Kejamnya Sama, Inflasi Diibaratkan Layaknya Perampok dan Pembunuh Bayaran

Merdeka.com - Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia, Muhammad Edhie Purnawan mengutip, paparan dari Presiden Amerika Serikat ke-40 Ronald Reagan tentang inflasi. Di mana, diibaratkan sama kejamnya dengan perampok, sama menakutkan kelompok yang bersenjata dan sama mematikannya dengan pembunuh bayaran.
"Saya ingat ketika Ronald Reagen dilantik menjadi Presiden, pada waktu itu dia juga menyebutkan inflasi dengan quote, inflasi itu sama kejamnya katanya bagaikan dengan perampok sama menakutkan kelompok yang bersenjata dan sama mematikannya dengan pembunuh bayaran," kata Edhi dalam diskusi publik Harga Kian Mahal: Recovery Terganggu, Kamis (7/4).
Tak hanya itu, Edhi juga mengutip paparan ekonom asal Amerika Serikat Milton Friedman, yang mengatakan inflasi itu terjadi setiap saat dan dimanapun. Yang berkaitan dengan inflasi tidak melulu persoalan moneter saja melainkan berkaitan dengan supply, harga-harga yang meningkat, termasuk persoalan pandemi.
"Inflasi ini adalah masalah ekonomi yang saya kira akan lama selesainya baik di tingkat global maupun di Indonesia. Saya kira Anda tahu, bahwa salah satu penyebab inflasi ada dari dua sisi yang pertama adalah demand dan supply," ujarnya.
Inflasi kali ini juga ditambah oleh perang politik antara Rusia dengan Ukraina, yang diperkirakan tidak selesai dalam jangka pendek. Dia menyebut, salah satu penyebab dari panjangnya inflasi, karena Rusia itu punya fundamental yang kuat dan current account surplusnya cukup baik.
"Saya kira tidak akan singkat, perang itu akan berakhir jika salah satunya kekurangan logistik," ujarnya.
Dampak Inflasi Tidak Pendek
Kata Edhi, beberapa surat kabar utama dunia menyebutkan dampak globalisasi dari inflasi ini akan tidak pendek. Bahkan, negara maju dan kaya pun juga terkena dampak, dari perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan inflasi secara global.
Apalagi negara berkembang seperti Bangladesh dan negara miskin lainnya, diprediksi akan mendapatkan dampak yang parah dibanding negara maju. Meskipun negara maju di Eropa sekarang ini juga sudah sangat mengalami dampak yang cukup parah seperti Jerman dan lain-lain.
"Jadi, kita sebagai bangsa Indonesia perlu untuk mempersiapkan dan mengantisipasi. Mudah-mudahan dampaknya tidak panjang. Sebagai regulator seperti Kementerian maupun Bank Indonesia perlu untuk mencermati ini setiap jam, setiap menit, setiap detik bagaimana kondisi yang terjadi di level global," pungkasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya