5 Fakta di Balik Kandasnya Mimpi Bulog Ekspor Beras

Merdeka.com - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana melakukan ekspor beras saat panen raya pada bulan April hingga Mei 2019. Langkah ini dilakukan untuk memaksimalkan penyerapan produksi beras dalam negeri.
Oleh karena itu, Bulog pun telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian untuk merealisasikan ekspor beras ke sejumlah negara tetangga.
"Masyarakat tidak usah takut bahwa gudang Bulog penuh dan tidak bisa serap. Kita tetap serap nanti akan kita kelola dengan ekspor," ujar Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso.
Namun, beberapa waktu lalu, Budi Waseso harus mengubur rencananya ini. Dia mengakui Indonesia masih sulit mengekspor beras ke luar negeri karena cost produksi (ongkos produksi) beras Indonesia yang terbilang mahal. Sebab, Indonesia masih menggunakan cara konvensional dalam mengelola beras.
"Yang butuh beras kita itu banyak, tapi sayang harganya tidak masuk," tuturnya. Berikut 5 fakta di balik batalnya rencana ekspor beras Bulog yang dirangkum merdeka.com.
Pemerintah Minta Bulog Fokus Urus Dalam Negeri
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menanggapi dingin rencana tersebut. Menurutnya, saat ini yang lebih penting adalah menjaga harga beras tidak naik.
"Sudahlah yang penting kita jaga dulu harga beras tidak naik, tidak perlu turun. Kalau bisa iya," ujar Menko Darmin.
Menurut Menko Darmin, tidak sulit jika melakukan ekspor hanya satu kali. Namun, yang sulit adalah melakukan ekspor secara terus menerus.
"Kalau bisa ekspor itu terus menerus, itu namanya baru bisa ekspor. Kalau cuma sekali, sekali peristiwa dia ekspor begini, sudah lah lupakan," tandasnya.
Ekspor Perlu Karena Gudang Bulog Penuh
Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso mengatakan, pihaknya akan melakukan ekspor beras jika masa panen raya tiba pada Februari hingga Maret tahun ini. Langkah ini dilakukan untuk menghindari banjir produksi mengingat cadangan beras di gudang masih cukup besar.Saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di gudang Bulog mencapai 2,1 juta ton. Sementara itu, target penyerapan beras dalam negeri tahun ini sekitar 1,8 juta ton sampai April 2019.Di sisi lain, kapasitas gudang Bulog maksimal hanya mencapai 3,6 juta ton beras. Oleh karena itu, ada potensi kelebihan kapasitas sekitar 300.000 ton saat panen raya.
Sudah Ada Negara Siap Beli
Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso mengatakan sejumlah negara tetangga, khususnya di kawasan Asia Tenggara siap menyerap beras yang akan diekspor Indonesia pada pertengahan tahun ini.Budi Waseso mengungkapkan sudah berkomunikasi dengan tiga negara tujuan ekspor yang siap melakukan pembelian. Meski demikian, dia belum bisa menjelaskan secara detil total beras yang akan diekspor."Ada beberapa negara yang kita hubungi dan siap untuk membeli karena mereka butuh. Yang jelas ASEAN sudah siap," kata pria yang akrab disapa Buwas.
Beras Indonesia Kalah Murah
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag), Karyanto Suprih, mengatakan rencana ekspor beras masih sulit terealisasi dalam waktu dekat. Faktor penyebabnya karena harga beras Indonesia yang tidak kompetitif dibandingkan dengan negara-negara produsen beras lainnya."Logika sederhana kan kita jual dengan harga yang bersaing dong. Kita tidak laku kalau harga kita tidak kompetitif," kata dia.Harga beras Indonesia yang mahal, kata dia, bisa disebabkan karena ongkos produksi yang tinggi. Ongkos produksi tinggi dikarenakan pola produksi yang masih konvensional."Ekspor kan sederhana aja, kalau kita lebih produksinya, maka ekspor saja pertanyaannya kita harus lebih kompetitif baik dari sisi harga maupun kualitas," ujarnya.
Jika Mau Ekspor, Pemerintah Diminta Serius Mempersiapkan
Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi mengatakan harga beras di Indonesia masih belum bisa menyaingi harga beras yang ditawarkan Thailand maupun Vietnam. Padahal, harga menjadi pertimbangan penting dalam proses jual beli komoditas, selain kualitas barang.Menurut dia, upaya untuk mengekspor beras harus dilakukan melalui pembenahan infrastruktur dari sisi produksi hingga setelah masa panen usai atau ada industrialisasi dalam bidang pertanian. "Baiknya dibuat 'corporate farming' dulu, jadi ada lahan khusus untuk ekspor ini. Produktivitas nanti bisa meningkat, misalnya sekarang 5-6 ton per hektare jadi 7-8 ton per hektare," katanya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya