Diambil dari Nama "Pohon Langkat", Ini 4 Fakta Sejarah Kesultanan Langkat
Merdeka.com - Dahulu, Pulau Sumatra terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Hal ini tidak lepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang membentuk kabupaten yang saat ini berdiri di wilayah Sumatra Utara.
Di Sumatra Utara, juga berdiri beberapa kerajaan-kerajaan kuno yang menguasai daerah masing-masing, salah satunya adalah Kesultanan Langkat. Kesultanan yang terletak di wilayah pesisir timur Pulau Sumatra ini merupakan kerajaan Melayu dan menjadi kerajaan terkaya di Sumatra Timur, di samping Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang.
Kesultanan Langkat memiliki sejarah dengan corak keislamannya yang begitu kuat. Berdasarkan masyarakat Melayu, kesultanan ini cukup terpandang dan termahsyur kala itu.
-
Dimana letak kerajaan kuno Banten Girang? Kerajaan itu letaknya berada di hulu teluk Banten.
-
Dimana Kerajaan Kalingga berada? Kalingga merupakan salah satu kerajaan Hindu terbesar di Jawa, berpusat di pesisir pantai utara Jawa, tepatnya di wilayah yang kini bernama Jepara, Jawa Tengah.
-
Dimana kerajaan Singasari berada? Legenda Ken Dedes berhubungan dengan munculnya kerajaan Singasari di Jawa Timur.
-
Dimana lokasi penemuan kerajaan purba? Berbagai peninggalan purba terus ditemukan di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Gendungan, Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Magelang.
-
Siapa Gubernur Pertama Sumatra Utara? Jadi Gubernur Pertama sekaligus Ketua DPRD Sumatra Utara, Ini Sosok Putra Keturunan Batak Mandailing Namanya jarang dikenal banyak orang. Tetapi jasa besarnya memimpin Sumatra Utara pasca kemerdekaan patut diacungi jempol.
-
Dimana Situs kerajaan Sriwijaya ditemukan? Situs kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu yang dikenal sebagai Pulau Emas telah ditemukan para pemancing lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Asal Usul Nama Langkat
Diketahui bahwa Kesultanan Langkat berdiri pada 12 Rabiul Awal 1153 Hijriah atau tepatnya pada 17 Januari 1750 yang kemudian dijadikan sebagai hari lahirnya Kabupaten Langkat.
Mengutip dari jurnal "Sejarah Sosial Kesultanan Langkat" karya Pagar dkk Tahun 2020, penamaan "Langkat" diambil dari nama sebuah pohon yang menyerupai pohon langsat.
Pada zaman dahulu, pohon langsat ini biasa dijumpai di pinggiran Sungai Langkat, yakni di hilir Sungai Batang Serangan yang mengaliri Kota Tanjung Pura dan menjadi jalur kegiatan nelayan dan perdagangan penduduk dengan luar negeri, Malaysia.
Sayangnya, pohon legendaris ini sudah sulit dijumpai lantaran dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan hidup maupun tradisi budaya yang mengharuskan menggunakan kayu tersebut sebagai medianya.
Masa Kejayaan
Dalam jurnal "Kesultanan Langkat di Sumatra Utara Pada Masa Sultan Abdul Aziz (1827-1927 M)" karya Sri Windari, pada masa pemerintahan Sultan Abdul Aziz inilah Kesultanan Langkat mengalami kejayaan.
Pada masa pemerintahannya, banyak masyarakat dari Pulau Jawa maupun dari luar wilayah kekuasaannya yang bermukim dan belajar di sana. Keberhasilan ini dicapai berkat kecakapan dalam memimpin diiringi dengan kebijakan pemerintahan.
Kebijakan politik masa Sultan Abdul Aziz sendiri menjalin kerja sama internal maupun eksternal. Dalam kerja sama internal, Kerajaan Langkat akan berhubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar wilayah kekuasaannya. Sedangkan hubungan eksternal, Kesultanan ini menjalin hubungan baik dengan pihak Belanda.
Masa Kemunduran
Masa kemunduran dari kerajaan terkaya di Sumatra ini terjadi pada tahun 1926 pada masa pemerintahan Sultan Mahmud yang merupakan putra dari pemimpin sebelumnya, Sultan Abdul Aziz.
Tidak bijak dalam memimpin, Sultan Mahmud dikenal tidak mampu mengayomi masyarakat, manajemen kerajaan berjalan monoton. Kurangnya inovasi dan kecakapannya dalam memimpin, hal ini memicu perkembangan kerajaan menjadi tersendat dan berakibat kemunduran.
Pada masa pemerintahan Jepang, puncak kemunduran Kesultanan Langkat, mulai dari hak-hak istimewa yang ditangguhkan, tanah mulai dikuasai Jepang hingga lokasi perkebunan mulai ditanami dengan padi dan jagung.
Revolusi Sosial
Munculnya revolusi sosial ini ketika seluruh kerajaan di Nusantara harus bergabung dan berada di bawah satu kekuasaan negara yang baru, sebagian dari mereka menyatakan membantah atau tidak setuju. Di Langkat, pasca kemerdekaan, peristiwa revolusi sosial ini bergejolak.
Masa Revolusi Sosial di Langkat jarang diketahui oleh masyarakat. Dulu, banyak raja-raja yang diturunkan dari jabatannya lalu dibunuh. Akibatnya, sebanyak 34 keluarga Kesultanan Langkat harus meregang nyawa.
Akhirnya, Kesultanan Langkat berakhir di tangan revolusi sosial dalam kondisi yang sangat memilukan. Hal ini tidak lepas dari kekacauan yang dialami oleh semua kerajaan di Sumatera pada tahun 1946.
Saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, Kesultanan Langkat mendukung sepenuhnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia dan menyerahkan seluruh kekuasaannya kepada Pemerintah Pusat. (mdk/adj)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan kemunculannya lebih awal dari Kerajaan Sriwijaya.
Baca SelengkapnyaJawa Timur termasuk provinsi yang menyimpan bukti sejarah kerajaan-kerajaan besar di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaSebuah kerajaan berbasis di Kepulauan Sumatera ini disinyalir menjadi kerajaan tertua yang diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-1 SM.
Baca SelengkapnyaTempat ini menjadi bukti warisan peninggalan sejarah kolonial berupa 'jabatan' yang pada saat itu cukup bergengsi di daerah Minangkabau.
Baca SelengkapnyaKabupaten Malang merupakan kabupaten tertua di Provinsi Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaMenurut catatan sejarah, keduanya memiliki pengaruh yang besar sebagai pelestari kebudayaan nenek moyang Kalimantan dengan angkatan militer laut yang kuat.
Baca SelengkapnyaSongket Palembang, salah satu kekayaan budaya dari Sumatra Selatan dengan motif dan jenis yang beragam.
Baca SelengkapnyaDulunya Kuningan merupakan wilayah permukiman dan kerajaan.
Baca SelengkapnyaPernah jadi daerah di bawah bayang-bayang Jawa hingga jadi daerah khusus
Baca SelengkapnyaSisi modern Banten terbentuk dari kota kuno Banten Girang
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaSuku ini merupakan salah satu marga etnis Minangkabau yang masih berkerabat dengan Suku Koto yang membentuk Adat Katumanggungan.
Baca Selengkapnya