Kisah pengusaha liwet instan beromzet Rp 1 M sabet Danamon Entrepreneur Awards

Merdeka.com - PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) kembali menggelar acara Danamon Entrepreneur Awards (DEA) 2017. DEA 2017 merupakan kegiatan yang sebelumnya bernama Danamon Social Entrepreneurs Awards (DSEA) yang diselenggarakan secara rutin sejak 2006.
Salah seorang pemenang DSEA 2016 ialah Andris Wijaya entrepeneur asal Garut. Dia merupakan berwirausaha di bidang beras curah. Awalnya dia menjalani usaha membantu ayahnya sejak 1975. Namun, sejak sang ayah tiada, kini usaha tersebut dijalani olehnya.
Seiring waktu berjalan, pada 2011, Andris mengembangkan usahanya dengan membuat terobosan baru yaitu nasi liwet instan. Jadi beras yang dimiliki diolah menjadi nasi liwet instan yang tinggal dimasak di penanak nasi.
Andris memilih beras sebagai bidang usaha untuk memperkenalkan beras sebagai ciri khas kota Garut. Sebab kata dia, beras Garut memiliki perbedaan dengan beras-beras yang ada di daerah lain.
"Beras Garut itu putihnya putih alami tanpa memakai pemutih pun dia sudah putih. Yang kedua ada sari-sarinya, jadi kalau kita bandingkan beras Garut dengan beras-beras daerah lain, beras daerah lain itu rasanya lebih hambar," ujarnya kepada merdeka.com, di Menara Danamon, Jakarta, Jumat (22/9).
Beras atau pun liwet instan produksi pabriknya tersebut sudah dipasok ke berbagai daerah seperti Jabodetabek dan Bandung. Untuk harga beras per kilo dibanderol dengan harga Rp 10.000- Rp 11.000. Liwet instan yang bisa ditemukan di supermarket atau online dibanderol dengan harga sekitar Rp 25.000.
Dia mengatakan, tujuan lain menjual beras ialah karena Garut sebagai kota wisata sehingga dia berharap ketika para wisatawan datang, pulangya bisa membeli beras Garut atau pun liwet instan sebagai oleh-oleh khas kota tersebut.
Andirs menyebut omzet setiap bulan penjualan beras maupun liwet instan sekitar Rp 1 miliar. "Omset per bulan kurang lebih Rp 1 miliar," ucapnya.
Tapi saat ini, dengan perekonomian yang lesu, omzet yang didapatkan menurun sekitar 10 persen. Kendati begitu, dia tetap bekerja keras untuk memperkenalkan beras dan liwet instan tersebut sebagai beras yang paling terbaik.
Menurutnya, untuk mencapai seperti saat ini membutuhkan proses yang tidak mudah. Andirs pernah mengalami penolakan saat memperkenalkan beras maupun nasi liwet instannya itu. Akan tetapi dia tak patah arang, berbagai strategi pun dilakukan agar diterima di pasaran.
"Misalnya kalau ke tempat fitnes saya bawa rice cooker sama liwet instan. Nyium aromanya wangi kan apalagi abis fitnes kan biasanya pada capek dan lapar, teman-teman nanya, apa tuh, nyicip-nyicip jadinya beli," kisahnya.
Hingga akhirnya, usahnya itu dikenal banyak orang sehingga pada saat ada pembukaan DSEA 2016, seorang wartawan mendaftarkannya sebagai calon wirausaha yang berhak diberi penghargaan atas usahanya yang menginspirasi. "Kalau saya si bukan saya yang daftarin ada wartawan 'mas Andris boleh ya saya daftrain ada ajang ini' oh boleh silakan," ujarnya.
Kata dia, tidak menduga mendapat penghargaan tersebut sebab tujuan sebenanrnya sebagai motivasi untuk orang lain supaya bersemangat dalam berwirausaha.
Andris berpesan ketika ingin mencoba berwirausha jangan cepat putus asa. Selain itu tetap fokus terhadap usaha yang digeluti dan juga jangan pelit berbagai ilmu kepada orang yang ingin berlajar berwirausaha. "Fokus kepada usahanya, walaupun gagal jangan pindah ke usaha lain, tidak menyerah meskipun mengalami penolakan apapun," tandas pria 38 tahun ini.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya