Jalankan Arahan Prabowo, Bulog Serap Gabah Petani dengan Harga Rp6.500 per Kg
penyerapan gabah kering oleh Bulog telah sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) terbaru. Yakni, Rp6.500 per kilogram.

Perum Bulog melakukan penyerapan gabah kering siap panen pada lahan kemitraan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Desa Gandasari, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (22/2).
Pimpinan Cabang Bulog Karawang, Umar Said mengatakan, penyerapan gabah kering oleh pihaknya telah sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) terbaru. Yakni, Rp6.500 per kilogram.
"Kita pembelian gabah sudah dengan harga Rp6.500 (per kg). itu sudah merata di Karawang juga," tegasnya di lokasi.
Umar menegaskan, Perum Bulog siap membeli gabah kering di tingkat petani dengan harga Rp6.500 per kilogram. Harga ini berlaku secara nasional.
"Kita sudah mensosialisasikan ke petani harganya harus Rp6.500 per Kg. Misalkan ada harga yang di bawah Rp6.500 kita Bulog siap melakukan pembelian minimal Rp6.500 per kilogram," ucapnya.
Saat ini, fokus Bulog meningkatkan kapasitas produksi beras nasional melalui riset dan pemanfaatan teknologi bersama BRIN. Hal ini untuk memenuhi target serapan 3 juta ton beras oleh Presiden Prabowo di tahun ini untuk mendukung program Swasembada Pangan.
"Kita kerja sama memang dengan BRIN ini sebagai salah satu untuk bagaimana caranya Bulog berpartisipasi langsung meningkatkan produktivitas. Kalau target pengadaan untuk Bulog Karawang yang membawahi Bekasi, itu setara 75.000 ton beras," beber dia.
Varietas Padi Ditanam
Kepala Bidang Penyuluhan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Kabupaten Bekasi, Ade Arif Rahma, menambahkan varietas padi yang ditanam di lahan kemitraan bersama BRIN tersebut merupakan bibit unggulan. Antara lain Inpari 49, Inpari 32, dan varietas 9G.
Selain bibit unggulan, BRIN juga menerapkan teknologi khusus untuk penguatan batang padi. Kemudian, diterapkan juga bantuan mikroba untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Dengan pemanfaatan teknologi tersebut. Produksi gabah di lahan kemitraan bersama BRIN meningkat menjadi 5 ton per hektare.
"Jadi, kita ingin melakukan intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas. Di mana secara historis lahan ini pada tahun sebelumnya hanya mencapai 3 ton per hektare.
Tapi target kita di atas 5 ton per hektare di mana di atas rata-rata nasional," tutupnya.