DPR Harap Penurunan Harga Pertamax Cs Tak Beratkan Keuangan Pertamina

Merdeka.com - Anggota Komisi VII DPR, Bara Hasibuan mengapresiasi penurunan harga BBM non penugasan, yaitu Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Dex yang dilakukan Pertamina. Menurut dia, selain bisa membantu meringankan beban ekonomi masyarakat, penurunan harga BBM juga merupakan kepatuhan dan penyesuaian BUMN tersebut terhadap variabel harga dan kondisi minyak mentah dunia.
"Saya sangat mengapresiasi Pertamina yang turunkan harga BBM. Tentu saja kebijakan ini turut berpengaruh pada kondisi sosial. Selain itu, keputusan ini juga sangat positif untuk menstimulus pergerakan dan pertumbuhan ekonomi, " kata Bara dikutip dari Antara, Jumat (11/1)
Namun, dia berharap keputusan Pertamina melakukan penurunan harga BBM non penugasan ini didasarkan atas kalkukasi yang matang, terutama mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan. Terlebih, saat harga minyak dunia sedang meninggi, ketika itu pengajuan Pertamina terhadap kenaikan harga pernah tidak disetujui.
"Jadi, mudah-mudahan ini karena memang pertimbangan finansial, bukan karena faktor non finansial," lanjut dia.
Menurut dia, beberapa variabel bisa menjadi pertimbangan Pertamina dalam menurunkan harga BBM berkualitas tersebut, termasuk di antaranya penguatan nilai tukar Rupiah serta penurunan harga minyak dunia. Namun demikian, Bara berharap penurunan harga BBM oleh Pertamina benar-benar dilandasi kalkulasi keuangan yang matang.
Sehingga diharapkan besarnya penurunan tidak menjadikan beban bagi Pertamina. Terlebih, lanjut dia, karena saat ini BUMN energi tersebut juga mendapat penugasan yang sangat berat oleh pemerintah, seperti PSO dan program BBM satu harga.
"Semua itu tentu membutuhkan biaya yang besar. Bahkan mungkin saja memberatkan bagi Pertamina yang juga harus berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan migas asing," ujarnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, menilai kebijakan penurunan harga BBM non subsidi tersebut, juga menunjukkan kesigapan Pertamina merespons dan kecenderungan harga minyak global.
"Harga BBM turun karena harga crude global turun. Dalam hal ini, Pertamina patuh pada formula harga yang berlaku. Keputusan tersebut tentu patut kita hargai. Apalagi harga minyak mentah dunia mulai membaik," katanya.
Marwan juga berharap, masalah kebijakan harga BBM seharusnya juga memperhatikan aspek ekonomi dan pembangunan berkelanjutan yang sangat terkait dengan kebijakan energi berkelanjutan pula. Jika tidak, lanjut dia, tentu akan memperbesar defisit transaksi berjalan (current account defisit), terutama pada saat harga minyak dunia semakin tinggi.
Selain itu Marwan juga berharap, agar kebijakan harga BBM murni didasarkan atas perhitungan korporasi, karena jika tidak, tentu akan membebani Pertamina.
Apalagi, imbuhnya, pada saat yang sama perusahaan asing terus menggerogoti pasar Pertamina, tanpa kewajiban melayani pasar di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) yang kurus seperti yang ditugaskan kepada BUMN energi tersebut.
Sebelumnya, PT Pertamina menjanjikan harga BBM turun, jika harga minyak dunia tidak mengalami kenaikan sampai bulan depan. Pertamina masih mengevaluasi pergerakan harga minyak dunia, sebelum mengambil keputusan untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi.
"Pasti ya kita butuh waktu untuk liat pergerakan dan proyeksi harga berapa dan kemana," kata Sekretaris Perusahaan Pertamina, Syahrial Mukhtar, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jakarta, Senin (17/12).
Menurut Syahrial, jika harga minyak dunia tidak mengalami kenaikan sepanjang masa evaluasi selama dua minggu sampai satu bulan, maka Pertamina akan menurunkan harga BBM non subsidi pada bulan depan.
"Dua pekan sampai sebulan kita bisa review itu. Ya kalau harganya begini terus ya nanti kita sesuaikan," tuturnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya