Sering Dilakukan Tanpa Sadar, ini Kebiasaan Mudik yang Dapat Menghapus Pahala
Apakah Anda ingin perjalanan mudik tahun ini membawa berkah dan pahala?

Mudik Lebaran merupakan tradisi tahunan yang dinanti oleh jutaan masyarakat Indonesia dan bukan hanya sekadar pulang ke kampung halaman. Bagi umat Muslim, perjalanan mudik ini memiliki potensi yang besar untuk menjadi ibadah sekaligus sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, penting untuk diingat bahwa perilaku dan niat selama perjalanan mudik dapat mempengaruhi apakah perjalanan ini akan mendatangkan pahala atau sebaliknya, dosa. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana cara agar mudik Anda menjadi perjalanan yang penuh berkah.
Sebenarnya, tidak ada dalil agama yang secara tegas melarang aktivitas mudik. Namun, perilaku negatif yang mungkin muncul selama perjalanan dapat menjadikan mudik sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, berpotensi mendatangkan dosa. Oleh karena itu, sangat penting untuk merencanakan perjalanan dengan matang, menjaga keselamatan, serta selalu berpegang pada ajaran agama. Perjalanan mudik yang ideal adalah yang dilaksanakan dengan niat tulus semata-mata karena Allah SWT, disertai dengan amal saleh, dan dipenuhi dengan ketaatan kepada-Nya. Dengan cara ini, mudik tidak hanya menjadi momen untuk bersilaturahmi dengan keluarga, tetapi juga menjadi ladang ibadah yang bernilai pahala. Mari kita telaah lebih lanjut bagaimana agar mudik kita menjadi perjalanan yang berkah dan penuh keberkahan, sebagaimana yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (20/3/2025).
Mudik Menurut Perspektif Islam

Mudik, atau pulang kampung, terutama saat Lebaran, merupakan tradisi yang sangat kuat di Indonesia. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti kekeluargaan dan silaturahmi yang erat di antara masyarakat.
Dalam perspektif Islam, mudik tidak termasuk dalam kategori ibadah mahdhah (ibadah yang secara jelas diatur dalam Al-Quran dan Hadits), seperti shalat, zakat, atau haji. Namun, mudik dapat dianggap sebagai ibadah ghairu mahdhah, yaitu amalan yang bisa mendatangkan kebaikan dan pahala jika dilakukan dengan niat tulus karena Allah SWT.
Banyak ulama memandang mudik sebagai perjalanan spiritual yang memiliki makna mendalam. Perjalanan ini memberikan kesempatan untuk memperkuat tali silaturahmi, berbakti kepada orang tua, serta berbagi kebahagiaan dengan keluarga yang telah lama tidak bertemu.
Pandangan ulama mengenai mudik beragam. Beberapa menekankan pentingnya niat yang ikhlas dan menjaga akhlak selama perjalanan. Sementara itu, ada juga yang melihat mudik sebagai ungkapan kerinduan akan kampung halaman, mirip dengan perasaan Rasulullah SAW terhadap Makkah, kota kelahiran beliau.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmizi menggambarkan kerinduan mendalam Rasulullah terhadap Makkah: "Betapa indahnya engkau wahai negeriku (Makkah). Betapa saya sangat cinta kepadamu. Sekiranya kaumku tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan tinggal di tempat lain selainmu." Meskipun Rasulullah SAW terpaksa hijrah ke Madinah, beliau tetap menyimpan kerinduan yang mendalam terhadap Makkah.
Hal ini menunjukkan bahwa kerinduan kepada kampung halaman adalah hal yang manusiawi dan dapat dimaknai sebagai bagian dari perjalanan spiritual. Oleh karena itu, mudik dapat berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat ikatan batin dengan keluarga dan kampung halaman, serta menjalin kembali hubungan yang mungkin telah terputus.
Kapan Mudik Dapat Dianggap Sebagai Kegiatan yang Mendatangkan Pahala?

Mudik menjadi amal yang berharga apabila dilakukan dengan niat tulus karena Allah SWT. Ini bukan hanya sekadar tradisi, melainkan sebuah ibadah untuk menguatkan hubungan silaturahmi, berbakti kepada orang tua (birrul walidain), serta membagikan kebahagiaan dengan keluarga. Tujuan utama dari mudik yang mendatangkan pahala adalah untuk menjaga silaturahmi. Mengunjungi kerabat, terutama orang tua, merupakan bentuk pengabdian yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Dalam hadits dijelaskan bahwa menjalin hubungan silaturahmi akan membawa pahala serta keberkahan, bahkan dapat memperpanjang umur dan melimpahkan rezeki.
Selain silaturahmi, mudik yang penuh berkah juga bertujuan untuk memperkuat ikatan persaudaraan dan hubungan keluarga. Membagikan rezeki serta keberkahan kepada keluarga di kampung halaman merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Dengan demikian, mudik tidak hanya sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan sesama. Pengaruh positif dari silaturahmi sangatlah signifikan. Selain mendapatkan pahala dari Allah SWT, silaturahmi juga dapat memperpanjang umur dan melimpahkan rezeki. Hal ini sesuai dengan hadits yang menyatakan bahwa mempererat tali silaturahmi akan mendatangkan banyak kebaikan dan keberkahan dalam kehidupan.
Kondisi yang Mengakibatkan Mudik Menjadi Sumber Dosa

Mudik bisa menjadi sumber dosa jika dilakukan dengan niat yang buruk, seperti riya (pamer) dan kesombongan. Menunjukkan keberhasilan secara berlebihan, seperti memamerkan kekayaan atau prestasi, merupakan tindakan riya yang dapat menghilangkan pahala. Selain itu, meninggalkan ibadah wajib selama perjalanan mudik juga termasuk tindakan yang berdosa. Misalnya, shalat lima waktu harus tetap dilakukan meskipun dalam perjalanan. Apabila terpaksa menunda shalat karena keadaan tertentu, sebaiknya segera diqadha setelah ada kesempatan.
Melakukan maksiat selama perjalanan atau di kampung halaman dapat mengurangi pahala dan bahkan mendatangkan dosa. Tindakan seperti mabuk-mabukan, berjudi, berzina, dan perbuatan maksiat lainnya harus dihindari. Sebaiknya, mudik dijadikan sebagai kesempatan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, bukan untuk melakukan dosa. Selain itu, memaksakan diri untuk mudik hingga membahayakan keselamatan diri dan orang lain juga sangat tidak dianjurkan. Dalam Islam, keselamatan jiwa adalah hal yang sangat penting. Lebih baik menunda mudik jika kondisi tidak memungkinkan, daripada memaksakan diri yang berpotensi menyebabkan kecelakaan.
Selain itu, memboroskan harta secara berlebihan (tabdzir) selama mudik juga tidak dianjurkan. Belanja secara berlebihan atau melakukan aktivitas konsumtif yang tidak perlu termasuk tindakan tabdzir yang dilarang dalam Islam. Harta yang dimiliki sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan syariat. Terakhir, melakukan aktivitas yang mengganggu orang lain, seperti bermain petasan yang menimbulkan kebisingan dan bahaya, juga merupakan tindakan yang tidak dianjurkan. Mudik seharusnya menjadi waktu untuk berbagi kebahagiaan dan kedamaian, bukan untuk menimbulkan keresahan bagi orang lain.
7 Tips untuk Mudik yang Mendatangkan Pahala dan Keberkahan

Agar perjalanan mudik Anda menjadi penuh berkah dan mendapatkan pahala, berikut adalah tujuh tips yang bisa Anda terapkan:
1. Niatkan dengan Ikhlas Sejak Awal
Menetapkan niat yang tulus karena Allah SWT merupakan langkah penting agar mudik dapat dianggap sebagai ibadah. Sebelum berangkat, pastikan niat Anda jelas, yaitu untuk bersilaturahmi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selama perjalanan, tetaplah menjaga keikhlasan dan hindari niat untuk pamer atau membandingkan diri dengan orang lain. Fokuslah pada tujuan utama perjalanan, yaitu mempererat hubungan keluarga dan berbagi kebahagiaan.
2. Laksanakan Shalat Safar Sebelum Berangkat
Shalat sunnah safar sangat dianjurkan sebelum memulai perjalanan jauh. Anda dapat melaksanakan shalat ini sebanyak dua rakaat dengan niat:
Ushalli sunnatas safar rak'ataini lillahi ta'ala
Artinya: Saya niat shalat sunnah safar dua rakaat karena Allah SWT. Setelah menunaikan shalat, bacalah doa untuk memohon keselamatan dan keberkahan dalam perjalanan Anda.
3. Pilih Pemimpin Perjalanan dan Utamakan Keamanan
Apabila Anda bepergian dalam kelompok yang terdiri dari lebih dari tiga orang, penting untuk memilih seorang pemimpin perjalanan. Pemimpin ini akan mengatur dan mengoordinasi perjalanan untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Bagi perempuan yang melakukan perjalanan jauh, sebaiknya didampingi oleh mahram, seperti suami, ayah, atau saudara laki-laki, demi menjaga keselamatan dan kehormatan diri.
4. Pertahankan Ibadah Selama Perjalanan
Selalu lakukan shalat lima waktu meskipun sedang dalam perjalanan. Jika memungkinkan, Anda dapat melaksanakan shalat jamak dan qashar untuk mempermudah ibadah. Perbanyaklah dzikir dan doa selama perjalanan, serta bacalah istighfar, shalawat, dan ayat-ayat suci Al-Quran untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
5. Tunjukkan Perilaku Baik Selama Perjalanan
Selama perjalanan, penting untuk saling membantu antar sesama pemudik, bersabar menghadapi kemacetan, dan menjaga adab dalam berkendara serta berinteraksi dengan orang lain. Berlaku sopan kepada pengguna jalan lainnya dan hindari perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
6. Kunjungi Masjid Setelah Sampai di Tujuan
Sesampainya di tempat tujuan, segera kunjungi masjid terdekat untuk melaksanakan shalat syukur. Shalat syukur adalah ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT atas keselamatan selama perjalanan. Setelah melaksanakan shalat, bacalah doa untuk memohon keberkahan dan keselamatan.
7. Utamakan Silaturahmi di atas Wisata
Jadikan silaturahmi sebagai prioritas utama saat mudik. Berbagilah rezeki dan oleh-oleh kepada keluarga dan kerabat. Jaga adab saat bertamu dan bersilaturahmi, serta hindari kebiasaan buruk seperti membandingkan kehidupan di kota dan desa, atau terlalu terfokus pada gadget sehingga mengabaikan interaksi dengan keluarga.
Etika saat Mudik yang Kerap Diabaikan

Selain beberapa tips yang telah disebutkan, terdapat etika mudik yang sering kali diabaikan, seperti: menghormati orang tua dan keluarga di kampung halaman, tidak membandingkan kehidupan di kota dengan desa, menghargai tradisi serta kebiasaan lokal, dan mengurangi penggunaan gadget saat berkumpul dengan keluarga. Menghormati orang tua dan keluarga adalah tanggung jawab setiap anak. Mudik seharusnya tidak menjadi ajang untuk menciptakan perselisihan atau ketidakharmonisan dalam keluarga. Oleh karena itu, penting untuk bersikap rendah hati dan menghargai setiap anggota keluarga.
Selanjutnya, hindarilah membandingkan kehidupan di kota dan desa. Setiap tempat memiliki kelebihan dan kekurangan yang unik. Dengan menghargai serta menerima perbedaan, suasana di antara anggota keluarga akan menjadi lebih harmonis. Terakhir, sebaiknya kurangi penggunaan gadget saat berkumpul dengan keluarga. Berikan perhatian sepenuhnya kepada keluarga dan nikmati setiap momen kebersamaan yang berharga, karena itu adalah waktu yang tidak ternilai.
Beragam Pandangan Ulama Mengenai Mudik

Berbagai pandangan muncul dari kalangan ulama mengenai praktik mudik. Misalnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak memposisikan mudik sebagai sebuah isu kontroversial, melainkan mengingatkan akan pentingnya niat yang tulus serta menghindari perilaku yang negatif. Di sisi lain, ulama tradisional lebih menekankan pada dimensi spiritual dan silaturahmi, sedangkan ulama modern memberikan penekanan pada aspek sosial dan budaya. Meskipun terdapat perbedaan pandangan, semua sepakat bahwa mudik dapat menjadi ibadah jika dilakukan dengan niat yang baik serta perilaku yang terpuji.
Tradisi mudik mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Aktivitas ini berfungsi sebagai pengikat persatuan dan kesatuan di antara masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memaknai mudik sebagai kesempatan untuk memperkuat hubungan sosial dan mempererat tali persaudaraan. Meskipun pandangan mengenai mudik beragam, inti ajaran Islam tetap menegaskan pentingnya niat yang ikhlas dan akhlak yang baik dalam setiap aktivitas, termasuk saat mudik. Dengan niat yang tulus dan perilaku yang baik, mudik dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta mempererat silaturahmi dalam keluarga.
Hindarilah perilaku negatif yang dapat mengurangi pahala, bahkan berpotensi mendatangkan dosa. Manfaatkan momen mudik untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta berbagi kebahagiaan dan kedamaian dengan keluarga serta sesama. Semoga perjalanan mudik Anda tahun ini dipenuhi dengan keberkahan dan pahala. Harapannya, panduan ini dapat membantu Anda merencanakan mudik yang bermakna dan penuh berkah. Ingatlah bahwa keseimbangan antara budaya dan nilai-nilai agama sangat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk dalam tradisi mudik saat Lebaran. Selamat mudik, semoga perjalanan Anda aman dan lancar!