Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Quit Quitting, Bekerja Sesuai Upah yang Sedang Tren Dilakukan Gen Z

Mengenal Quit Quitting, Bekerja Sesuai Upah yang Sedang Tren Dilakukan Gen Z Ilustrasi lelah. boldsky.com

Merdeka.com - Pandemi COVID-19 tidak hanya mengganggu kehidupan semua orang dengan pembatasan pertemuan maupun lockdown, pandemi juga membuat beberapa orang memikirkan kembali pilihan karir mereka.

Muncullah kemudian baru-baru istilah dalam dunia kerja yakni quit quitting. Quit quitting cukup ramai di Tik Tok karena banyak orang mulai melakukannya. Istilah ini merujuk pada prinsip bekerja sesuai dengan upah.

Karyawan membatasi tugas mereka hanya pada tugas-tugas yang berada dalam deskripsi pekerjaan mereka untuk menghindari jam kerja yang lebih lama. Berikut merdeka.com merangkum selengkapnya tentang quit quitting yang menarik didalami:

Pengertian quit quitting

Quit quitting adalah tentang upaya sadar untuk menegakkan kesejahteraan kita dalam cara kita bekerja, daripada mengambil risiko kelelahan karena bekerja berjam-jam atau mendefinisikan diri kita hanya melalui pekerjaan kita. Quit quitting adalah bekerja sesuai dengan job desk, berhenti bekerja ketika jam pulang kerja, dan tetap punya waktu untuk pergi bersama keluarga, teman, maupun pasangan.

Quit quitting adalah respons terhadap budaya hiruk pikuk dan kelelahan; karyawan "berhenti" melampaui batas dan menolak melakukan tugas yang tidak dibayar.

Beberapa orang memuji fenomena ini karena mereka percaya inilah waktunya untuk menormalkan hal-hal seperti tidak menjawab panggilan kerja di waktu tidak bekerja, memberi staf fleksibilitas yang mereka butuhkan untuk menyesuaikan jam mereka, akuntabilitas hasil daripada jam yang dihabiskan di meja Anda, bekerja dari rumah secara teratur, dan menghindari pengelolaan mikro.

Budaya tempat kerja telah mengalami banyak perubahan selama pandemi COVID-19, termasuk dengan "pengunduran diri yang besar". Beberapa pekerja sedang bernegosiasi untuk kondisi dan keuntungan kerja yang lebih baik dengan pengaruh yang baru ditemukan.

Mengapa orang melakukan quit quitting?

Penelitian telah menunjukkan bahwa keterlibatan karyawan menurun. Karyawan merasa tidak terikat, mereka percaya bahwa pekerjaan mereka tidak memiliki tujuan.

Kurangnya tujuan dan semangat telah menyebabkan karyawan merasa terlepas. Quit quitting tidak berarti ada perubahan dengan tanggung jawab pekerjaan yang seharusnya dikerjakan. Hanya saja karyawan tidak memaksakan diri, atau mengatakan ya untuk proyek dan tanggung jawab tambahan.

Sebuah survei tahun 2021 dari Gallup menemukan bahwa hanya 36% orang yang dilaporkan fokus dan terikat dengan pekerjaan mereka. Beberapa orang lainnya tetap di pekerjaan mereka sembari mencari pekerjaan lain sambil mengumpulkan gaji tetap dan memiliki asuransi kesehatan atau tunjangan lainnya, menurut survei LinkedIn.

Bekerja dari rumah juga telah mengubah dinamika tempat kerja karena karyawan dan manajer berkomunikasi dengan cara yang berbeda melalui rapat online di platform seperti Zoom atau Teams. 

Interaksi ini mungkin terasa lebih formal daripada sesi obrolan yang terjadi di kantor karena harus dijadwalkan, bukan dadakan. Rapat terbatas dapat menyebabkan terputusnya hubungan antara karyawan dan manajemen. Dukungan dan pujian rutin yang membuat karyawan merasa dihargai dan terhubung bisa hilang.

Pertumbuhan upah juga bisa menjadi faktor besar mengapa orang tidak ingin memasukkan segalanya ke dalam karier mereka. Pada Juli 2022, tingkat inflasi mencapai 8-9%, dan kenaikan rata-rata adalah 3,4% Orang-orang sebenarnya menghasilkan lebih sedikit uang, membuat mereka bertanya-tanya mengapa mereka harus bekerja begitu keras.

Ciri melakukan quit quitting

Ciri quit quitting dapat muncul dalam berbagai bentuk, tergantung pada alasan karyawan tersebut ingin mundur dari pekerjaannya. Jika seorang karyawan benar-benar tidak bahagia, tanda-tandanya mungkin jauh lebih terlihat daripada seseorang dengan tujuan sederhana menginginkan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.

Seseorang yang melakukan quit quitting memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • tidak menghadiri rapat;
  • datang terlambat atau berangkat lebih awal;
  • pengurangan produktivitas;
  • lebih sedikit kontribusi untuk proyek tim;
  • tidak berpartisipasi dalam perencanaan atau pertemuan; dan
  • kurangnya gairah atau antusiasme.
  • Jika Anda mengalami kelelahan di tempat kerja, menetapkan batasan dapat membantu Anda mendapatkan kembali kendali. Selain itu, mengatasi konflik di tempat kerja secara langsung dapat membuat situasi menjadi lebih mudah, atau menjadi tanda bahwa sudah waktunya untuk berhenti.

    Dengan melakukan quit quitting Anda dapat mengambil langkah mundur dan mengevaluasi kembali prioritas dan fokus Anda. (mdk/amd)

    Geser ke atas Berita Selanjutnya

    Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
    lihat isinya

    Buka FYP