah, di manapun suku Bali berada maka budaya dan tradisi luhur mereka terus dijaga.
Rute ke Kampung Bali
Untuk mencapai Kampung Bali, Anda bisa melalui kota terdekat yaitu Binjai menuju ke Kecamatan Selesai, Langkat. Dari Binjai jarak tempuh dengan mobil menghabiskan waktu satu setengah jam. Medan jalan yang bebatuan, jalan perbukitan menanjak, serta kebun-kebun karet dan sawit menjadi pemandangan menarik yang menghibur mata. Jika datang musim penghujan, maka medan jalan akan terasa makin berat. Belum lagi, lokasi perkampungan Bali yang terpisahkan oleh aliran sungai Bingai, sehingga membutuhkan penyeberangan getek yang membantu untuk melintasi aliran sungai. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya