Menlu AS Datangi Korsel, Anak Buah Kim Jong-un Langsung Luncurkan Rudal
Korea Utara meluncurkan rudal saat kunjungan Blinken ke Seoul, memicu kecaman dari Korea Selatan.
Korea Utara melakukan peluncuran rudal pada hari Senin, seperti dilaporkan oleh militer Korea Selatan, bersamaan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, ke Seoul. Rudal tersebut terbang sekitar 1.100 kilometer sebelum mendarat di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.
Korea Selatan mengecam peluncuran ini sebagai provokasi lain yang mengancam perdamaian dan stabilitas antara kedua negara. Dilansir DW, Senin (6/1/2025), Blinken menanggapi bahwa pemerintahan Presiden AS yang akan segera meninggalkan jabatannya, Joe Biden, telah melakukan 'berbagai upaya untuk terlibat dengan Korea Utara', namun respons yang diterima hanya 'tindakan provokatif lebih lanjut.'
Kecaman dan Tanggapan Blinken
Dalam pernyataannya, Blinken juga mengkritik Moskow di tengah laporan bahwa Rusia bersiap untuk membagikan teknologi satelit canggih kepada Pyongyang. Ia menyebutkan bahwa Korea Utara 'sudah menerima peralatan dan pelatihan militer Rusia', dan kini ada alasan untuk percaya bahwa Moskow bermaksud untuk berbagi teknologi luar angkasa dan satelit dengan Korea Utara.
Kunjungan Blinken ke Seoul bertujuan untuk membahas pertahanan terhadap agresi dari Utara, dan merupakan bagian dari perjalanan terakhirnya sebagai diplomat senior AS sebelum pelantikan Presiden terpilih Donald Trump pada 20 Januari mendatang. Seoul menuduh Pyongyang memanfaatkan kekacauan politik pasca pemakzulan mantan Presiden Yoon Suk Yeol dengan meningkatkan uji coba rudal dalam beberapa pekan terakhir.
Dampak Kekacauan Politik di Korea Selatan
Kekacauan politik ini juga akan menyulitkan Korea Selatan untuk memulai hubungan dengan pemerintah Trump yang baru dengan pijakan yang stabil. Meskipun pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, pernah bertemu langsung dengan Trump pada tahun 2018, ia baru-baru ini berjanji untuk mengambil pendekatan kebijakan anti-AS yang 'paling keras' selama masa pemerintahannya saat Trump kembali menjabat.
Perkembangan ini menunjukkan ketegangan yang meningkat di kawasan, di mana Korea Utara terus melanjutkan program pengembangan senjata nuklir dan rudal balistiknya. Sementara itu, komunitas internasional terus mendesak untuk pengetatan sanksi terhadap Pyongyang guna menekan aktivitas militernya yang semakin agresif.