Sambil Menangis Wanita ini Curhat Nomor HPnya Dijual Provider ke Hacker, Akun Bank Hingga Belanja Online Habis Dibobol
Wanita ini menceritakan pengalaman akun bank dibobol hingga rugi jutaan rupiah akibat nomor HPnya dijual provider ke hacker.
Wanita ini menceritakan pengalaman akun bank dibobol hingga rugi jutaan rupiah akibat nomor HPnya dijual provider ke hacker.
Sambil Menangis Wanita ini Curhat Nomor HPnya Dijual Provider ke Hacker, Akun Bank Hingga Belanja Online Habis Dibobol
Nomor HP menjadi salah satu komponen wajib dalam mengoperasikan beberapa sistem.
Selain syarat untuk berkomunikasi dengan banyak orang, nomor HP juga terhubung dengan berbagai akun online semacam perbankan maupun aplikasi tertentu.
Di dalamnya memuat informasi pribadi kita yang harus selalu dijaga kerahasiaanya agar tidak disalahgunakan orang lain.
Pengalaman buruk soal nomor HP dibagikan oleh seorang wanita bernama Wen setelah ia mengalami kerugian jutaan rupiah akibat nomor HPnya dijual pihak provider ke hacker.
Melansir dari akun TikTok @liong_68, Jumat (22/3) Wen mengunggah video kejadian tak terduga yang membuatnya rugi besar.
Dengan berlinang air mata, wanita tersebut menyampaikan pesan kepada publik agar memastikan nomor HP selalu aktif meski tidak dipakai.
Lupa Isi Pulsa, Nomor Tidak Aktif
Dalam video unggahannya, Wen mengaku bahwa nomor HP yang sempat ia punya jarang diisi pulsa.
Sampai pada akhirnya ia lupa mengisi pulsa sehingga nomor tersebut dianggap tidak aktif dan tidak berlaku lagi oleh provider.
Nomor tersebut justru dijual oleh provider dan tidak diketahui oleh Wen. Padahal nomor tersebut tersambung dengan akun bank dan aplikasi bisnisnya.
"Aku punya nomor prabayar di salah satu provider yang memang nomor itu tuh sudah jarang aku pakai jadi sudah enggak aktif. Karena aku enggak pernah isi pulsa, tapi aku masih simpan nomornya karena kadang-kadang OTP kadang masuk terus kayak nomor ini tuh terhubung sama bank-bank sama kartu kredit".
"Aku kadang cuma isi pulsa Rp10-25 ribu supaya tetap aktif aja. Cuma ada momen aku tuh lalai dan kesalahan aku tidak memperpanjang masa aktifnya sehingga jadi masa tegang. Jadi provider nomor aku itu menjual nomorku yang tidak aktif ini ke orang lain," kata Wen.
Nomor HP miliknya justru dibeli oleh seorang hacker yang apesnya berhasil membobol akun miliknya perbankan, belanja online dan bisnisnya.
Ia mengaku mendapat pemberitahuan adanya aktivasi kartu kredit berupa penarikan uang sejumlah 1200 USD atau setara Rp18 juta.
"Singkat cerita aku enggak tahu kalau ternyata provider itu bisa menjual nomor handphone kita kalau sudah tidak aktif dan lewat masa tenggang".
"Ternyata provider tersebut menjual ke orang yang ternyata adalah hacker. Jadi tanggal 15 Maret hacker tersebut membeli nomor yang sudah enggak aktif dan akhirnya dipakai untuk membobol kartu kredit aku jadi ada penarikan uang dari PayPal sejumlah 1200 USD, habis itu akun shopee bisnis aku dan akun shopee aku diganti emailnya, diganti passwordnya, dan berusaha mengambil saldo yang ada di shopee aku," kisahnya.
Hacker tersebut selalu melancarkan aksinya pada tengah malam saat Wen tengah beristirahat sehingga sangat riskan bagi akunnya untuk dibobol.
"Hacker tersebut juga belanja Rp500 ribu di akun keylook dan dia mencoba membobol banyak sekali aplikasi yang nyangkut di nomor lama aku," jelasnya.
"Si hacker ini selalu beraksi di jam 12 malam waktu aku lagi tidur. Jadi dia berusaha untuk membobol beberapa akun aku jadi sampai paranoid kalau aku mau tidur," tambahnya.
Wen pun telah mengambil langkah hukum dengan melapor polisi. Hal tersebut dilakukan untuk nantinya dibawa ke provider untuk segera ditindaklanjuti.
Meski mengaku bahwa kejadian ini adalah kesalahannya sendiri, Wen tetap menyayangkan kenapa provider tidak melakukan apapun sebagai upaya perlindungan pelanggan.
Saat melapor ke pihak provider dengan membawa bukti dan surat laporan ke polisi, ia malah disalahkan dan tidak mendapat perlindungan konsumen dari provider itu. Dalam unggahannya, Wen mengaku enggan untuk menyebutkan nama provider tersebut.
"Cuma yang bikin aku sedih itu cara jawabnya (Pihak provider), cara penanganannya. Aku merasa kayak enggak ada empatinya sama sekali dan aku enggak pernah setidak mendengarkan itu," ucap Wen.