PUBG Bukan Game Kekerasan

Merdeka.com - Akhir-akhir ini PUBG tengah menjadi perbincangan lantaran wacana haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Fatwa tersebut disebabkan diduga game strategi itu mengandung unsur kekerasan.
Ketua Umum Asosiasi Esports Indonesia (Indonesian Esports Association, IeSPA), Eddy Lim, turut menanggapi tudingan itu. Ia tidak setuju jika PUBG dikatakan sebagai game kekerasan.
"Saya pribadi melihatnya bukan gim kekerasan, tapi strategi. Karena dalam gim ini kan, misalnya, gamer harus mengatur strategi untuk masuk ke suatu wilayah," tutur Eddy di kantor MUI seperti dikutip dari Liputan6.com.
Kendati demikian, dia tak menyangkal ada sedikit adegan kekerasan. Namun adegan itu tidak serta merta PUBG sebagai game kekerasan.
Eddy mengatakan, saat ini ada sekira 20-30 juta pemain PUBG di Indonesia. Tapi hak itu tidak lantas membuat semua pemainnya melakukan kekerasan atau meniru adegan di dalam game tersebut di dunia nyata.
"Kalau memang ada implikasi jelek, kita lihat dari semuanya itu apa? Justru sisi lainnya mereka jadi tidak mau belajar atau terlalu lama bermain, dan ini tidak hanya terjadi karena PUBG saja, tapi juga game lain," terangnya.
Sekjen Masyarakat Industri Kreatif TIK (MIKTI), M. Andy Zaky turut berpendapat mengenai hal ini. Menurutnya, jika pada akhirnya PUBG difatwakan haram, maka semua game dan film juga perlu memiliki fatwa.
"Kalau PUBG perlu fatwa, semua game dan film perlu fatwa tuh," jelasnya saat dihubungi Merdeka.com melalui pesan singkat, Selasa (26/3).
Dilanjutkannya, alangkah bijaknya MUI membuat acuan standar yang lebih mendasar untuk produk kreatif seperti game. Sehingga dapat dimanfaatkan pelaku industri secara berkelanjutan.
"Lebih tepat adalah sebuah acuan standar untuk produk kreatif seperti game. Salah satunya game rating," katanya.
Sumber: Liputan6.comReporter: Andina Librianty
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya