Kerugian Akibat Kemacetan Jakarta Tembus Rp71,4 Triliun per Tahun
Merdeka.com - Kemacetan di jalanan ibu kota Jakarta semakin menjadi-jadi. Terutama ketika jam berangkat maupun pulang kerja, di mana roda dua hingga empat saling mengantre dan maju perlahan sudah jadi pemandangan lumrah.
Pengamat Transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno mencatat, kerugian ekonomi akibat kemacetan di wilayah Jabodetabek sebesar Rp 71,4 triliun per tahun. Hitungan ini berdasarkan pemborosan bahan bakar minyak (BBM) dan waktu hilang akibat kemacetan.
"Dampak sekarang, kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jabodetabek sebesar Rp 71,4 triliun per tahun akibat pemborosan bahan bakar dan waktu hilang. Terjadi pemborosan BBM sebesar 2,2 Juta liter per hari," kata Djoko dalam keterangannya, dikutip Senin (13/2).
-
Dimana kemacetan semakin parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Kenapa kemacetan di Jakarta semakin parah? Indeks kemacetan DKI Jakarta naik dari peringkat ke-46 menjadi posisi ke-29 kota termacet di dunia. Berdasarkan riset TomTom InterInternational.
-
Apa yang menyebabkan kemacetan Jakarta meningkat? Berdasarkan data TomTom Traffic Index pada Februari 2023, terjadi peningkatan signifikan kepadatan lalu lintas di Jakarta. Angkanya mencapai 53 persen.
-
Kenapa kemacetan Jakarta makin parah? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
-
Apa penyebab kemacetan parah di Jakarta? 'Kalau kemarin itu karena banjir di beberapa titik banjir. Kalau tadi malam hanya kepadatan karena aktivitas masyarakat untuk buka puasa, itu saja,' jelasnya.
-
Kenapa kemacetan di Jakarta jadi semakin kompleks? Sedangkan sejak 1990 hingga saat ini, kemacetan semakin kompleks akibat meningkatnya jumlah kendaraan, ketidakdisiplinan pengemudi, dan tingginya kendaraan pribadi.
Djoko mengungkapkan, salah satu penyebab permasalahan kemacetan lalu lintas di Jakarta akibat dominasi kendaraan pribadi. Saat ini, pengguna angkutan perkotaan mengalami penurunan demand secara signifikan akibat masyarakat semakin tergantung pada kendaraan pribadi.
"Apabila dibiarkan, maka angkutan perkotaan terancam punah. Dan sudah banyak kota-kota di Indonesia tidak memiliki lagi angkutan umum yang memadai," jelas Djoko.
Oleh karena itu, diperlukan dukungan Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan melalui perluasan Pemberian Subsidi Pembelian Layanan (buy the service).
Djoko mencatat, Teman Bus telah dilaksanakan di 10 kota, yakni Medan (Trans Metro Deli), Palembang (Trans Musi Jaya), Jogjakarta (Trans Jogja), Solo (Batik Solo Trans), Denpasar (Trans Metro Dewata), Bandung (Trans Metro Pasundan), Purwokerto (Trans Banyumas), Banjarmasin (Trans Banjarbakula), Makassar (Trans Mamminasata), Surabaya (Trans Semanggi Surabaya).
"Sementara yang dikelola Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek dengan Program BisKita, baru diselenggarakan di Kota Bogor (Trans Pakuan) tahun 2021. Total sudah beroperasi transportasi perkotaan di 11 kawasan peerkotaan," terang Djoko.
Buy The Service (BTS) dilakukan dengan membeli layanan dari operator dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan. Hal itu perlu dilakukan dalam upaya untuk beralihnya masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.
"(Memang) bukan hal yang mudah dilakukan di tengah kenyamanan penggunaan kendaraan pribadi terutama sepeda motor," ucap Djoko.
Penyebab Macet di Jakarta
Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman mengungkapkan faktor penyebab kemacetan di Jakarta. Salah satunya peningkatan aktivitas masyarakat yang meningkat setelah Covid-19 dinyatakan endemi.
"Ya tentunya kan aktivitas masyarakat semakin tinggi, apalagi setelah pandemi, ini sudah dinyatakan sebagai endemi tentunya aktivitas masyarakat untuk berproduktivitas kan sangat tinggi," kata Latif kepada wartawan, Sabtu (11/2).
Latif mengatakan, kondisi ini telah menjadi hukum kausalitas sebab akibat. Ketika aktivitas masyarakat kembali normal tanpa ada pembatasan, akibatnya kondisi mobilitas pun secara otomatis akan meningkat.
"Aktivitas tinggi, tentunya akan meningkatkan daripada perekonomian. Tetapi ya resikonya memang volume kendaraan akan semakin banyak di jalan," jelasnya.
Sebagaimana data dari indeks kemacetan di DKI Jakarta berada di angkat 48 persen di akhir 2022. Angka itu naik drastis dari tahun 2020 yang berada di angka 34 persen, saat awal pandemi Covid-19. Sementara pada sebelum Covid-19, 2019 kemacetan tertinggi mencapai angka 53 persen.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumlah kendaraan di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan penampakan kusutnya macetnya di Jakarta, tepatnya di Jalan Gatot Subroto.
Baca SelengkapnyaKondisi ini berakibat pada mengepulnya polusi di langit ibu kota.
Baca SelengkapnyaJakarta dikepung kemacetan panjang jelang Rabu tengah malam.
Baca SelengkapnyaKemacetan lalu lintas di Jakarta semakinbertambah parah saat anak sekolah mulai masuk usai libur panjang.
Baca SelengkapnyaPenggunaan kendaraan bermotor terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaAkibatnya sejumlah ruas jalan raya di Ibu Kota mengalami kepadatan luar biasa.
Baca SelengkapnyaKata Jokowi Jakarta telah memiliki sejumlah transportasi massal tapi masih aja macet
Baca SelengkapnyaJakarta dan macet dua hal yang sulit dipisahkan. Berbagai upaya pemerintah untuk mengatasi masalah ini masih belum membuahkan hasil yang signifikan.
Baca SelengkapnyaKondisi di dalam bus pun penuh seperti di jam pulang kerja.
Baca Selengkapnya