Kota Kapur, Prasasti Kutukan yang Jadi Bukti Kedigdayaan Sriwijaya pada Abad ke-7
Merdeka.com - Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi bahan penelitian oleh para sejarawan Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya diyakini eksis pada abad ke-7 Masehi dan terletak di Pulau Sumatera. Kejayaannya Sriwijaya bahkan meluas sampai ke negeri seberang.
Salah satu bukti adanya kerajaan Sriwijaya tertuang dalam sebuah prasasti Kota Kapur yang ditemukan di Bangka Belitung. Berikut ulasannya.
-
Dimana Situs kerajaan Sriwijaya ditemukan? Situs kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu yang dikenal sebagai Pulau Emas telah ditemukan para pemancing lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
-
Di mana kerajaan Sriwijaya berada? Seorang ahli geografi dari Persia bernama Abu Raihan Al-Biruni melakukan kunjungan ke Sriwijaya dan menyebut kerajaan ini terletak di Pulau Suwarnadib.
-
Siapa raja Sriwijaya yang namanya dikaitkan dengan asal usul nama Sumatera? Mengutip Liputan6.com, ada spekulasi tentang nama Sumatra yang diambil dari nama tokoh Raja Sriwijaya bernama Haji Sumatrabhumi atau disebut Raja Tanah Sumatra.
-
Kenapa Kerajaan Sriwijaya disebut 'Pulau Emas'? Dari perairan dangkal telah muncul emas dan permata berkilauan yang sesuai dengan kerajaan terkaya ini. Mulai dari alat perdagangan dan senjata perang hingga peninggalan agama,' jelas Kingsley.
-
Di mana prasasti pendiri Palembang berada? 16 Juni 682 Masehi Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasasti Kedukan Bukit, kota ini didirikan pada 16 Juni 682 Masehi.
-
Kenapa Sriwijaya penting di sejarah maritim? Taman Purbakala Sriwijaya, Bekas Kawasan Pemukiman dengan Ragam Jenis Peninggalannya Kerajaan Sriwijaya yang terletak di pesisir Sumatra Selatan ini dikenal dalam sejarah sebagai salah satu pemerintahan yang cukup kuat di wilayah maritimnya.
Penemuan Prasasti Kota Kapur
©2023 Merdeka.com/instagram.com/arkeovlog
Melansir dari laman Bangka, Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti berbentuk tugu yang ditemukan oleh J.K.van der Meulen, seorang administrator Hindia-Belanda di Sungaiselan pada Desember 1892.
Prasasti ini ditemukan bersama dengan reruntuhan banguann candi dan arca-arca Wisnu dan menggunakan batuan yang diduga didatangkan dari luar Pulau Bangka.
Prasasti ini berbentuk tuhu bersegi-segi dengan ukuran 177 cm, lebar 32 cm pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagian puncak. Prasasti Batu Kota Kapur ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno.
Prasasti Tugu Peringatan
©2023 Merdeka.com/instagram.com/arkeovlog
Mengutip dari laman Kemdikbud, prasasti yang tertulis angka tahun 608 Saka atau 686 Masehi ini diduga merupakan sebuah tugu peringatan yang menandakan bahwa Pulau Bangka sudah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini berbentuk tugu yang terdapat tulisan sebanyak sepuluh baris. Orang yang pertama kali membaca prasasti ini adalah H. Kern.
Prasasti Kota Kapur ini unik karena ditulis dari atas ke bawah, sehingga untuk membacanya dengan normal, perlu direbahkan dengan posisi ujung atas prasasti harus berada di sebelah kiri.
Isi Prasasti Kota Kapur
©2023 Merdeka.com/instagram.com/arkeovlog
Secara umum, prasasti tersebut berisi ancaman, kutukan dan doa. Ancaman ditujukan kepada pemberontak dan orang yang berbuat jahat. Sedangkan doa ditujukan kepada orang yang berbuat baik dan patuh kepada Sriwijaya.
Prasasti Kota Kapur berisi tentang seruan kepada dewata yang melindungi Sriwijaya, kemudian diikuti dengan ancaman kepada para pemberontak, termasuk yang berbicara, bersekongkol, mendengarkan, dan mengenal pemberontak.
Selain itu, Prasasti Kota Kapur juga berisi doa yang diberikan kepada siapa saja yang berbuat baik, patuh dan setia kepada Datu Sriwijaya agar diberikan keberkahan, keberhasilan, dan kesehatan.
Prasasti Berisi Kutukan
©2023 Merdeka.com/instagram.com/arkeovlog
Satu hal yang paling disoroti oleh sejarawan tentang Prasasti Kota Kapur adalah isinya yang berbau kutukan. Kutukan itu ditujukan kepada siapa saja yang tidak hormat dan tidak patuh kepada Datu Sriwijaya.
Orang-orang yang tidak patuh itu disebutkan agar mereka mati kena kuruk dan agar dihukum bersama keluarganya.
Selain itu, kutukan juga ditujukan kepada orang yang suka berbuat jahat seperti mengganggu ketentraman jiwa orang, membuat sakit, membuat gila dengan mantra, dll. Agar tujuan jahat itu tidak berhasil dan kembali menghantam orang yang melakukan perbuatan jahat itu. (mdk/mff)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya berupa kawasan permukiman sekaligus barang-barang yang digunakan manusia pada saat itu.
Baca SelengkapnyaMelihat isi dan arti pesan dari Prasasti Kawali, batu bersejarah peninggalan Kerajaan Galuh.
Baca SelengkapnyaSaat pembangunan bandara di Kediri, ditemukan sebuah situs bersejarah yang dahulu diyakini sebagai sebuah petirtaan.
Baca SelengkapnyaPrasasti yang menandai lahirnya Kabupaten Trenggalek ini sangat berarti bagi masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaSebuah istana megah peninggalan nenek moyang yang usianya mencapai 700 tahun ditemukan di ladang petani.
Baca SelengkapnyaPrasasti ini menarik perhatian karena menggunakan bahasa Jawa kuna. Tulisannya pun menggunakan aksara kawi berisi kutukan jika nekat memanfaatkan Sungai Cicatih
Baca SelengkapnyaSitus kuno ini ditemukan para pemancing yang sedang menyelam di malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaPrasasti yang saat ini berada di Skotlandia ini berisi banyak rangkuman catatan sejarah.
Baca SelengkapnyaKediri merayakan hari jadinya yang ke-1145 di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTempat yang diyakini sebagai lokasi moksa Raja Kediri ini sering dikunjungi peziarah.
Baca SelengkapnyaSejak puluhan abad silam, daerah ini sudah jadi wilayah penting bagi kehidupan masyarakat.
Baca SelengkapnyaJawa Timur termasuk provinsi yang menyimpan bukti sejarah kerajaan-kerajaan besar di Tanah Air.
Baca Selengkapnya