Jangan hanya imbau, pengusaha harus dipaksa simpan devisa ekspor di Tanah Air

Merdeka.com - Pemerintah Jokowi-JK diminta untuk segera menyiapkan obat guna mengatasi kondisi Rupiah yang terus terdepresiasi atau melemah terhadap Dolar Amerika Serikat alias USD.
"Jangka pendek ini penting. Sama dengan kamu sakit panas temperatur hampir 40 derajat celcius, maka obat yang paling ampuh di situ bukan lagi panadol bukan lagi peracetamol, jamu, tapi antibiotik yang paling kuat. Nah ini supaya turun," kata Ekonom Senior, Anwar Nasution dalam sebuah acara diskusi di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/9).
Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tersebut menyebut bahwa salah satu antibiotik ampuh saat ini adalah memaksa para pengusaha membawa pulang Devisa Hasil Ekspor (DHE) mereka, terutama yang selama ini diparkir di luar negeri.
"Nah kalau sekarang itu harus lakukan capital control, dipaksa itu para eksportir-ekpsortir itu taruh uangnya sementara di Indonesia," ujarnya.
Agar pengusaha tersebut tertarik, mereka harus diberi penawaran menarik dalam bentuk bunga. Agar DHE mereka berbunga, maka bisa disimpan di dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang baru-baru ini kembali dikeluarkan oleh BI setelah beberapa tahun sempat dihentikan.
"Bunga SBI kan mahal ya. Supaya Rupiah itu mereda (simpan DHE dalam bentuk SBI)," ujarnya.
Anwar menegaskan pengusaha jangan hanya diimbau untuk menaruh DHE di Tanah Air, melainkan harus sudah dipaksa. "Dipaksakan, jangan hanya imbauan. Ah imbau - imbau tidk ada itu. Paksakan," tegasnya.
Paksaan tersebut menurutnya bisa dituangkan dalam suatu bentuk peraturan sehingga akan mengikat para eksportir untuk menaruh DHE mereka di dalam negeri. "Dipaksa mereka naruh uangnya dalam bentuk SBI, masukkan ke BI sana. Nah itu yang harus dilakukan supaya mengendap di sini beberapa bulan, jangan ada hasil ekspor masuk Singapura atau Hong Kong. Emangnya zaman VOC (penjajahan) itu nanam tembakau di Jawa Tengah uangnya taruh di Belanda."
Setelah berhasil memaksa pengusaha, pemerintah kemudian baru melakukan upaya-upaya untuk mendongkrak ekspor untuk jangka menengah dan panjang. Sebab, ekspor sendiri tidak bisa dilakukan secara instan.
"Ekspor tidak gampang untuk kelapa sawit saja perlu 5 tahun. Nah untuk ekspor kerudung (tekstil) perlu menjahit, gak gampang."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya