Cerita Mashuri, ABK kapal STS-15 yang tak digaji agen penyalur
Merdeka.com - Satgas 115, yang terdiri dari TNI AL, Polri, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal ikan bernama 'STS-50' di sisi Tenggara Pulau Weh, Kamis 6 April 2018, pukul 17:30. Dari operasi penangkapan ini ditemukan 20 orang Anak Buah Kapal (ABK) berkebangsaan Indonesia.
Salah satu ABK kapal STS-50, Mashuri mengaku berangkat dari tempat asalnya Cirebon, Jawa Barat dengan harapan meraup pendapatan yang lebih baik. Oleh agen penyalur, dia dan ke-19 rekan yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan diiming-imingi upah sebesar USD 350 sampai USD 380 sesuai dengan pengalaman.
Sayangnya, setelah berada di atas kapal upah yang diterima tidak sesuai perjanjian. Dia dan rekan mendapatkan upah jauh lebih kecil.
-
Kenapa Asisi berpindah-pindah pekerjaan? Sejak saat itu, ia kemudian berpindah-pindah tempat kerja karena tidak sesuai dengan visi-misi pribadinya.
-
Siapa yang menemukan kelebihan bayar gaji Asniati? Terpisah, Sekda Muaro Jambi, Budhi Hartono mengatakan bahwa masalah tersebut berawal dari temuan BPK tahun 2023. Di mana laporan keuangan pemkab Muaro Jambi tahun anggaran 2023 yang diperiksa, ditemukan kelebihan bayar gaji terhadap seorang guru.
-
Siapa yang mengalami penurunan gaji? Laporan tersebut menganalisis data dari lebih dari 10.000 karyawan startup dan melibatkan wawancara dengan 183 pemimpin serta pendiri startup di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Taiwan.
-
Kenapa pekerja Indonesia dipecat? Pihak perkebunan yang mempekerjakan mereka mengatakan mereka dipecat karena kurang cepat memetik buah-buah yang akan dipasok ke supermarket besar.
-
Mengapa mantan TKW itu memilih jual basreng? Setelah keluar dan kembali ke tanah air, Ayu memilih untuk mencoba peruntungannya berjualan basreng alias bakso goreng.
-
Siapa yang menerima kenaikan gaji di Kutim? Perlu diketahui, peningkatan gaji aparatur desa menjadi salah satu isu yang perlu mendapat perhatian serius dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Sebab, aparatur desa memainkan peran vital dalam mengelola administrasi desa, menyediakan layanan dasar kepada masyarakat, dan memastikan program-program pembangunan dapat terlaksana dengan baik.
"Sekitar Rp 4 jutaan (upah yang dijanjikan). (Kenyataannya) ada yang terima Rp 3,5 juta, ada yang Rp 3,4 juta. Tidak sesuai. Kalau di PT (agen penyalur) lain kan ada yang USD 400, sampai USD 500," jelas Mashuri kepada Merdeka.com, di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Rabu (18/4).
Tak hanya ingkar janji soal nilai uang yang diterima per bulan, gaji para ABK selama 2 bulan pertama ditahan sebagai jaminan penyelesaian kontrak. "Kita ngomong (soal upah yang tak sesuai perjanjian). Cuma gimana lagi," katanya.
Dia mengisahkan perlakuan di atas kapal cukup baik. Pembagian kerja dilakukan secara merata di antara ABK. Total ada 30 ABK di STS-50 yang terdiri dari 20 ABK Indonesia, 8 orang ABK berkebangsaan Rusia, 2 orang ABK asal Ukraina.
"Tidak ada masalah. Aman. Tidak disiksa. Cuma pembagian saja. Kalau orang Indonesia kan sedikit dibedakan. Kalau orang Rusia itu makannya lebih enak. Pembagian waktu kerja sama," jelas dia.
Ke-20 ABK asal Indonesia diberangkatkan oleh agen penyalur, PT GSJ, dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, diberangkatkan ke Vietnam 25 Mei 2017 sebanyak 4 orang. Kelompok kedua, berjumlah 10 orang, juga diberangkatkan ke Vietnam pada 10 Agustus 2017.
Kelompok ketiga, berjumlah 6 orang, diberangkatkan ke Tiongkok pada 12 Desember 2017. Mashuri berada di kelompok terakhir ini. Agus mengatakan mereka semua bakal berangkat mencari ikan di Atlantik.
"Saya kelompok yang ketiga. Cuma 4 bulan di atas kapal. Naiknya di Beijing. Lalu perjalanan ke Atlantik."
Mencari hidup di atas kapal penangkap ikan transnasional semacam STS-50, membawa pria 26 tahun dan sudah berkeluarga ini melanglang buana ke berbagai laut dan teritori. Sebelum akhirnya tertangkap.
"Mampir ke Malaysia untuk ambil jaring, berangkat lagi mau ke Atlantik. Di tengah jalan kapal rusak. Kita lempar jangkar dekat Madagaskar. Di situ kira-kira 1 bulan. Terus jalan lagi. Pas ketangkap itu kita dalam perjalanan ke Singapura. Untuk ambil bahan bakar. Langsung ke Korea. Lanjut kayak gitu. Dari Korea kemana, tidak tahu," ujarnya.
Bekerja di kapal ilegal dan pengalaman terjaring operasi Satgas 151 memang bukan pengalaman yang menyenangkan apalagi membanggakan bagi Mashuri. Diaa mengaku akan pikir-pikir lagi untuk terjun kembali manjadi ABK.
"Masih ini belum ada rencana karena masih trauma, lihat saja ke depan bagaimana. Saya akan pilih agen yang baik, jelas dan resmi. Tidak seperti yang ini. Semoga bisa agen yang lebih baik. Jangan seperti saya. Ceroboh," tutup dia.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang ABK kapal asal Indonesia mengaku bahagia ketika kapal tempatnya bekerja ditangkap oleh KKP.
Baca SelengkapnyaMantan sopir Atta Halilintar mengaku digaji tak layak. Ia juga mengaku dizalimi Atta Halilintar.
Baca Selengkapnya11 warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar
Baca SelengkapnyaKeluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.
Baca SelengkapnyaCerita korban TPPO Disekap Berbulan-Bulan dan Kerja Tanpa Digaji
Baca SelengkapnyaSejumlah serikat buruh di Yogyakarta memperingati Hari Buruh atau May Day
Baca SelengkapnyaTerungkap, ada banyak pengalaman istimewa yang diperolehnya semasa menjadi sopir di Mekkah. Salah satunya soal gaji hingga tips yang bisa didapatkannya.
Baca SelengkapnyaMudik lebaran menjadi berkah bagi para porter atau kuli angku barang penumpang kereta di Pasar Senen.
Baca SelengkapnyaKemensos janji akan memberikan solusi terhadap mereka yang menjadi korban kejahatan TPPO.
Baca Selengkapnya