Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bos BI sebut kebijakan AS pengaruhi dinamika nilai tukar Rupiah

Bos BI sebut kebijakan AS pengaruhi dinamika nilai tukar Rupiah Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. ©2018 Merdeka.com/Wilfridus Setu Embu

Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo, menyatakan bahwa Bank Indonesia secara konsisten dan berhati-hati merespons dinamika pergerakan nilai tukar Rupiah yang sedang berlangsung untuk memastikan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga, sehingga keberlangsungan pemulihan ekonomi dapat berlanjut.

Respons Bank Indonesia ditempuh untuk mengelola dan menjaga fluktuasi (volatilitas) nilai tukar Rupiah agar tetap sejalan dengan kondisi fundamental makroekonomi domestik, dengan juga memperhatikan dinamika pergerakan mata uang negara lain.

Dengan perekonomian Indonesia yang semakin terintegrasi dengan sistem keuangan global, dinamika nilai tukar Rupiah saat ini merupakan dampak langsung dari kondisi ekonomi global yang terus mengalami pergeseran.

"Kebijakan moneter global saat ini, khususnya di Amerika Serikat (AS), tengah memasuki era peningkatan suku bunga dan rezim kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Dampak dari kebijakan ekonomi AS tersebut berpengaruh terhadap perekonomian di seluruh negara, termasuk Indonesia, yang antara lain tercermin pada dinamika pergerakan mata uang negara-negara di dunia," kata Agus melalui laman resminya, Rabu (7/3).

Namun demikian, Bank Indonesia meyakini bahwa dengan ketahanan perekonomian Indonesia saat ini, yang didukung oleh jalinan koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah yang semakin kuat, perekonomian Indonesia mampu menghadapi tantangan dari berbagai pergeseran ekonomi global tersebut.

Berbagai indikator telah mencerminkan perbaikan ketahanan ekonomi Indonesia, di antaranya inflasi dalam tiga tahun terakhir terus menurun dan senantiasa dapat dijaga pada kisaran sasarannya, defisit neraca transaksi berjalan semakin menurun dan berada dalam tingkat yang sehat sebesar 1,7 persen dari PDB pada tahun 2017.

Impor bahan baku diperkirakan terus meningkat sehingga pada Februari 2018, diperkirakan masih terjadi defisit neraca perdagangan. Defisit Neraca Transaksi Berjalan tetap sehat di kisaran 2,1 persen dari PDB. Kondisi fiskal dalam kondisi yang semakin sehat. Persepsi terhadap kinerja ekonomi Indonesia juga cenderung membaik. Ketahanan cadangan devisa saat ini jauh lebih kuat.

"Bank Indonesia akan tetap berada di pasar secara terukur untuk mengawal terciptanya stabilitas Rupiah sehingga kepastian dan keyakinan masyarakat terhadap perekonomian nasional tetap terjaga dengan baik," imbuhnya.

(mdk/azz)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP