Mengenal Quit Quitting, Bekerja Sesuai Upah yang Sedang Tren Dilakukan Gen Z
Merdeka.com - Pandemi COVID-19 tidak hanya mengganggu kehidupan semua orang dengan pembatasan pertemuan maupun lockdown, pandemi juga membuat beberapa orang memikirkan kembali pilihan karir mereka.
Muncullah kemudian baru-baru istilah dalam dunia kerja yakni quit quitting. Quit quitting cukup ramai di Tik Tok karena banyak orang mulai melakukannya. Istilah ini merujuk pada prinsip bekerja sesuai dengan upah.
Karyawan membatasi tugas mereka hanya pada tugas-tugas yang berada dalam deskripsi pekerjaan mereka untuk menghindari jam kerja yang lebih lama. Berikut merdeka.com merangkum selengkapnya tentang quit quitting yang menarik didalami:
-
Bagaimana cara karyawan mengambil cuti? 'Saya ingin setiap karyawan memiliki kebebasan. Setiap orang pasti pernah merasa tidak bahagia, jadi jika Anda tidak bahagia, jangan datang bekerja,' kata Yu. 'Cuti ini tidak boleh ditolak oleh manajemen. Penolakan adalah pelanggaran,' tegasnya.
-
Kenapa karyawan resign? 'Ini bisa menjadi alasan resign yang baik dan masuk akal terutama jika kamu merasa pergi kerja merupakan sebuah beban berat di pagi hari,' jelasnya.
-
Apa yang harus dikurangi untuk work life balance? Kurangi Sifat Perfeksionis Sejatinya, kesalahan dan kekurangan itu wajar, kok. Yang terpenting kerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban, pastikan output yang dihasilkan baik.
-
Apa saja tugas yang harus diprioritaskan dalam mengatur jam kerja? Buat daftar tugas yang perlu diselesaikan dan prioritaskan tugas-tugas tersebut. Fokuslah pada tugas-tugas yang paling penting dan mendesak terlebih dahulu.
-
Bagaimana cara mengenali kata tugas? Untuk dapat mengidentifikasi kata tugas dengan lebih mudah, perhatikan ciri-ciri berikut: Tidak memiliki makna leksikal (makna yang tetap), Hanya memiliki makna gramatikal (makna dalam konteks kalimat), Tidak dapat berdiri sendiri sebagai subjek atau predikat, Tidak dapat diberi imbuhan (prefiks, sufiks, infiks, atau konfiks), Jumlahnya terbatas dan relatif tidak bertambah, Berfungsi menghubungkan kata atau bagian kalimat lainnya, Tidak dapat digunakan sebagai dasar pembentukan kata baru.
-
Bagaimana cara pekerja kantoran mengatasi stres? Jika Anda merasa tidak mampu mengubah pekerjaan Anda, Anda dapat mencoba beberapa teknik untuk mengelola stres, termasuk: Berjalan-jalan singkat untuk meredakan stres selama atau setelah jam kerja. Terlibat dalam rutinitas olahraga. Mencari waktu untuk makan siang di luar meja kerja. Membangun dukungan sosial yang penuh kasih di luar jam kerja. Memprioritaskan tidur yang sehat sebagai cara efektif untuk memulihkan tubuh. Menggunakan cuti untuk beristirahat dan berlibur. Mencoba meditasi singkat atau teknik pernapasan.
Pengertian quit quitting
Quit quitting adalah tentang upaya sadar untuk menegakkan kesejahteraan kita dalam cara kita bekerja, daripada mengambil risiko kelelahan karena bekerja berjam-jam atau mendefinisikan diri kita hanya melalui pekerjaan kita. Quit quitting adalah bekerja sesuai dengan job desk, berhenti bekerja ketika jam pulang kerja, dan tetap punya waktu untuk pergi bersama keluarga, teman, maupun pasangan.
Quit quitting adalah respons terhadap budaya hiruk pikuk dan kelelahan; karyawan "berhenti" melampaui batas dan menolak melakukan tugas yang tidak dibayar.
Beberapa orang memuji fenomena ini karena mereka percaya inilah waktunya untuk menormalkan hal-hal seperti tidak menjawab panggilan kerja di waktu tidak bekerja, memberi staf fleksibilitas yang mereka butuhkan untuk menyesuaikan jam mereka, akuntabilitas hasil daripada jam yang dihabiskan di meja Anda, bekerja dari rumah secara teratur, dan menghindari pengelolaan mikro.
Budaya tempat kerja telah mengalami banyak perubahan selama pandemi COVID-19, termasuk dengan "pengunduran diri yang besar". Beberapa pekerja sedang bernegosiasi untuk kondisi dan keuntungan kerja yang lebih baik dengan pengaruh yang baru ditemukan.
Mengapa orang melakukan quit quitting?
Penelitian telah menunjukkan bahwa keterlibatan karyawan menurun. Karyawan merasa tidak terikat, mereka percaya bahwa pekerjaan mereka tidak memiliki tujuan.
Kurangnya tujuan dan semangat telah menyebabkan karyawan merasa terlepas. Quit quitting tidak berarti ada perubahan dengan tanggung jawab pekerjaan yang seharusnya dikerjakan. Hanya saja karyawan tidak memaksakan diri, atau mengatakan ya untuk proyek dan tanggung jawab tambahan.
Sebuah survei tahun 2021 dari Gallup menemukan bahwa hanya 36% orang yang dilaporkan fokus dan terikat dengan pekerjaan mereka. Beberapa orang lainnya tetap di pekerjaan mereka sembari mencari pekerjaan lain sambil mengumpulkan gaji tetap dan memiliki asuransi kesehatan atau tunjangan lainnya, menurut survei LinkedIn.
Bekerja dari rumah juga telah mengubah dinamika tempat kerja karena karyawan dan manajer berkomunikasi dengan cara yang berbeda melalui rapat online di platform seperti Zoom atau Teams.
Interaksi ini mungkin terasa lebih formal daripada sesi obrolan yang terjadi di kantor karena harus dijadwalkan, bukan dadakan. Rapat terbatas dapat menyebabkan terputusnya hubungan antara karyawan dan manajemen. Dukungan dan pujian rutin yang membuat karyawan merasa dihargai dan terhubung bisa hilang.
Pertumbuhan upah juga bisa menjadi faktor besar mengapa orang tidak ingin memasukkan segalanya ke dalam karier mereka. Pada Juli 2022, tingkat inflasi mencapai 8-9%, dan kenaikan rata-rata adalah 3,4% Orang-orang sebenarnya menghasilkan lebih sedikit uang, membuat mereka bertanya-tanya mengapa mereka harus bekerja begitu keras.
Ciri melakukan quit quitting
Ciri quit quitting dapat muncul dalam berbagai bentuk, tergantung pada alasan karyawan tersebut ingin mundur dari pekerjaannya. Jika seorang karyawan benar-benar tidak bahagia, tanda-tandanya mungkin jauh lebih terlihat daripada seseorang dengan tujuan sederhana menginginkan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.
Seseorang yang melakukan quit quitting memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Jika Anda mengalami kelelahan di tempat kerja, menetapkan batasan dapat membantu Anda mendapatkan kembali kendali. Selain itu, mengatasi konflik di tempat kerja secara langsung dapat membuat situasi menjadi lebih mudah, atau menjadi tanda bahwa sudah waktunya untuk berhenti.
Dengan melakukan quit quitting Anda dapat mengambil langkah mundur dan mengevaluasi kembali prioritas dan fokus Anda. (mdk/amd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
40 Persen dari Gen Z lebih memilih menganggur dari pada bekerja di pekerjaan yang tidak mereka sukai.
Baca SelengkapnyaSebanyak 60 persen perusahaan merasa kurang cocok bekerja dengan generasi Z.
Baca SelengkapnyaPasca pandemi menjadi titik perubahan tren pekerja formal menjadi informal, namun ada kondisi lainnya pekerja informal makin diminati.
Baca SelengkapnyaPerubahan yang terjadi antar generasi adalah hasil yang diminta dari pekerjaan.
Baca SelengkapnyaSurvei juga menunjukan generasi Z juga kerap menunda berlibur. Penyebabnya antara lain beban kerja yang membuat stres dan kendala keuangan.
Baca SelengkapnyaIngin tahu cara efektif mengelola Gen Z di tempat kerja? Simak tips mudah dan praktis agar produktivitas tim semakin meningkat!
Baca SelengkapnyaMerasa Gen Z punya keunikan sendiri saat bekerja? Begini cara memahami karakteristiknya
Baca SelengkapnyaSejumlah pekerja Gen Z mengalami kesulitan dalam mengelola beban kerja.
Baca Selengkapnya75 persen responden melaporkan merasakan pengaruh AI dalam pekerjaan mereka.
Baca SelengkapnyaPandangan tentang Gen Z menimbulkan perdebatan yang luas, dari diskusi di ruang HR hingga menjadi perbincangan viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaTren ini mengancam akan merusak pasokan tenaga kerja di masa depan.
Baca SelengkapnyaMereka disebut tidak puas dengan gaji dan pekerjaannya, sehingga memutuskan untuk menawarkan diri menjadi hacker sebagai pekerjaan sampingan.
Baca Selengkapnya