Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kebijakan ekspor konsentrat dengan bayar bea keluar dinilai tak adil

Kebijakan ekspor konsentrat dengan bayar bea keluar dinilai tak adil Ilustrasi Pertambangan. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Koordinator Nasional Publish What You Pay (PWYP), Maryati Abdullah mengaku tidak setuju dengan kebijakan yang dijalankan pemerintah mengenai ekspor konsentrat. Kebijakannya adalah, pemerintah masih mengizinkan ekspor tambang mentah tanpa diolah dalam negeri dengan syarat membayar bea keluar yang dihitung dari persentase pembangunan smelter.

"Kalau perusahaan kecil punya progres di atas 80 persen, sementara perusahaan besar progres di atas 30 persen, kritik kami di tarif bea keluar jangan hanya progres smelter saja, evaluasi enggak ketat, kalau sekarang hanya 7,5 persen (pembangunan rata-rata) tahun depan harus ada peningkatan," ungkap Maryati Abdullah di Resto Tjikini Lima, Jakarta, Minggu (25/9).

Selain itu, dia juga mengkritik kebijakan pelonggaran ekspor yang dinilai merugikan pengusaha smelter dalam negeri. Dengan adanya pelonggaran, perusahaan tambang menjadi malas membangun smelter atau bekerja sama dalam membangun smelter.

"Jadi mereka (pengusaha smelter) dikhianati pemerintah dengan dibukanya izin konsentrat, persoalan kurang listrik kurang modal ini bisa diusahakan pemerintah, tapi izin konsentrat ini yang enggak boleh dikendurkan, itu bisa timbulkan ketidakadilan ekonomi, dan saya khawatir menimbulkan buruknya iklim investasi di dalam negeri," ungkap Maryati.

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menilai kondisi ekonomi Indonesia yang mulai menunjukkan perbaikan berpotensi untuk meningkatkan industri hilirisasi dalam negeri dan menciptakan kandungan lokal lebih tinggi.

Menurut Sri Mulyani, yang harus diperhatikan saat ini bukan bagaimana pemerintah melakukan hilirisasi dan menciptakan kandungan lokal yang banyak, melainkan bagaimana pemerintah membuat industri yang mampu melakukan kegiatan tersebut secara berkelanjutan.

"Persoalannya bukan bagaimana ide hilirisasi, tapi bagaimana kita membentuk industri yang tetap kompetitif dan terbuka. Ini salah satu faktor mendisiplinkan perusahaan di Indonesia maupun di negara lain," kata Sri di gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (24/8).

Tidak efisiennya suatu perusahaan akan mempengaruhi proses hilirisasi dan penciptaan kandungan lokal di Indonesia. Dan tentunya hal tersebut akan merugikan negara, mengingat pemerintah terus memberikan modal namun perusahaan tersebut justru terus merugi.

"Kita tidak ingin membentuk industri yang menjadi sangat kerdil karena terus dilindungi secara terus menerus. Yang terjadi kita melindungi perusahaan yang sangat tidak efisien yang bahkan menyengsarakan banyak pihak," imbuhnya. (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Terjun ke Bisnis Smelter, Apa Untung dan Ruginya?
Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Terjun ke Bisnis Smelter, Apa Untung dan Ruginya?

Program hilirisasi ini merupakan kebijakan strategis jangka panjang yang pemerintah Indonesia telah lakukan.

Baca Selengkapnya
Freeport Mau Gugat RI Soal Bea Keluar Ekspor Tembaga, Ini Kata Airlangga
Freeport Mau Gugat RI Soal Bea Keluar Ekspor Tembaga, Ini Kata Airlangga

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 71 Tahun 2023 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar

Baca Selengkapnya
Kebijakan Gas Murah untuk Industri Beratkan APBN, Benarkah?
Kebijakan Gas Murah untuk Industri Beratkan APBN, Benarkah?

Subsidi seharusnya hanya diberikan kepada kelompok afirmasi atau masyarakat tidak mampu.

Baca Selengkapnya
Menteri Bahlil Kesal Ada Negara-Negara yang Tak Senang Indonesia Maju
Menteri Bahlil Kesal Ada Negara-Negara yang Tak Senang Indonesia Maju

Ada beberapa negara yang tak setuju dengan berbagai kebijakan pemerintah Indonesia.

Baca Selengkapnya
Diprotes Pengusaha, Airlangga Ngotot Dana Hasil Ekspor Wajib Disimpan di Dalam Negeri
Diprotes Pengusaha, Airlangga Ngotot Dana Hasil Ekspor Wajib Disimpan di Dalam Negeri

Airlangga bilang, aturan penempatan DHE SDA (Sumber Daya Alam) telah ditetapkan mulai 1 Agustus 2023.

Baca Selengkapnya
Sidang Harvey Moeis, Saksi Ungkap PT Timah 'Garap' Wilayah Abu-Abu Secara Masif
Sidang Harvey Moeis, Saksi Ungkap PT Timah 'Garap' Wilayah Abu-Abu Secara Masif

Hasil kerja sama itu pun membuat aktivitas penambangan makin masif hingga akhirnya membuat negara rugi hingga Rp300 triliun.

Baca Selengkapnya
Miris Nasib Buruh Nikel di Morowali
Miris Nasib Buruh Nikel di Morowali

Temuan Rasamala Hijau dan Trend Asia mengungkap mirisnya hidup buruh di Proyek Strategis Nasional.

Baca Selengkapnya
Pengusaha Butuh Aturan Ini agar Industri Petrokimia Tak Lagi Bergantung Impor
Pengusaha Butuh Aturan Ini agar Industri Petrokimia Tak Lagi Bergantung Impor

Hal ini menjadi sebuah semangat untuk memenuhi industri dalam negeri dengan material yang diproduksi secara lokal

Baca Selengkapnya
Barang Impor Ilegal Bakal Diberi Ke Perusahaan Secara Gratis, AMTI: Blunder Fatal, Nanti Produk Pasti Masuk Pasar
Barang Impor Ilegal Bakal Diberi Ke Perusahaan Secara Gratis, AMTI: Blunder Fatal, Nanti Produk Pasti Masuk Pasar

Agus menyatakan tidak ada industri yang menggunakan produk impor ilegal sebagai bahan bakar di perusahaannya.

Baca Selengkapnya
Menteri ESDM Ungkap Penyebab Perusahaan Asal Jerman Batal Investasi Smelter di Indonesia
Menteri ESDM Ungkap Penyebab Perusahaan Asal Jerman Batal Investasi Smelter di Indonesia

Kebijakan hilirisasi di Indonesia tetap menarik bagi investor asing.

Baca Selengkapnya
Fakta Baru Kasus 109 Ton Emas Antam: Sumber Emasnya dari Penambangan dan Pengusaha Ilegal
Fakta Baru Kasus 109 Ton Emas Antam: Sumber Emasnya dari Penambangan dan Pengusaha Ilegal

Kejagung mengungkap sejumlah fakta baru terkait sumber 109 ton emas Antam yang diduga ilegal.

Baca Selengkapnya