Dadan Hindayana, Kepala BGN yang Usulkan Makan Bergizi Gratis dengan Lauk Serangga
Kepala BGN Dadan Hindayana mengusulkan serangga sebagai menu makan bergizi gratis, menyesuaikan potensi lokal.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, baru-baru ini mengajukan gagasan untuk menggunakan serangga sebagai alternatif lauk dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan oleh pemerintah. Ia berpendapat bahwa program ini perlu disesuaikan dengan potensi sumber daya lokal yang ada di masing-masing daerah agar lebih bervariasi dan berkelanjutan. Usulan ini berlandaskan pada kenyataan bahwa beberapa kelompok di Indonesia telah lama menjadikan serangga sebagai sumber protein.
Penggunaan serangga sebagai bahan makanan bukanlah hal yang asing, terutama di negara-negara yang telah menjadikannya bagian dari kuliner tradisional. Serangga diketahui kaya akan protein dan juga mengandung berbagai nutrisi penting lainnya, seperti vitamin B12 dan zat besi, yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Dadan menekankan bahwa program MBG tidak menetapkan standar menu nasional yang seragam, tetapi lebih berfokus pada standar komposisi gizi yang dapat disesuaikan dengan ketersediaan bahan pangan di setiap daerah.
Meskipun demikian, wacana ini telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Beberapa pihak berpendapat bahwa serangga dapat menjadi solusi inovatif dan berkelanjutan untuk ketahanan pangan, sementara yang lain meragukan penerimaan sosial serta keamanan konsumsi serangga bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dan kajian lebih lanjut untuk memastikan efektivitas serta penerapan gagasan ini dalam program MBG secara nasional. Berikut informasinya, dirangkum Merdeka.com, Kamis (30/1).
Dadan Hindayana dan Usulan Serangga sebagai Menu Makan Bergizi Gratis
Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengusulkan ide yang inovatif dengan memasukkan serangga sebagai salah satu pilihan menu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini bertujuan untuk menyesuaikan sumber daya lokal dengan kebiasaan makan masyarakat di berbagai daerah, sehingga variasi menu yang disediakan dapat lebih beragam dan berkelanjutan.
Dadan menekankan bahwa serangga adalah sumber protein yang telah dikonsumsi oleh beberapa komunitas di Indonesia dan di seluruh dunia. Oleh karena itu, serangga dapat menjadi alternatif bagi daerah yang sudah terbiasa mengonsumsinya sebagai makanan sehari-hari.
"Kalau ada daerah-daerah tertentu yang terbiasa makan seperti itu (serangga), itu (serangga) bisa menjadi menu di daerah tersebut," kata Dadan beberapa waktu lalu, dilansir dari ANTARA. Ia juga menambahkan bahwa tidak perlu ada standar menu nasional yang seragam, tetapi tetap memperhatikan komposisi gizi yang telah ditetapkan oleh BGN.
Selain itu, Dadan menyebutkan bahwa MBG tidak hanya berfokus pada variasi sumber protein, tetapi juga membuka peluang untuk diversifikasi karbohidrat. Misalnya, di wilayah yang memiliki sumber daya pangan seperti jagung, singkong, atau pisang rebus, nasi dapat diganti dengan bahan-bahan tersebut. Dengan cara ini, program ini dapat lebih inklusif dan selaras dengan kearifan lokal yang ada di masyarakat.
Profil Dadan Hindayana: Akademisi dan Kepala Badan Gizi Nasional
Dadan Hindayana adalah seorang akademisi dengan pendidikan yang mendalam dalam bidang entomologi, yaitu ilmu yang mempelajari serangga. Ia menyelesaikan gelar sarjana di program studi Proteksi Tanaman di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1990, kemudian melanjutkan pendidikan magister di Universitas Bonn, Jerman, dengan fokus pada Entomologi Terapan, dan meraih gelar doktor di IPB.
Sebelum menjabat sebagai Kepala BGN, Dadan aktif sebagai dosen di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB. Ia memiliki catatan akademik yang sangat baik, ditunjukkan dengan berbagai publikasi ilmiah, termasuk penelitian mengenai keanekaragaman dan peran fungsional serangga yang telah diterbitkan dalam Jurnal Entomologi Indonesia.
Sebagai seorang akademisi yang mendalami ilmu serangga dan pangan, Dadan memiliki pemikiran yang inovatif mengenai pemanfaatan serangga sebagai sumber protein dalam program gizi nasional. Pemikirannya mencerminkan pemahaman mendalam tentang solusi alternatif dan berkelanjutan untuk mencapai ketahanan pangan. Selain itu, ia juga menyadari potensi sumber daya lokal yang ada di Indonesia, yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
Punya Hobi Main Golf
Saat ini, Dadan menjabat sebagai Ketua di Sekolah Tinggi Pertanian dan Kewirausahaan (STPK) Banau yang terletak di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Ia juga aktif dalam dunia penulisan, berhasil mempublikasikan empat jurnal pada tahun 2023, dan penelitian yang dilakukannya telah disitasi sebanyak 98 kali.
Salah satu penelitian Dadan yang berjudul "Keanekaragaman dan peran fungsional serangga Ordo Cleopatra di area reklamasi pascatambang batu bara di Berau, Kalimantan Timur" telah diterbitkan dalam Jurnal Entomologi Indonesia.
Selain itu, merujuk pada informasi dari laman IPB, Dadan juga memiliki hobi bermain golf. Pada bulan Juni 2024, ia dipercaya menjadi Ketua Panitia dalam acara Fakultas Pertanian IPB Charity Golf Tournament.
Peluang Serangga sebagai Alternatif Lauk Makan Bergizi
Serangga telah lama diakui sebagai sumber protein alternatif yang kaya akan nutrisi. Berbagai jenis serangga, seperti jangkrik, belalang, dan ulat sagu, memiliki kandungan protein yang tinggi, mencapai 60--70% dari berat keringnya. Selain itu, serangga juga mengandung asam lemak esensial, vitamin B12, zat besi, serta serat alami yang bermanfaat untuk pencernaan.
Di banyak negara seperti Thailand, Meksiko, dan beberapa negara di Afrika, konsumsi serangga telah menjadi bagian dari tradisi kuliner. Di Indonesia, beberapa komunitas di Papua dan Jawa Barat juga memiliki kebiasaan mengonsumsi serangga sebagai sumber protein. Hal ini menunjukkan bahwa potensi serangga sebagai makanan bergizi bukanlah sesuatu yang baru.
Selain memiliki kandungan gizi yang tinggi, budidaya serangga juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan ternak konvensional. Produksi serangga membutuhkan lebih sedikit lahan dan air, serta menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah. Dengan demikian, serangga dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan protein global di masa depan.
Wacana Serangga sebagai Lauk Makan Bergizi Gratis Perlu Dikaji
Konsep integrasi serangga dalam menu Makanan Bergizi (MBG) dilatarbelakangi oleh pemikiran untuk memanfaatkan potensi sumber daya lokal serta kebiasaan konsumsi masyarakat di berbagai wilayah. Menurut Dadan Hindayana, BGN tidak menetapkan menu nasional yang seragam, melainkan lebih fokus pada standar komposisi gizi yang dapat disesuaikan dengan potensi dan kebiasaan lokal.
Program MBG telah diimplementasikan di 31 provinsi di Indonesia dengan total 238 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang aktif. Pada periode awal, yaitu Januari hingga April 2025, ditargetkan ada 3 juta penerima manfaat dari program ini, dan pada tahap selanjutnya, dari April hingga Agustus 2025, jumlah tersebut diharapkan meningkat menjadi 6 juta penerima manfaat.
Namun, penerimaan ide serangga sebagai alternatif menu makan siang gratis ini memerlukan waktu yang cukup lama.
"Kebiasaan makan setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang sudah terbiasa dengan makan serangga di beberapa daerah tertentu, namun banyak juga yang merasa jijik dan tidak mau memakannya. Perasaan tidak nyaman ini harus dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan agar tujuan program untuk menciptakan pola makan bergizi tetap tercapai tanpa menimbulkan penolakan,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI, Alifudin.
Apakah serangga aman dikonsumsi manusia?
Ya, beberapa jenis serangga seperti jangkrik, ulat sagu, dan belalang telah dikonsumsi oleh banyak masyarakat dan memiliki kandungan gizi tinggi.
Apa manfaat gizi dari serangga?
Serangga kaya akan protein, asam lemak esensial, vitamin B12, zat besi, dan serat yang baik untuk pencernaan.
Bagaimana cara mengolah serangga agar aman dikonsumsi?
Serangga harus dibersihkan dan dimasak dengan baik, seperti digoreng, dipanggang, atau dijadikan tepung untuk berbagai makanan olahan.
Apa tantangan penerapan serangga sebagai menu makan bergizi?
Tantangan utamanya adalah penerimaan sosial, edukasi masyarakat, serta memastikan keamanan dan standar higienis dalam pengolahannya.