Blak-blakan bos BI soal Rupiah melemah karena terpilihnya Trump

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) melemah 2,3 persen sejak 8 November 2016 hingga sekarang. Pelemahan Rupiah disebabkan kondisi eksternal, terutama pemilihan presiden AS yang memenangkan Donald Trump.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, pelemahan nilai tukar juga dirasakan banyak negara, dikarenakan aliran modal lari ke AS karena dianggap sebagai tempat yang lebih aman dari ketidakpastian.
"Dalam banyak hal adalah karena perilaku investor yang ingin melakukan sesuatu respons atas kondisi di AS. Memang kondisi pemilu membuat cukup banyak ketidakpastian dan menjadi capital flight to quality. Banyak negara berkembang yang portfolio manager cenderung melepas posisinya," terang Agus di kantornya, Jakarta, Kamis (17/11).
Kendati demikian, Agus meyakini tekanan terhadap nilai tukar Rupiah hanya bersifat sementara. Apalagi secara year to date (ytd), Rupiah masih mengalami apresiasi.
Masih bertahannya Rupiah karena fundamental ekonomi Indonesia cukup baik. Diukur dari pertumbuhan ekonomi yang masih di atas 5 persen, kemudian inflasi yang bisa dijaga pada kisaran 3 persen dan defisit transaksi berjalan yang terkendali di sekitar 2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kami katakan bahwa secara umum kita dengan kondisi ekonomi domestik stabil dan sehat. Kita lihat bahwa betul sejak 8 November sampai sekarang ada kondisi depresiasi tapi secara ytd kita masih ada apresiasi," jelas dia.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menambahkan, bank sentral telah menyiapkan langkah antisipasi guna menstabilkan nilai tukar Rupiah. Pertama adalah valuta asing (valas) dan kedua Surat Berharga Negara (SBN).
"Setelah kami hadir di pasar menjaga Rupiah agar tidak keluar dari nilai fundamental," ujarnya.
Saat ini, Rupiah sudah kembali bergerak normal. Bank sentral akan terus memantau perkembangan pasar global terutama pasca terpilihnya Trump.
"Senin mereda, Selasa mereda, sehingga BI juga sudah tidak diperlukan kalau hadir cuma dalam jumlah yang terbatas, sehingga sampai hari ini rupiah pada level yang jauh lebih baik," papar Mirza.
Lebih jauh, BI juga akan memantau perkembangan ekonomi AS selama tiga bulan ke depan. Sebab, usai dipilihnya jajaran menteri di kabinet Trump, kebijakan AS ke depan akan mulai terlihat. "November sampai Januari kita harus cermati setelah kemenangan Trump, dari situ bisa dilihat kira-kira nanti kabinet seperti gimana statement kabinet Trump," kata Mirza
Pemantauan bank sentral juga dari pergerakan kebijakan The Fed pada rapat FOMC 14 Desember 2016. "Kemudian FOMC di Desember kita akan bisa lihat kejelasan mengenai policy ke depan, periode sampai Januari ini yang kita cermati," tukasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya