Cara Membuat Pupuk Kompos: Panduan Lengkap untuk Pemula
Panduan membuat pupuk kompos sendiri di rumah untuk pemula yang dijamin berhasil.

Pupuk kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Kompos dibuat dari bahan-bahan organik yang terurai secara alami dengan bantuan mikroorganisme.
Proses pembuatan kompos relatif sederhana dan dapat dilakukan di rumah menggunakan sampah organik rumah tangga. Artikel ini akan membahas secara lengkap cara membuat pupuk kompos.
Mulai dari pengertian, bahan dan alat yang diperlukan, langkah-langkah pembuatan, hingga tips dan manfaatnya. Simak ulasan selengkapnya:
Pengertian Pupuk Kompos
Pupuk kompos adalah hasil penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pengurai. Bahan organik yang digunakan dapat berupa sisa tanaman, dedaunan, rumput, jerami, kotoran hewan, sampah dapur, dan berbagai jenis limbah organik lainnya.
Proses penguraian atau dekomposisi ini terjadi secara aerobik (membutuhkan oksigen) dan menghasilkan material yang kaya akan unsur hara serta bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah. Kompos memiliki beberapa karakteristik utama:
- Berwarna cokelat kehitaman
- Bertekstur remah dan gembur
- Tidak berbau busuk
- Suhu mendekati suhu lingkungan
- pH netral (6,5-7,5)
- Mengandung unsur hara makro dan mikro
Proses pengomposan pada dasarnya merupakan proses alami yang terjadi di alam. Namun dengan bantuan manusia, proses ini dapat dipercepat dari yang semula membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun menjadi hanya 1-3 bulan saja.
Hal ini dilakukan dengan mengatur kondisi lingkungan yang optimal bagi mikroorganisme pengurai untuk bekerja.
Langkah-langkah Pembuatan Pupuk Kompos
Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk membuat pupuk kompos dari sampah organik rumah tangga:
1. Persiapan Bahan
Kumpulkan sampah organik yang akan dikomposkan. Pisahkan sampah organik dari sampah anorganik. Sampah organik yang bisa digunakan antara lain:
- Sisa sayuran dan buah-buahan
- Daun-daun kering
- Rumput
- Serbuk gergaji
- Sekam padi
- Kulit telur
- Ampas kopi atau teh
Hindari menggunakan bahan-bahan seperti daging, tulang, minyak, atau makanan yang mengandung lemak karena dapat menghambat proses pengomposan dan menimbulkan bau tidak sedap.
2. Pencacahan Bahan
Potong atau cacah sampah organik menjadi ukuran yang lebih kecil, sekitar 1-2 cm. Semakin kecil ukurannya, semakin cepat proses penguraiannya. Anda bisa menggunakan pisau atau mesin pencacah khusus untuk mempermudah proses ini.
3. Penyusunan Bahan dalam Wadah
Susun bahan-bahan organik yang telah dicacah ke dalam wadah pengomposan secara berlapis. Mulailah dengan lapisan dasar berupa bahan kering seperti dedak atau sekam padi setebal 5-10 cm.
Kemudian tambahkan lapisan sampah organik setebal 10-15 cm. Lanjutkan dengan menambahkan lapisan kotoran ternak (jika ada) setebal 5 cm. Ulangi susunan lapisan ini hingga wadah terisi sekitar 2/3 bagian.
4. Penambahan Aktivator
Siapkan larutan aktivator pengomposan sesuai petunjuk pada kemasan. Biasanya dengan mencampurkan EM4 dan air dengan perbandingan tertentu.
Siramkan larutan aktivator secara merata ke seluruh permukaan tumpukan bahan kompos. Pastikan kelembaban tumpukan seperti spons yang diperas (sekitar 50-60%).
5. Penutupan dan Pemeliharaan
Tutup wadah pengomposan dengan rapat namun tetap beri celah untuk sirkulasi udara. Jika menggunakan lubang di tanah, tutup dengan terpal atau plastik.
Aduk atau balik tumpukan kompos setiap 3-7 hari sekali untuk memastikan aerasi yang baik dan menjaga suhu optimal. Pantau kelembaban dan tambahkan air jika terlalu kering atau bahan kering jika terlalu basah.
6. Pemantauan Suhu
Selama proses pengomposan, suhu tumpukan akan meningkat hingga 50-70°C akibat aktivitas mikroorganisme. Ini adalah tanda bahwa proses berjalan dengan baik. Setelah 2-3 minggu, suhu akan mulai menurun kembali. Jika memiliki termometer, Anda bisa memantau perubahan suhu
7. Pematangan dan Pemanenan
Proses pengomposan biasanya membutuhkan waktu 1-3 bulan tergantung pada jenis bahan dan kondisi lingkungan. Kompos yang sudah matang itandai dengan:
- Warna cokelat kehitaman
- Tekstur remah seperti tanah
- Suhu sudah kembali normal (mendekati suhu lingkungan)
- Tidak berbau busuk
- Volume menyusut hingga 1/3 dari volume awal
Setelah matang, ayak kompos untuk memisahkan bagian yang belum terurai sempurna. Bagian yang kasar bisa dikembalikan ke dalam tumpukan untuk proses pengomposan selanjutnya.
Tips Membuat Pupuk Kompos yang Berkualitas
Berikut beberapa tips untuk menghasilkan pupuk kompos berkualitas tinggi:
- Perhatikan rasio C/N: Usahakan perbandingan bahan
- kaya karbon (daun kering, sekam) dan nitrogen (sampah hijau, kotoran
- ternak) sekitar 30:1 untuk hasil optimal.
- Jaga kelembaban: Tumpukan kompos harus cukup lembab
- tapi tidak terlalu basah. Terlalu kering akan menghambat proses,
- terlalu basah bisa menyebabkan pembusukan anaerobik.
- Pastikan aerasi cukup: Pengadukan rutin membantu memasukkan oksigen yang diperlukan mikroorganisme aerob.
- Kontrol suhu: Suhu ideal pengomposan adalah 45-65°C. Jika terlalu panas, lakukan pengadukan untuk menurunkan suhu.
- Gunakan beragam bahan: Campuran berbagai jenis sampah organik akan menghasilkan kompos dengan kandungan nutrisi yang lebih lengkap.
- Hindari bahan bermasalah: Jangan masukkan daging, tulang, minyak, atau tanaman yang terkena penyakit ke dalam tumpukan kompos.
- Cacah bahan dengan ukuran seragam: Ini membantu proses penguraian berlangsung lebih merata.
- Tambahkan bahan pengaya: Menambahkan sedikit kapur atau abu kayu dapat membantu menetralkan pH kompos.