Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Belanja Modal PLN di 2020 Diputuskan Rp90 Triliun

Belanja Modal PLN di 2020 Diputuskan Rp90 Triliun Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini. ©2020 Liputan6.com/Maulandy Rizki Bayu Kencana

Merdeka.com - Direktur Utama (Dirut) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Zulkifli Zaini mengatakan, para pemegang saham menyetujui belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan di 2020 sebesar Rp90 triliun.

Pendanaan tersebut berasal dari perbankan, termasuk obligasi dan bond. Mengenai kisaran dari bond, Zulkifli menjelaskan dia tak hafal betul berapa nominalnya.

"Sudah disetujui pemegang saham. Capex kita Rp90 Triliun," ungkapnya di Kantor kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (3/3)

Sementara itu, terkait alokasi penggunaan dana tersebut, Zulkifli menjelaskan salah satunya akan digunakan untuk pembangunan transmisi. "(Alokasinya) Mayoritas untuk transmisi, distribusi, lalu pembangkit," ujarnya.

Mengenai alternatif untuk pembiayaan investasi PLN ke depan, PLN diminta dua pekan lagi untuk menyampaikan rencana pembiayaan investasi. Adapun, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2019-2028, PLN menargetkan tambahan jaringan transmisi sepanjang 13.509 kms pada tahun 2019 dan mencapai 57.293 kms dalam 10 tahun ke depan.

Sementara penambahan gardu induk ditargetkan sekitar 23.000 MVA pada tahun 2019 dan mencapai 124.341 MVA hingga tahun 2028.

Kebutuhan Investasi Capai Rp400 Triliun Hingga 2024

PLN tengah membahas alternatif pendanaan untuk biayai investasi jangka panjang sebagaimana yang diminta oleh Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian. Zulkifli menjelaskan, dengan rata-rata kebutuhan investasi mencapai Rp100 triliun per tahun, maka kebutuhan investasi hingga tahun 2024 ditaksir sekitar Rp400 triliun.

"Kalau Rp100 triliun per tahun, kalikan empat saja (investasi hingga 2024)," jelasnya.

Sementara itu, mengenai harga gas industri USD 6 per Million British Thermal Unit (MMBTU) akan berlaku pada 1 April 2020, PLN bisa menghemat biaya operasional untuk pembangkit diesel sebesar Rp4 triliun per tahunnya.

"Saat ini, yang non subsidi, tarif kita itu adalah BPP (Biaya Pokok Produksi) ditambah 7 persen kalau BPP kita turun dalam arti diesel itu diganti dengan gas maka BBP kita akan turun kan, kalau BBP kita turun dengan sendirinya tarif itu akan turun," ujar Zulkifli.

"Yang jelas yang saya inget itu gini, kita kan banyak pakai BBM, lalu kita ganti dengan gas, nah itu kita hemat Rp4 triliun setahun," imbuhnya.

Sebelumnya, PT PLN bersama PT Pertamina telah menandatangani perjanjian awal alias head of agreement (HoA) untuk menggantikan penggunaan tenaga pembangkit listrik diesel yang biasa menggunakan BBM dengan gas yang diteken oleh keduanya per 27 Februari 2020 lalu.

Reporter: Pipit Ika Ramadhani

Sumber: Liputan6.com

(mdk/azz)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP