Big Data dalam Media
Merdeka.com - Diskursus tentang Big Data dalam dua tahun belakangan ini mengalami peningkatan. Awalnya dipicu oleh penyalahgunaan data pengguna Facebook oleh perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica yang memiliki induk SCL Group.
Saat itu, Cambridge Analytica dituding menggunakan data pengguna platform media sosial tersebut demi memenangkan Donald Trump saat pemilu presiden Amerika Serikat 2016. Cambridge Analytica juga dituding membantu golongan Ultra-Kanan di Inggris supaya negara itu keluar dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit).
Big Data yang sederhananya dipahami sebagai penggunaan data yang sangat besar untuk dianalisis secara komputerisasi demi membaca pola, terutama pola tingkah laku manusia dan interaksi di antaranya untuk tujuan tertentu.
-
Bagaimana perusahaan seperti Facebook mengumpulkan data pengguna? Dokumen tersebut menguraikan proses enam langkah bagaimana perangkat lunak Active-Listening mengumpulkan data suara pengguna dari berbagai perangkat.
-
Siapa yang mengklaim TikTok ambil data pengguna berlebihan? Pada tahun 2022, perusahaan keamanan siber Internet 2.0 mengeluarkan laporan bahwa TikTok melakukan 'pengambilan data yang berlebihan' terhadap para penggunanya.
-
Kenapa Facebook jadi media sosial terbesar? Dengan kerja keras dan visi yang jelas, Mark Zuckerberg dan timnya berhasil mengembangkan Facebook menjadi salah satu jejaring sosial terbesar di dunia, mengubah cara orang berinteraksi dan berkomunikasi secara online.
-
Siapa yang menggunakan data Twitter untuk AI? Tetapi nampaknya yang dia maksud dengan pengikisan data dalam jumlah besar digunakan oleh perusahaan kecerdasan buatan (AI).
-
Kapan serangan siber meningkat? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia. Dilansir dari Jurist, Senin (11/12), laporan tersebut menyatakan bahwa proporsi pemilu yang menjadi sasaran serangan siber ini telah meningkat, dari 10 persen pada tahun 2015 menjadi 26 persen pada tahun 2022.
-
Apa yang dilakukan LinkedIn dengan data pengguna? LinkedIn, yang dimiliki oleh Microsoft, mengejutkan banyak penggunanya setelah diketahui bahwa mereka menggunakan profil, gambar, dan konten dari akun pengguna untuk melatih model AI.
Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Nezar Patria mengungkapkan bahwa penggunaan Big Data dalam media juga terjadi.
"Big Data (dalam media) saya kira sudah dimulai dengan penciptaan produk-produk yang berbasiskan Big Data dan audio. Misalnya seperti yang dikeluarkan oleh The New York Times (NYT) yang bisa membacakan berita secara otomatis dari database yang dimiliki NYT," ujar Nezar ditemui Liputan6.com saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Nasional Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) yang bertempat di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Jumat (1/3).
Selain itu, menurut Nezar, Big Data juga digunakan dalam media untuk proyeksi dan menganalisis.
"Untuk proyeksi membuat sejumlah analisis dan segala macamnya (dalam media) itu sudah banyak digunakan," tutupnya.
Pendapat semisal juga dikemukakan Helen Lippell dalam artikel ilmiahnya dengan tajuk "Big Data in the Media and Entertainment Sectors". Di dalam risetnya tersebut, Lippel menyampaikan bahwa ada tiga area dalam media yang bisa damasuki Big Data.
Pertama, produk dan pelayanan, yang mana media menggunakan Big Data akan memiliki kemampuan mempublikasi konten dengan cara yang lebih canggih. Kedua, pengguna dan penyuplai, dengan penggunaan Big Data dalam media, maka menurut Lippell ambisi media untuk bisa mengetahui preferensi dan tingkahlaku para penggunanya bisa dilakukan demi membangun kedekatan yang lebih antara media dengan para penggunanya.
Terakhir, infrastruktur dan pemerosesan, dengan menggunakan Big Data, media digital bisa beroperasi secara efisien dengan produk-produk open source dan infrastruktur komputasi awan (cloud computing).
Reporter: Yopi Makdori (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perusahaan analisa data untuk social commerce pede bisa merengkuh pengguna dua kali lipat pada 2025.
Baca SelengkapnyaMenjadi sebuah kebutuhan pemanfaatan teknologi AI bagi pemerintah.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan dari pakar siber security mengenai kecurigaan orang-orang terkait hal itu.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaFacebook menjadi jejaring sosial terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaPerusahaan media sosial seperti LinkedIn dan Meta menggunakan informasi pengguna untuk melatih AI.
Baca SelengkapnyaElon Musk dengan tegas menyatakan dukungannya terhadap Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai jelang tahun pemilu yang disukai hacker.
Baca SelengkapnyaBocoran dokumen dari mitra pemasaran Facebook menunjukkan teknologi eavesdropping yang mendengarkan percakapan pengguna untuk menargetkan iklan.
Baca SelengkapnyaData tahun 2023, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 167 juta orang.
Baca SelengkapnyaBeberapa jam setelah serangan Hamas ke Israel, X atau Twitter dibanjiri video dan foto hoaks serta informasi menyesatkan tentang perang di Gaza.
Baca SelengkapnyaSayangnya, keberhasilan algoritma ini juga memunculkan pertanyaan tentang etika dan privasi data.
Baca Selengkapnya