Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Harga minyak bervariasi dipicu kekhawatiran persediaan AS

Harga minyak bervariasi dipicu kekhawatiran persediaan AS Ilustrasi Migas. shutterstock.com

Merdeka.com - Harga minyak begerak bervariasi pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah data yang menunjukkan persediaan minyak mentah Amerika Serikat kemungkinan meningkat dan membebani pasar.

Pedagang-pedagang mengatakan, data mingguan dari Bloomberg menunjukkan persediaan minyak AS meningkat, bertentangan dengan laporan sebelumnya dari penyedia informasi energi Genscape, yang memperkirakan persediaan menurun. Data tersebut meredam sentimen 'bullish' yang telah mendorong perdagangan di awal sesi.

"Ini adalah khusus Senin (10/9) pagi bahwa angka Bloomberg atau Genscape dapat mematikan reli," kata direktur berjangka di Mizuho, Bob Yawger di New York.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun USD 0,21 menjadi menetap di USD 67,54 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik USD 0,54 menjadi ditutup pada USD 77,37 per barel di London ICE Futures Exchange, setelah menyentuh tertinggi sesi USD 77,92 per barel.

Pada awal sesi, minyak mentah telah menguat karena pertumbuhan pengeboran minyak AS direm dan investor mengantisipasi pasokan yang lebih rendah setelah sanksi-sanksi baru AS terhadap ekspor minyak mentah Iran dimulai pada November.

"Jumlah rig yang rendah mengatur panggung bagi kita untuk bergerak lebih tinggi," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.

Pertumbuhan jumlah rig pengeboran untuk minyak di Amerika Serikat telah terhenti sejak Mei, mencerminkan peningkatan dalam produktivitas sumur tetapi juga hambatan dan kendala infrastruktur.

"Skenario harga minyak yang lebih tinggi dibangun pada ekspor yang lebih rendah dari Iran karena sanksi AS, terbatasnya pertumbuhan produksi serpih AS, ketidakstabilan dalam produksi di negara-negara seperti Libya dan Venezuela serta tidak ada dampak negatif material dari perang perdagangan AS-China terhadap permintaan minyak dalam 6-9 bulan ke depan," kata Harry Tchilinguirian, ahli strategi minyak di bank Prancis, BNP Paribas.

"Kami memperkirakan perdagangan Brent di atas USD 80 dalam skenario (itu)," katanya kepada Reuters Global Oil Forum.

Di luar Amerika Serikat, ekspor minyak mentah Iran menurun menjelang tenggat waktu November untuk pelaksanaan sanksi baru AS. Meskipun banyak importir minyak Iran mengatakan mereka menentang sanksi-sanksi, beberapa tampaknya siap untuk mematuhi Washington.

Selain itu, para investor prihatin tentang dampak pada permintaan minyak dari sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan ekonomi besar lainnya, serta pelemahan di negara-negara berkembang.

Meskipun demikian, konsultan mengatakan kemungkinan harga minyak yang jauh lebih lemah cukup rendah karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mungkin akan menyesuaikan produksi untuk menstabilkan harga. (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP