Muak dengan berita palsu? Ini 4 Langkah Facebook memberantasnya
Merdeka.com - Facebook adalah sarang dari banyak sekali berita palsu. Tak cuma di Amerika Serikat yang notabene jadi masalah besar karena tingginya jumlah 'share' berita palsu, di Indonesia ternyata juga demikian keadaannya.
Beberapa minggu lalu, Facebook memberikan gambaran mengenai beberapa hal yang sedang dikerjakan oleh jejaring sosial terpopuler tersebut, untuk mengatasi masalah berita palsu dan hoax. Facebook berkomitmen untuk memberantasnya dan beberapa fitur sudah mulai dijalankan.
Upaya Facebook dalam memberantas hoax dan berita palsu berpusat dalam empat area. Rencananya, berbagai hal ini hanyalah beberapa langkah awal yang diambil untuk memperbaiki pengalaman para pengguna Facebook. Tentu dalam uji-coba ini akan ada proses trial and error yang akan terus membuat platform Facebook tak lagi ramah berita palsu dan hoax. Berikut empat langkah tersebut.
-
Bagaimana Kominfo tangani isu hoaks? Kementerian Kominfo telah melakukan pemutusan akses atas konten yang teridentifikasi sebagai isu hoaks. Pemutusan akses ditujukan agar konten hoaks tidak tersebar luas dan merugikan masyarakat.
-
Bagaimana berita hoaks dibuat? Beberapa bahkan menggunakan konten yang dibuat oleh AI atau kecerdasan buatan.
-
Bagaimana cara membedakan hoaks dengan berita asli? Jika dilihat lebih detail, ada sejumlah kejanggalan yang terlihat pada layout unggahan tersebut dengan tampilan pada situs asli Liputan6.com. Satu di antaranya yaitu perbedaan font tulisan, struktur tanda baca, serta tata letak penulisan, nama penulis, dan tanggal unggahan artikel.
-
Bagaimana Polisi Pekanbaru melibatkan admin medsos untuk cegah hoax? Polresta Pekanbaru mengambil langkah inovatif dengan melibatkan admin media sosial publik dalam upaya mencegah hoaks dan isu sara selama Pemilu 2024.Kolaborasi ini terwujud dalam diskusi santai antara Satreskrim Polresta Pekanbaru, dipimpin oleh Kasat Reskrim Kompol Bery Juana Putra, dan sejumlah admin media sosial di salah satu kafe di Pekanbaru.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
1. Proses pelaporan yang lebih mudah
Facebook sedang menguji beberapa cara untuk mempermudah pelaporan hoax jika Anda melihatnya berkeliaran di News Feed atau Home. Anda bisa melakukan hal ini dengan mengklik sudut kanan atas dalam sebuah postingan. Facebook sendiri sangat bergantung pada Anda sebagai pengguna, dalam membantu mengatasi permasalahan ini. Pasalnya hanya dengan cara ini Facebook bisa mendeteksi lebih banyak lagi berita palsu.
2. Kerjasama dengan pihak pengecek fakta
Langkah selanjutnya dari Facebook adalah dalam penyediaan konteks yang lebih baik dalam bertukar pendapat. Hal ini bisa membantu menolong banyak orang dalam mengambil keputusan mengenai apa yang bisa mereka percaya dan apa yang bisa mereka bagikan.
Terkait hal ini ini, Facebook telah memulai sebuah program kerjasama dengan organisasi pihak ketiga untuk mengecek fakta, yakni dengan International Fact Checking Code of Principles di Poynter. Facebook akan menggunakan laporan dari pengguna untuk mengirimkan berbagai berita ke organisasi ini. Jika mereka mengidentifikasi adanya berita palsu, maka akan terdapat tanda dan tautan ke artikel dengan penjelasan yang benar. Artikel yang diperdebatkan akan muncul lebih sedikit di News Feed.
3. Menekan pembagian berita palsu
Facebook menguji coba untuk membuat semacam algoritma yang bisa menilai sebuah berita ada unsur hoax atau tidak ditengarai dari kecenderungan seseorang membagikannya. Sinyal bagaimana pola seseorang dalam 'ngeshare' artikel akan dilihat sehingga pola seseorang dalam membagi artikel hoax akan terlihat.
4. Memutus insentif finansial penyebar berita palsu
Facebook menemukan bahwa banyak berita palsu yang ternyata memiliki motif finansial. Penyebar berita palsu menghasilkan uang dengan menyamar sebagai organisasi media terkenal dan memuat hoax yang mengundang pembaca mengunjungi situs mereka, di mana kebanyakan isi situs mereka adalah iklan.
Oleh karena itu, Facebook tengah melakukan berbagai hal untuk mengurangi insentif finansial ini. Dalam sisi pembelian, Facebook sendiri telah mengeliminasi kemampuan pembelian bagi domain yang sifatnya menipu, yang akan mengurangi prevalensi dari situs-situs yang berpura-pura sebagai media yang sesungguhnya. Dalam sisi penerbit, Facebook menganalisis situs penerbit untuk mendeteksi di mana tindakan penegakan kebijakan mungkin dibutuhkan. (mdk/idc)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sisa berita hoaks lainnya tidak diturunkan, melainkan hanya diberikan stempel hoaks karena dianggap tidak terlalu berbahaya.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaUntuk itu WhatsApp, menghadirkan berbagai fitur upaya mencegah beredarnya hoaks jelang pemilu
Baca SelengkapnyaPenting untuk memverifikasi keaslian informasi sebelum menerimanya sebagai kebenaran.
Baca SelengkapnyaBeredar narasi utang bank dan pinjol bisa lunas hanya unggah nomor rekening di Facebook
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaPara admin untuk bersinergi dalam mencegah penyebaran kabar bohong atau isu SARA.
Baca SelengkapnyaMenurut Bery, hoaks menggunakan kecerdasan buatan memang sudah cukup meresahkan.
Baca SelengkapnyaTim cek fakta independen antara lain Mafindo, Perludem hingga AFP Indonesia.
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaDisinformasi yang bersumber dari platform media sosial merembes ke forum-forum personal seperti whatsapp group.
Baca Selengkapnya