Kilang Pertamina Tak Lagi Produksi Euro 2 Mulai 2026
Merdeka.com - PT Pertamina (Persero) akan mengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) standar Euro 2 dengan standar Euro 5 pada 2026. Ini dilakukan setelah proyek enam kilang yang sedang digarap resmi beroperasi.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang mengatakan, saat ini Pertamina sedang melakukan peremajaan dan pengembangan, serta pembangunan kilang baru untuk meningkatkan ketahanan energi. Proyek kilang tersebut melalui program New Grash Root Refinery (NGR) dan New Grash Root Refinery (NGR).
Keenam proyek tersebut adalah RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Balongan, RDMP Dumai, NGRR Tuban dan NGRR Bontang.
-
Dimana proyek kilang baru Pertamina berada? Pertamina saat ini sedang fokus menyelesaikan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, dimana proyek tersebut memasuki milestone baru yaitu program Turn Around (TA) Revamp yang ditargetkan selesai di awal Mei 2024.
-
Bagaimana Pertamina meningkatkan kualitas BBM? Pertamax Green 92 merupakan bagian dari Program Langit Biru yang dilakukan oleh Pertamina untuk meningkatkan kualitas BBM di Indonesia sesuai dengan standar internasional dan ketentuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Mengapa Pertamina membangun kilang baru di Balikpapan? Keberhasilan proyek RDMP Balikpapan akan menaikkan kapasitas produksi Kilang Balikpapan sebesar 100 ribu barrel per hari, yang artinya kapasitas produksi Kilang Balikpapan menjadi 360 ribu barrel per hari dari kapasitas awal 260 ribu barrel hari.
-
Apa target Pertamina dalam transisi energi? 'Kita dapat meningkatkan program bioenergi, biodiesel, biogasoil, bahan bakar penerbangan berkelanjutan dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan juga penyeimbangan karbon seperti solusi berbasis alami dan CCUS (carbon capture, utilisation, and storage),' tambahnya.
-
Kenapa Pertamina melakukan revitalisasi kilang? Tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk kilang tetapi juga memproduksi produk green energy seperti petrokimia, gas dan turunannya.
-
Dimana Pertamina akan berpartisipasi? PT Pertamina (Persero) menyiapkan 9 (sembilan) potensi kerjasama dan kolaborasi sebagai upaya langkah konkrit dalam membangun infrastruktur hijau di ajang flagship event ASEAN Indo Pacific Forum (AIPF) yang akan berlangsung di Jakarta pada 5 - 6 September 2023.
"Pertamina sangat komit dan ingin mempercepat mencapai target kemandirian energi," kata Tallulembang, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (6/11).
Melalui proyek tersebut, Pertamina akan meningkatkan kapasitas produksi BBM dari saat ini sekitar 650.000 barel per hari menjadi sekitar 1,7 juta barel per hari. Selain itu, dengan teknologi baru BBM yang dihasilkan kilang tersebut akan meningkat kualitasnya dari saat ini Euro 2 menjadi Euro 5.
Menurut Tallulembang, pengerjaan proyek tersebut memakan waktu sekitar 6 hingga 7 tahun. Dia memperkirakan enam kilang akan beroperasi secara bertahap hingga 2026. Dengan begitu, pada 2026 Pertamina tidak lagi memproduksi BBM dengan standar Euro 2.
"Setelah kita jalan semua nggak ada lagi Euro 2, 2026 itu sudah Euro 5. Terahir (beroperasi) Dumai," tandasnya.
Penyelesaian Kilang di 2024
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong PT Pertamina (Persero) untuk mempercepat penyelesaian proyek pengembangan kilang (Refinery Development Master Plan/ RDMP). Hal ini agar kapasitas produksi kilang dapat segera ditingkatkan.
"Kilang kita lagi expedite supaya bisa cepat jalan, terutama yang proyek-proyek yang revamping yang naikin kapasitas dari yang sudah ada," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, di Kantornya, Jakarta, Jumat (1/11).
Menurut Menteri Arifin, kilang yang masuk dalam program RDMP dapat beroperasi dalam 5 tahun ke depan selama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) periode kedua. Adapun kilang RDMP yang sedang digarap Pertamina adalah RDMP Balikpapan, Cilacap, Balongan dan Dumai.
"Yang RDMP pasti mungkin, pasti bisa (beroperasi pada periode ke dua Presiden Jokowi)," ujarnya.
Proyek RDMP bisa lebih cepat beroperasi, sebab dinilainya jauh lebih sederhana ketimbang pembangunan kilang melalui proyek New Grash Root Refinery (NGR). Meski begitu, dia tetap menginginkan proyek kilang NGR berjalan.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertamax Green 92 nantinya akan masuk dalam barang subsidi jenis BBM khusus penugasan (JBKP) menggantikan Pertalite.
Baca SelengkapnyaWarga mengaku di beberapa SPBU Pertamina sudah tak menjual Pertalite dan kini diganti dengan Pertamax Green 95.
Baca SelengkapnyaPertamina juga berencana untuk memasarkan produk Pertamax Green 95, campuran Pertamax (RON 92) dengan etanol 8 persen.
Baca SelengkapnyaHal ini menjawab kegelisahan masyarakat terkait rencana PT Pertamina (Persero) untuk menghapus BBM subsidi jenis Pertalite pada 2024.
Baca SelengkapnyaSebagaimana diketahui saat ini Pertalite merupakan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP).
Baca SelengkapnyaDengan standar Euro IV, BBM ini diharapkan dapat membantu mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Baca SelengkapnyaHal ini diungkapkan sehari setelah Pertamina mengumumkan ide penghapusan Pertalite di hadapan Komisi VII pada Rabu, 30 Agustus 2023 kemarin.
Baca SelengkapnyaProduk baru itu nantinya mulai ada di tiga SPBU Jakarta, pada 17 Agustus, dengan spesifikasi berupa bahan bakar solar 50 part per million (ppm).
Baca SelengkapnyaMenteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menanggapi soal rencana pembatasan BBM bersubsidi dan rencana BBM baru yang ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaPemerintah dorong produksi BBM rendah sulfur untuk kurangi polusi di Jakarta.
Baca SelengkapnyaPenghapusan Pertalite bukan hanya putusan satu instansi saja. Banyak hal juga yang perlu dipertimbangkan.
Baca SelengkapnyaKementerian ESDM sebenarnya telah menetapkan kewajiban penyediaan BBM rendah sulfur sejak Oktober 2018.
Baca Selengkapnya