Kisah Gajah Mada Adu Kesaktian sama Cicit Rasulullah, Pulang Majapahit Bawa Kekalahan
Merdeka.com - Gajah Mada sebagai patih terkuat Majapahit sampai sekarang masih meninggalkan banyak kisah sejarah yang unik untuk diketahui. Salah satunya adalah ketika ia beradu kesaktian dengan Sunan Bejagung Lor di Tuban.
Syech Abdullah Asy’ari atau Sunan Bejagung Lor adalah salah satu keturunan Rasulullah yang menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Tuban. Ia merupakan adik dari Syekh Asmoroqondi.
Adu kesaktian bermula ketika Gajah Mada mendapatkan perintah dari Raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk untuk menjemput sang anak Kusumawardhani yang sedang belajar ilmu agama kepada Sunan Bejagung. Simak ulasannya.
-
Siapa nenek moyang Nabi Muhammad? Ayahanda nabi Muhammad, yakni Abdullah adalah cucu dari Hasyim yang merupakan cikal bakal dari Bani hasyim.
-
Siapa keturunan Sunan Bejagung Lor? Mengenal Sunan Bejagung Lor, Ulama Tuban yang Setiap Hari Hilang dari Kediamannya Ternyata Azan di Masjidil Haram Makkah Keturunan Nabi Muhammad Mengutip digilib.uinsa.ac.id, Sunan Bejagung Lor memiliki nama Syekh Abdullah Asy’ari. Ia lahir di Yaman dan merupakan keturunan ke-21 dari Rasulullah Muhammad SAW.
-
Siapa tokoh utama penyebar Islam di Jawa? Maulana Malik Ibrahim: Dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan nama Kakek Bantal.
-
Apa gelar Syekh Bayang? Syekh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi lahir pada tahun 1864, bergelar Syekh Bayang.
-
Siapa Syekh Burhanuddin? Ia dikenal dengan nama Burhanuddin Ulakan Pariaman atau disebut juga dengan Syekh Burhanuddin Ulakan. Ia lahir di Sintuk, Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 1646 dan wafat pada 20 Juni 1704.
-
Siapa saja tokoh penting penyebar Islam di Nusantara? Penyebaran Islam di wilayah ini dilakukan melalui berbagai strategi, seperti jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, pendidikan, serta islamisasi budaya. Tokoh yang merupakan sentra penyebaran Islam di Nusantara ialah para ulama dan raja/sultan.
Gajah Mada Datang ke Desa Bejagung
©2022 Merdeka.com
Sunan Bejagung Lor dikenal sebagai seorang yang gigih dalam menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Tuban. Kegigihan itu bahkan sampai membuat anak dari Hayam Wuruk, Kusumawardhani datang dan belajar agama kepadanya.
Dilansir bloktuban.com, Hayam Wuruk tidak menghendaki hal itu terjadi. Ia kemudian memerintahkan patihnya Gajah Mada untuk datang ke Tuban untuk menjemput dan menghalangi Kusumawardhani untuk belajar agama Islam.
Majapahit datang dengan pasukan yang siap untuk berperang. Mereka membawa bala tentara gajah yang dipimpin langsung oleh Gajah Mada. Pasukan itu berniat untuk menyerang padepokan Kanjeng Sunan Bejagung Lor.
Kisah Adu Kesaktian Pohon Kelapa
©2022 Merdeka.com
Ketika sampai di Desa Bejagung, Gajah Mada dipertemukan dengan sosok ulama sakti yang merupakan adik dari Sunan Asmoroqondi. Ia adalah Syech Abdullah Asy’ari atau Sunan Bejagung Lor. Di sana mereka mulai beradu kesaktian.
Sunan menyabda pasukan gajah dari Gajah Mada menjadi batu. Doa Sunan dikabulkan dan pasukan itu seketika menjadi batu. Melihat hal itu, Gajah Mada memamerkan kekuatannya dengan mengoyak pohon kepala sampai buahnya berjatuhan, kemudian ia meminumnya.
Tidak mau kalah, Sunan Bejagung justru melambaikan tangannya ke arah pohon kelapa, dan pohon tersebut seolah patuh dengan perintah Sunan. Batangnya melengkung mengikuti arah dari tangan Sunan.
Gajah Mada Kalah
©2022 Merdeka.com
Gajah Mada menantang Sunan untuk mengambil ikan di laut dalam kondisi hidup. Gajah Mada dengan kesaktiannya mengambil ikan di laut, namun justru ikan-ikan tersebut mati.
Sunan Bejagung tidak kalah hebat. Ia justru berhasil menjawab tantangan dari Gajah Mada. Hanya dengan bermodal daun waru dan timba, ia mampu mengambil ikan di laut dalam kondisi hidup.
Menyadari kekalahannya, Gajah Mada kemudian kembali ke Majapahit dengan tidak membawa hasil. Ia justru kembali dengan mengakui kesaktian dan kehebatan Sunan Bejagung Lor.
Situs Watu Gajah
©2022 Merdeka.com
Kisah Pertempuran antara Gajah Mada dan Sunan Bejagung Lor tersebut rupanya terekam dalam sebuah situs yang sampai sekarang masih ada di wilayah Kabupaten Tuban.
Warga percaya, bahwa batu yang memiliki bentuk seperti gajah tersebut merupakan gajah-gajah dari pasukan Majapahit yang kalah dalam adu kesaktian melawan Sunan Bejagung.
Batu-batu tersebut kini sudah mulai tidak terawat dan dibiarkan begitu saja oleh warga setempat. Meskipun demikian, di sekitar lokasi, warga masih memanfaatkannya sebagai lahan pertanian.
Sunan Bejagung Cicit Rasulullah
©2022 Merdeka.com
Dilansir dari laman Jatimprov.go.id, mengutip dari buku Tuban Bumi Wali:The Spirit of Harmoni, bahwa Sunan Bejagung adalah seorang ulama yang memiliki garis keturunan dengan Rasulullah. Nama lengkapnya adalah Sayyid Abdullah Asy’ari bin Sayyid Jamaluddin Kubro.
Ia merupakan adik dari wali yang namanya sudah sangat terkenal di Indonesia yaitu Sayyid Maulana Ibrahim Asmoroqondi (ayah Sunan Ampel). Sunan Bejagung wafat di Desa Bejagung, Tuban dan dimakamkan juga di tempat yang sama.
Sunan Bejagung merupakan keturunan Rasulullah ke-21. Ia memiliki 3 orang anak yang semuanya berperan penting dalam penyebaran agama Islam, yaitu Syech Abdurrahim (Sunan Pojok), Nyai Faiqoh (Istri Pangeran Penghulu), dan Syech Afandi (Sunan Waruju).
(mdk/mff)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ulama ini datang ke Tuban jauh sebelum era Wali Songo
Baca SelengkapnyaPerjalanannya dari Tuban ke Makkah dan sebaliknya ibarat hanya melangkahkan kaki
Baca SelengkapnyaRaja Champa meminta prajuritnya membunuh Syekh Ibrahim Asmoroqondi karena tak suka dengan dakwah Islam yang dilakukannya.
Baca SelengkapnyaSunan Prapen merupakan keturunan Sunan Giri yang diyakini merupakan waliyullah yang memiliki karomah
Baca SelengkapnyaSyekh Jangkung merupakan salah satu tokoh yang sangat melegenda dalam sejarah Islam di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca SelengkapnyaUlama pemimpin faham Tarekat Naqsyabandiah di Padang ini pencetus pemikiran ikhtilaf di internal umat, namun bersatu di eksternal umat untuk melawan penjajah.
Baca SelengkapnyaMakam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.
Baca SelengkapnyaSosoknya sudah menyebarkan ajaran Islam di Kediri jauh sebelum era Wali Songo.
Baca SelengkapnyaCara Syekh Jumadil Kubro menyebarkan Islam dengan berdagang dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Baca SelengkapnyaKecerdasan dan kepribadian pendakwah ini curi perhatian Bupati Tuban. Ia akhirnya dinikahkan dengan anak sang bupati.
Baca SelengkapnyaTrah Kiai Ageng Muhammad Besari yang sudah menyebar ke berbagai daerah. Di antaranya Gontor, Gandu, Coper, Joresan, Lirboyo, Ploso, Jampes, Tremas.
Baca Selengkapnya