Jokowi: Saya prioritaskan keuangan syariah dalam 5 tahun ke depan

Merdeka.com - Presiden RI, Joko Widodo menyoroti perkembangan industri keuangan syariah Tanah Air. Menurutnya, potensi industri keuangan syariah Tanah Air sangat menjanjikan. Sebab, market share perbankan syariah saja masih di bawah 5 persen.
Menurut Jokowi, Indonesia seharusnya bisa menjadi tuan rumah industri keuangan syariah dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
"Sebanyak 216 juta penduduk muslim untuk mendorong ekonomi syariah berkembang. Sekarang baru 5 persen dari potensi yang ada, maka ada peluang 95 persen potensi yang harus kita kembangkan," ujarnya di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (29/9).
Potensi perkembangan industri tersebut bisa digenjot dengan apa yang sudah dimiliki Indonesia, seperti UU Perbankan Syariah, UU Sukuk hingga UU Asuransi Syariah. "Ini peluang yang bisa kita ambil. Saya memprioritaskan pada keuangan syariah dalam 5 tahun ke depan," ucap Jokowi.
Untuk itu, Jokowi meminta agar industri keuangan syariah dalam negeri turut berperan aktif mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. "Ini baik buat ekonomi syariah, keuangan, perbankan, asuransi, pariwisata halal, industri kosmetik halal, ini banyak sekali. Silakan ambil peluang ini," ungkapnya.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini pertumbuhan industri keuangan syariah di Indonesia masih menjanjikan. Market share perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional diperkirakan akan mencapai 5,13 persen pada tahun ini.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal OJK, Sarjito mengatakan, peluang bertumbuhnya industri syariah masih terbuka di tengah banyaknya tantangan dan ketidakpastian.
"Saya yakin masa depan industri keuangan syariah menjanjikan. Meskipun demikian, masih banyak tantangan dan ketidakpastian," kata Sarjito di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (29/9).
Dia mengatakan, selama ini industri keuangan syariah terkendala sulitnya mengembangkan bisnis di yurisdiksi yang berbeda karena terbentur regulasi lokal dan juga interpretasi terhadap syariah itu sendiri. Tidak hanya itu, ada juga tantangan lainnya seperti lemah dan rentannya manajemen dan tata kelola keuangan syariah.
"Terakhir yakni kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki kapasitas memadai dalam keuangan syariah," ungkapnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya