Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Serupa Tapi Tak Sama, Ini Beda 5 Kesenian Jogja dan Solo

Serupa Tapi Tak Sama, Ini Beda 5 Kesenian Jogja dan Solo Musik pengiring pertunjukan ludruk adalah musik gamelan. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Selain karena letak wilayahnya yang berdekatan, Jogja dan Solo dikenal dengan kemiripan kesenian adat Jawanya. Ini dikarenakan, Jogja dan Solo berasal dari akar kebudayaan yang sama, yaitu Mataram Islam.

Sejak perjanjian Giyanti, wilayah Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua. Dua wilayah ini ialah Kasunanan Surakarta di Solo dan Kasultanan Yogyakarta di Jogja. Dua daerah ini masih sama-sama memegang teguh adat istiadat Jawa.

Kesamaan itu bisa dilihat dari model keris, pewayangan, gamelan, hingga pakaian adatnya. Bagi orang awam, kesenian adat tersebut tampak sama saja. Tapi, jika diperhatikan dengan cermat, ada perbedaan yang mendasar.

Untuk lebih jelasnya, kami rangkumkan 5 kesenian adat di Jogja dan Solo, berikut dengan perbedaan di antara keduanya.

Perbedaan Keris Jogja dan Solo

Bagi awam, keris mungkin terlihat sama saja. Bentuknya sepanjang lengan, punya wadah dan memiliki motif khas Jawa. Kalau dilihat lebih detail lagi, keris punya ciri khas tersendiri.

Bagi masyarakat Jawa, keris memiliki makna dalam. Tidak hanya digunakan sebagai senjata, tapi juga pelengkap pakaian adat. Di Solo, nama keris dimasukkan dalam kategori Tosan Aji atau senjata pusaka. Anatominya terdiri dari 28 bagian.

Keris Jogja dan Solo punya beberapa perbedaan, di antaranya, ukiran Jalen di Gadik, hingga wadahnya atau Warangka. Keris Jogja memiliki pangkal Warangka lebih tumpul dibanding Warangka keris Solo.

Perbedaan Pakaian Adat dan Blangkon

Pakaian adat laki-laki Jawa yang paling terkenal ialah Blangkon. Di Solo, bentuk blangkonnya tidak memiliki mondolan, atau tempat gelung rambut. Sedangkan mondolan dimiliki oleh blangkon Jogja. Ini dikarenakan perbedaan adat potong rambut pada pria di daerah masing-masing. Di Jogja, pakaian adat pria dikenal dengan nama Surjan. Pakaian adat Jawa lengan panjang dan bermotif. Sedangkan di Solo, pakaian adat pria lebih dikenal dengan nama Beskap. Hampir mirip dengan Surjan, namun warnanya lebih gelap dan polos, tidak bermotif.

Perbedaan Pewayangan Jogja dan Solo

Setelah terjadi perjanjian Giyanti, Sultan Hamengkubuwono I ingin membuat ciri khas tersendiri untuk Jogja, salah satunya lewat seni pewayangan. Jika kita perhatikan, bentuk wayang hingga pementasan di dua daerah ini berbeda. Bentuk wayang di Solo digambarkan lebih ramping dibanding dengan wayang Jogja. Beberapa tokoh pewayangan Jawa juga digambarkan berbeda. Misalnya wayang Werkudara khas Solo yang digambarkan dengan mahkota, sedangkan wayang Jogja menggambarkannya dengan rambut yang digelung.

Perbedaan Seni Tari Jogja dan Solo

Dari kesenian tari, dua kraton ini juga punya perbedaan. Mulai dari riasan, hingga gaya tarian. Di Solo, banyak gerakan tarian yang lebih mengutamakan laku kalem, lemah lembut dan santun. Sedangkan tarian di Jogja, gerakan tariannya lebih tegas dan tempo gerakannya cepat. Perbedaan ini sengaja diciptakan Sultan Hamengkubuwono I, agar kesenian Jogja punya ciri yang tegas dan berani.

Perbedaan Gamelan Jogja dan Solo

Untuk mengiringi dua kesenian wayang dan tari, ada satu paket peralatan musik yang tak boleh ketinggalan, yaitu gamelan. Pada dasarnya, susunan gamelan sama. Yang menjadi pembeda antara Jogja dan Solo ialah ornamen gamelan serta laras gending yang digunakan. Dari bentuk ornamen misalnya, Solo identik dengan hiasan cokelat dan ornamen khas Pakubuwono atau biasa disingkat PB. Sedangkan Jogja memiliki bentuk gelungan di beberapa alat musik gamelannya dan ornamennya lebih sederhana.Dan untuk laras gending, variasi laras berakar dari sumber yang sama. Tapi dalam perkembangannya, laras gending gamelan Jogja dibuat lebih variatif. Sedangkan laras gending Solo lebih menjaga keotentikan laras lawas.

(mdk/snw)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP