Kenaikan harga Pertamax Cs bakal dorong inflasi

Merdeka.com - Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI), Febrio Kacaribu menyebut bahwa kenaikan harga BBM non subsidi (Pertamax Cs) dalam dua hari terakhir dapat mengerek kenaikan inflasi. Meski demikian, kenaikan inflasi tidak akan terlalu besar.
"Naik tidak akan terlalu besar, yang cukup besar memang untuk BBM transportasi itu (Premium)," ujar Febrio saat ditemui di Universitas Indonesia, Jakarta, Jumat (12/10).
Febrio menjelaskan, sumbangsih kenaikan harga kepada inflasi tidak akan besar karena masyarakat akan tetap membeli BBM meskipun mahal. Namun akan sedikit terdorong naik, karena masyarakat akan mengurangi penggunaan BBM.
"Masyarakat tahu kalau makin mahal akan kurangi konsumsi, kalau terpaksa akan beli dengan harga mahal. Jangan bayangkan konsumsi BBM akan turun ketika dinaikkan. Itu kalau terjadi jelas inflasi kena banyak tapi masyarakat akan mikir kalau terlalu mahal akan saya kurangi konsumsinya. Itu mengakibatkan dampak dari harga dan inflasi minimum," jelasnya.
Febrio menilai, kenaikan BBM non subsidi masih wajar, sebab harga minyak dunia juga terus mengalami kenaikan. "Kita perlu membiasakan supaya masyarakat lihat harga BBM bukan yang fix. Harga naik di pasar internasional ya kita juga harus siap naik," jelasnya.
PT Pertamina (Persero) menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU, khususnya Pertamax Series dan Dex Series, serta Biosolar Non PSO mulai hari ini dan berlaku di seluruh Indonesia pukul 11.00 WIB Rabu lalu. Sedangkan harga BBM Premium, Biosolar PSO dan Pertalite tidak naik.
"Khusus untuk daerah yang terkena bencana alam di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah sementara ini harga tidak naik," ujar External Communication Manager PT Pertamina (Persero), Arya Dwi Paramita melalui siaran pers di Jakarta, Rabu (10/10).
Penyesuaian harga BBM jenis Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Biosolar Non PSO merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus merangkak naik di mana saat ini harga minyak dunia rata-rata menembus USD 80 per barel.
Di mana penetapannya mengacu pada Permen ESDM No 34 tahun 2018 Perubahan Kelima Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 39 Tahun 2014, Tentang Perhitungan Harga Jual Eceran BBM.
Atas ketentuan tersebut, maka Pertamina menetapkan penyesuaian harga. Sebagai contoh di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, harga Pertamax menjadi Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo Rp 12.250 per liter, Pertamina Dex Rp 11.850 per liter, Dexlite Rp 10.500 per liter, dan Biosolar Non PSO Rp.9.800/liter.
"Harga yang ditetapkan ini masih lebih kompetitif dibandingkan dengan harga jual di SPBU lain. Harga yang ditetapkan untuk wilayah lainnya bisa dilihat pada website Pertamina," jelas Arya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya