Benarkan Ngupil Bisa Menyebabkan Penyakit Alzheimer? ini Penjelasannya
Benarkah ngupil bikin alzheimer? simak penjelasan di bawah ini.
Belakangan ini, banyak orang tertarik untuk mengeksplorasi pertanyaan mengenai apakah kebiasaan ngupil dapat menyebabkan Alzheimer. Di tengah masyarakat, beredar berbagai mitos kesehatan, termasuk anggapan bahwa ngupil dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit Alzheimer.
Meskipun pernyataan ini terdengar mengejutkan, penting untuk menggali fakta dan bukti ilmiah yang ada sebelum mengambil kesimpulan. Hingga saat ini, penelitian yang mengkaji hubungan antara ngupil dan Alzheimer masih sangat terbatas, sehingga sulit untuk menentukan kebenaran dari klaim tersebut. Banyak ahli kesehatan berpendapat bahwa Alzheimer lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, gaya hidup, dan penuaan otak, bukan oleh kebiasaan sehari-hari seperti ngupil.
-
Kenapa mengupil bisa meningkatkan risiko Alzheimer? Dilansir dari Science Alert, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan adanya hubungan yang mengejutkan antara kerusakan jaringan hidung akibat mengupil dengan peningkatan risiko demensia, termasuk Alzheimer. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ketika seseorang mengupil dan merusak jaringan dalam hidung, beberapa jenis bakteri berbahaya dapat masuk lebih mudah ke otak. Kehadiran bakteri ini kemudian memicu respons otak yang mirip dengan tanda-tanda awal Alzheimer.
-
Siapa yang menemukan hubungan mengupil dengan Alzheimer? Para peneliti dari Griffith University, Australia, melakukan percobaan dengan bakteri Chlamydia pneumoniae, yang dapat menyebabkan pneumonia pada manusia.
-
Apa sebenarnya Alzheimer? Alzheimer adalah salah satu jenis demensia, yaitu gangguan otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, seperti ingatan dan kemampuan berpikir.
-
Siapa saja yang bisa terkena Alzheimer? Meskipun penyakit ini memang umum terjadi pada individu berusia di atas 65 tahun, terdapat juga kasus Alzheimer dini yang menyerang orang-orang berusia antara 30 hingga 60 tahun.
-
Apa yang terjadi pada otak akibat mengupil? Kehadiran bakteri ini kemudian memicu respons otak yang mirip dengan tanda-tanda awal Alzheimer.
-
Apa dampak panas berlebihan pada kesehatan mental? Panas berlebih dapat berdampak langsung pada suasana hati dan tingkat stres seseorang. Tubuh yang kesulitan menjaga suhu tetap sejuk akan mempengaruhi pikiran, membuat segalanya terasa lebih membebani. Saat tubuh Anda berjuang melawan panas, otak Anda pun bisa 'kepanasan'. Kondisi ini dapat meningkatkan kecemasan, iritabilitas, dan bahkan agresi.
Namun, isu ini telah memicu diskusi yang menarik mengenai kesehatan otak, kebersihan pribadi, serta potensi risiko infeksi yang dapat berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. Apakah benar ngupil dapat menyebabkan Alzheimer, atau apakah ini sekadar mitos yang belum terbukti? Meskipun demikian, ada beberapa cara di mana kebiasaan buruk dapat berhubungan secara tidak langsung dengan kesehatan otak.
Misalnya, ngupil dengan cara yang tidak bersih bisa berisiko menyebabkan infeksi pada saluran hidung yang berpotensi memengaruhi fungsi otak. Namun, bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa kebiasaan ini secara langsung menyebabkan Alzheimer masih sangat lemah. Untuk benar-benar memahami risiko dan faktor penyebab Alzheimer, diperlukan lebih banyak penelitian. Yang terpenting dalam menjaga kesehatan otak adalah menghindari faktor-faktor yang telah terbukti meningkatkan risiko Alzheimer, seperti merokok, kurang berolahraga, dan pola makan yang tidak sehat.
Menjaga kebersihan tubuh, termasuk kebersihan hidung, adalah hal yang penting, tetapi tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa ngupil dapat menyebabkan Alzheimer. Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya tidak terlalu khawatir mengenai klaim ini dan lebih fokus pada langkah-langkah pencegahan Alzheimer yang telah terbukti efektif.
Berikut ulasan selengkapnya, Kamis (26/9).
Penyakit Alzheimer dan Berbagai Pernyataan Terkaitnya
Penyakit Alzheimer adalah kondisi degeneratif yang mempengaruhi otak, mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif, termasuk ingatan, pemikiran, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit ini berkembang secara bertahap dan lebih umum terjadi pada orang lanjut usia, meskipun tidak dianggap sebagai bagian dari proses penuaan yang normal.
Meskipun penyebab pasti Alzheimer belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor seperti akumulasi plak protein di otak, faktor genetik, usia, serta pola hidup yang tidak sehat, dapat berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini. Saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan Alzheimer, tetapi ada terapi yang dapat membantu mengurangi gejala dan memperlambat kemajuan penyakit. Akhir-akhir ini, muncul klaim bahwa kebiasaan mengorek hidung dapat berhubungan dengan risiko Alzheimer, sebuah penyakit neurodegeneratif yang ditandai oleh penurunan fungsi kognitif.
Penelitian dari tim di Griffith University, Australia, menarik perhatian publik dengan menyatakan bahwa bakteri Chlamydia pneumoniae yang ditemukan di saluran pernapasan dapat masuk ke otak melalui saraf penciuman di rongga hidung. Bakteri ini diduga dapat menyebabkan peradangan di otak, yang berpotensi mempercepat pembentukan plak beta-amyloid, salah satu faktor utama penyebab Alzheimer. Meskipun hasil penelitian dari Griffith University ini menarik, penting untuk dicatat bahwa hubungan antara kebiasaan mengorek hidung dan Alzheimer belum terbukti secara definitif pada manusia.
Penelitian ini masih berada pada tahap awal dan sebagian besar dilakukan pada hewan percobaan, bukan pada manusia. Oleh karena itu, belum bisa ditarik kesimpulan pasti bahwa mengorek hidung secara langsung menyebabkan Alzheimer. Selain itu, penelitian tersebut tidak mengklaim bahwa kebiasaan ini adalah satu-satunya penyebab Alzheimer. Ada banyak faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ini, seperti usia, riwayat keluarga, dan kondisi kesehatan keseluruhan, termasuk gaya hidup seperti pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok.
Penelitian Terbaru dalam Jurnal Kedokteran Amerika
Penelitian terbaru menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara kebiasaan ngupil dan peningkatan risiko penyakit Alzheimer, yang merupakan salah satu jenis demensia paling umum di dunia. Dalam studi yang diterbitkan di The American Journal of Medical Sciences, ditemukan bahwa meskipun kebiasaan ini terlihat sepele, ia dapat menjadi faktor risiko yang signifikan dalam perkembangan Alzheimer.
Penelitian tersebut menganalisis metadata dari sepuluh studi sebelumnya yang mengeksplorasi bagaimana bakteri dan patogen lainnya dapat masuk ke dalam tubuh melalui hidung saat seseorang mengupil. Temuan menunjukkan bahwa berbagai mikroorganisme berbahaya, seperti bakteri dan virus, dapat dengan mudah memasuki rongga hidung melalui jari. Kebiasaan yang sering dianggap sepele ini ternyata dapat memungkinkan patogen tersebut menjangkau sistem saraf pusat. Lebih mengkhawatirkan lagi, para peneliti menemukan bahwa bakteri dan patogen ini tidak hanya terjebak di hidung.
Mereka dapat menyebar melalui saraf olfaktorius (saraf penciuman) dan mencapai otak, di mana mereka dapat memicu peradangan. Seiring berjalannya waktu, peradangan ini dapat merusak sel-sel otak dan menyebabkan kematian sel, yang berkontribusi pada perkembangan Alzheimer. Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah identifikasi beberapa patogen utama yang dapat memicu peradangan di otak. Di antara mikroorganisme yang teridentifikasi adalah virus herpes, virus corona, bakteri penyebab pneumonia, dan jamur Candida albicans.
Semua mikroorganisme ini diketahui dapat menyebabkan infeksi serius, dan ketika mereka berhasil menembus penghalang otak melalui hidung, risiko mereka untuk menyebabkan kerusakan otak menjadi lebih tinggi. Peradangan yang disebabkan oleh patogen-patogen ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak secara bertahap. Jika dibiarkan berlanjut, kerusakan tersebut dapat mengakibatkan akumulasi protein abnormal, seperti plak beta-amyloid, yang merupakan salah satu ciri khas penyakit Alzheimer.
Tanda-tanda Alzheimer yang Harus Dipahami
Penyakit Alzheimer adalah gangguan neurodegeneratif yang ditandai dengan penurunan kemampuan kognitif secara bertahap, dengan gejala yang bervariasi dari ringan hingga parah seiring dengan kemajuan penyakit. Gejala-gejala ini muncul secara bertahap dan semakin memburuk seiring waktu, mengganggu kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut adalah penjelasan mengenai berbagai gejala yang umumnya dialami oleh penderita Alzheimer:
1. Masalah Memori
Salah satu indikasi awal yang paling mencolok dari Alzheimer adalah kesulitan dalam mengingat, terutama informasi baru. Di tahap awal, penderita mungkin melupakan hal-hal kecil seperti percakapan yang baru saja berlangsung, lokasi barang-barang, atau tanggal-tanggal penting. Mereka bisa mengulang pertanyaan yang sama karena tidak dapat mengingat jawabannya. Meskipun kehilangan ingatan sesekali adalah hal yang biasa seiring bertambahnya usia, kehilangan ingatan pada penderita Alzheimer cenderung lebih signifikan dan sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari. Seiring perkembangan penyakit, penderita mulai kehilangan ingatan jangka panjang, seperti ketidakmampuan mengenali anggota keluarga atau teman dekat, serta melupakan pengalaman atau momen penting dalam hidup mereka.
2. Kebingungan Waktu dan Tempat
Penderita Alzheimer sering kali mengalami kebingungan mengenai waktu dan tempat. Mereka mungkin tidak ingat hari, tanggal, atau musim saat ini, serta bisa tersesat di lokasi yang seharusnya mereka kenal dengan baik, seperti di rumah mereka sendiri. Dalam keadaan yang lebih parah, penderita bisa lupa cara pulang dari tempat yang biasa mereka kunjungi atau bahkan tersesat di rumah sendiri. Kebingungan ini juga dapat menyebabkan kesulitan dalam memahami peristiwa yang sedang berlangsung atau rencana di masa depan. Mereka mungkin merasa terjebak dalam waktu yang berbeda atau bingung dengan situasi di sekeliling mereka.
3. Kesulitan dalam Berpikir Abstrak dan Pengambilan Keputusan
Alzheimer tidak hanya berdampak pada memori, tetapi juga pada kemampuan berpikir logis dan abstrak. Tugas-tugas yang sebelumnya mudah, seperti menyelesaikan masalah matematika sederhana atau mengelola keuangan, menjadi sangat sulit. Penderita mungkin mengalami kebingungan saat merencanakan atau mengikuti langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, bahkan yang sederhana sekalipun. Mereka juga dapat mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, seperti memilih pakaian atau bagaimana merespons situasi tertentu. Ketidakmampuan ini sering kali membuat mereka sangat bergantung pada orang lain untuk membuat keputusan penting.
4. Perubahan Emosi dan Kepribadian
Alzheimer juga dapat memengaruhi emosi dan kepribadian seseorang. Penderita mungkin mengalami perubahan suasana hati yang drastis tanpa alasan yang jelas. Mereka bisa menjadi lebih mudah marah, frustrasi, cemas, atau mengalami depresi. Dalam beberapa kasus, mereka bisa menjadi curiga atau paranoid terhadap orang-orang di sekitar mereka, termasuk anggota keluarga dan teman-teman dekat. Perubahan kepribadian ini sering kali membuat penderita menjauh dari interaksi sosial dan kegiatan yang biasanya mereka nikmati, yang pada gilirannya memperburuk perasaan kesepian atau isolasi. Seseorang yang dulunya tenang dan ramah bisa berubah menjadi cemas atau agresif, sementara yang lainnya mungkin menjadi lebih pasif dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar.
Tantangan dalam berkomunikasi
Penderita Alzheimer sering kali menghadapi tantangan dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Mereka bisa mengalami kesulitan dalam menemukan kata yang tepat untuk menyampaikan ide-ide mereka, atau bahkan terhenti saat berbicara karena lupa apa yang ingin mereka sampaikan. Ucapan mereka bisa terdengar terputus-putus atau sulit dipahami oleh orang lain. Selain itu, kemampuan mereka untuk mengikuti percakapan juga dapat menurun, sehingga mereka mungkin terlihat tidak merespons atau bingung dengan apa yang diucapkan oleh orang lain. Hal ini juga berlaku pada kemampuan menulis mereka, di mana tulisan mereka bisa sulit dimengerti atau tidak terstruktur dengan baik.
6. Kehilangan Kemampuan untuk Melaksanakan Aktivitas Sehari-hari
Seiring dengan perkembangan penyakit Alzheimer, penderita akan semakin kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari yang sebelumnya bisa mereka lakukan secara mandiri. Pada tahap awal, mereka mungkin memerlukan bantuan dalam hal-hal seperti mengatur keuangan atau mengingat janji. Namun, pada tahap yang lebih lanjut, mereka akan membutuhkan dukungan untuk melakukan kegiatan dasar seperti berpakaian, mandi, makan, atau menggunakan toilet. Kehilangan kemampuan ini dapat membuat mereka sangat bergantung pada orang lain, baik anggota keluarga maupun pengasuh. Hilangnya kemandirian ini sering kali menyebabkan frustrasi bagi penderita dan dapat memperburuk gejala lain, seperti kecemasan atau depresi.
7. Gangguan dalam Persepsi Visual dan Ruang
Beberapa individu yang menderita Alzheimer juga mengalami kesulitan dalam memproses informasi visual dan ruang. Mereka mungkin kesulitan dalam menilai jarak atau mengenali objek dengan tepat, yang dapat menjadikan aktivitas seperti mengemudi berisiko. Sebagai contoh, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam membedakan warna, atau mungkin tidak dapat mengenali wajah orang yang sudah mereka kenal. Kesulitan ini juga dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menavigasi lingkungan, sehingga meningkatkan kemungkinan mereka tersesat atau terjatuh.