Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Magma Gunung Merapi belum naik

Magma Gunung Merapi belum naik Gunung Merapi. ©Reuters

Merdeka.com - Walaupun status Gunung Merapi sudah berganti dari normal ke waspada, namun belum dinyatakan ada pergerakan magma dari dalam gunung tersebut menuju ke atas.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi menjelaskan bahwa pergerakan magma aktif di dalam Gunung Merapi sampai saat ini masih belum dinyatakan ada. Bahkan, deformasi di gunung tersebut juga masih tidak terdeteksi.

"Dari pemantauan seismik, gempa yang paling banyak muncul adalah gempa low frekuensi (LF) dan bukan high frekuensi (HF). Gempa LF itu berasosiasi dengan pergerakan fluida gas, bukan magma. Migrasi magma ke atas akan selalu ditandai dengan gempa HF dan deformasi. Sampai sekarang deformasinya nol," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Subandriyo di Yogyakarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu (30/04).

Menurut dia, perubahan status Merapi dari normal ke waspada tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di sekitar gunung termasuk pemerintah dan aparat sebagai langkah mitigasi yang harus diambil.

"Warga masih bisa bekerja seperti biasa namun tetap waspada. Hindari bekerja di lokasi-lokasi yang sulit dijangkau," katanya.

BPPTKG menyatakan, tidak ada rumus yang pasti untuk memperkirakan waktu terjadinya letusan Gunung Merapi.

"Jika kenaikan status ini tidak diikuti dengan kejadian lain misalnya letusan, maka tidak apa-apa. Yang penting masyarakat sudah meningkatkan kewaspadaannya," katanya.

Berdasarkan pemantauan seismik, perubahan status Gunung Merapi dari normal ke waspada dilakukan berdasarkan meningkatnya aktivitas gas di perut gunung.

"Terjadi perubahan 'perilaku' Merapi karena kandungan gas yang sangat tinggi. Peningkatan aktivitas gas itu menimbulkan suara gemuruh yang bisa terdengar dari radius delapan kilometer. Dari catatan, ada 29 kali suara gemuruh," katanya.

Peningkatan gas di Merapi juga menimbulkan letusan minor yang telah terjadi 10 kali pascaerupsi Merapi 2010. Letusan minor tersebut ditandai dengan embusan asap solfatara termasuk lontaran batu pijar.

"Sama sekali tidak terjadi guguran lava pijar. Lava pijar terjadi apabila sudah ada magma baru yang naik ke permukaan," katanya.

Namun demikian, aktivitas gas tersebut juga perlu diwaspadai menimbulkan guguran material lama di puncak gunung apabila aktivitas gas terjadi dengan kuat. (mdk/das)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP