Kim Jong-un Pimpin Rapat Penting, Korut Bakal Lakukan Tindakan anti-Amerika Paling Agresif
Kim Jong Un memimpin rapat untuk strategi anti-AS paling ketat di 2025.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, baru-baru ini memimpin sebuah rapat penting yang menyerukan strategi paling ketat terhadap Amerika Serikat. Rapat ini diadakan dalam rangka merumuskan strategi negara untuk tahun 2025, seperti yang dilaporkan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada hari Minggu.
Dalam rapat tersebut, para pejabat partai dan pemerintah sepakat untuk meluncurkan tindakan balasan anti-AS yang paling agresif demi menjaga keamanan dan kepentingan nasional Korea Utara.
Kim juga menekankan pentingnya kemajuan dalam ilmu dan teknologi pertahanan untuk memperkuat kemampuan pencegahan negara tersebut. DIlansir DW, Senin (30/12/2024), rapat yang berlangsung dari 23 hingga 27 Desember ini menunjukkan komitmen Korea Utara untuk memperkuat posisi mereka di panggung internasional, khususnya dalam menghadapi ancaman dari AS dan sekutunya.
Kritik terhadap Aliansi AS-Korea Selatan-Jepang
Laporan KCNA mengkritik aliansi antara Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang, yang dijuluki sebagai 'blok militer nuklir'. Dalam laporan tersebut, Korea Selatan disebut sebagai 'pos anti-komunis dari AS'.
Hal ini menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat antara Korea Utara dan negara-negara tersebut, dengan Korea Utara menegaskan bahwa kebijakan anti-komunisme AS adalah 'kebijakan negara yang tidak berubah'.
"Realitas ini jelas menunjukkan arah yang harus kita tuju dan apa yang harus kita lakukan," demikian KCNA menegaskan. Pernyataan ini mencerminkan sikap defensif Korea Utara terhadap apa yang mereka anggap sebagai ancaman dari luar.
Peningkatan Kerjasama Militer dengan Rusia
Rapat ini juga berlangsung pada saat hubungan militer antara Pyongyang dan Moskow semakin kuat setelah penandatanganan pakta militer pada bulan Juni yang baru-baru ini mulai berlaku. Menurut informasi dari Seoul, tentara Korea Utara telah terlibat dalam pertempuran di Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan militer tersebut.
Lebih dari seribu tentara dilaporkan tewas atau terluka sejak keterlibatan mereka. Aliansi Ukraina dengan negara-negara lain menganggap keterlibatan Korea Utara dalam perang ini sebagai 'perluasan yang berbahaya'.
Hal ini menambah kompleksitas situasi geopolitik di kawasan tersebut dan menunjukkan bahwa Korea Utara berusaha untuk memperkuat posisinya dalam konflik yang sedang berlangsung.