Lato-Lato, Mainan Jadul Pembawa Rezeki

Merdeka.com - Belakangan ini permainan lato-lato tengah digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa sedang kecanduan permainan tradisional tempo dulu.
Mainan anak ini mendadak jadi primadona sejak akhir tahun 2022. Mulanya dari konten permainan lato-lato di media sosial yang viral. Bahkan Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sampai ikut memainkan lato-lato.
Viralnya permainan ini faktanya mampu mendatangkan pundi-pundi rupiah bagi pedagang mainan hingga platform belanja online. Seorang pedagang mainan anak dan aksesoris mengaku ketiban berkah di musim lato-lato.
Harga lato-lato yang dijual Jupri mulai dari Rp12.000-Rp15.000, tergantung dari kualitas produk yang dijual. Namun tak jarang dia menjualnya Rp12.000 saat ada pesaing di tempatnya mangkal.
"Barangnya macam-macam, ada yang bagus sama yang biasa. Kalau yang bagus Rp15.000, tapi kalau lagi ada saingan harganya kita turunin jadi Rp12.000," kata Jupri saat ditemui merdeka.com, Jakarta, Kamis (5/1).
Dalam sehari, Jupri bisa menjual sampai 2 lusin, sebaliknya jika sepi, dia hanya bisa menjual selusin saja. Tak bisa dipungkiri, mainan lato-lato ini sangat mendongkrak pendapatannya. Hanya dengan modal Rp8.000 untuk setiap lato-lato, dia bisa mendapat keuntungan hingga Rp7.000.
Biasanya Jupri hanya membawa pulang uang Rp200.000. Namun setelah menjual lato-lato, pendapatannya bisa berlipat ganda atau lebih.
"Kalau lagi ramai bisa 2 lusin sehari. Ya Alhamdulillah lumayan banyak yang dibawa pulang," kata ungkapnya.
Manisnya keuntungan penjualan lato-lato tak dilewatkan pemilik warung kelontong di Sumur Batu, Kemayoran. Dia mengaku mendapatkan tawaran dari kenalanannya untuk menjual lato-lato. Untuk pertama kalinya, dia memesan 20 lato-lato. Harga modalnya Rp8.500 dan dijual Rp10.000 per buah.
"Sistemnya nitip, dari dia harganya Rp8.500, kita jual Rp10.000," kata dia.
Di hari pertama dari 20 lato-lato yang dikirim, langsung terjual 16. Dia pun berencana untuk kembali memesan lato-lato. "Nanti juga diantar lagi," kata dia.
Penjualan lato-lato juga laris manis di platform belanja online. Di berbagai platform belanja online, harga lato-lato dibandrol mulai dari Rp3.000-an sampai Rp12.000. Baru-baru ini Tokopedia merilis penjualan lato-lato peningkatannya sampai 57 kali lipat saat momen pergantian tahun.
"Di Tokopedia, penjualan mainan lato-lato melonjak hampir 57 kali lipat saat momen pergantian tahun 2022-2023,” kata Head of External Communications Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya dalam keterangan resminya, Jakarta, Rabu (4/1).
Asal-Usul Lato-Lato
Sebenarnya permainan ini dari Amerika Serikat dengan banyak nama. Ada yang menyebut clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, atau clankers. Namun semua nama tersebut merujuk pada satu benda yakni dua bola yang dihubungkan dengan dua utas tali. Cara memainkannya pun hanya menggoyang-goyangkan sampai menimbulkan bunyi khasnya tek-tek atau nok-nok.
Di negara asalnya, lato-lato ini muncul ada tahun 1970-an. Saking populernya, mainan ini pun menyebar ke berbagai provinsi kecil di Italia Utara, Calcinatello. Kemudian menyebar ke berbagai negara dunia dan sampai di Indonesia.
Saking digemari masyarakat, New York Times menerbitkan catatan pada Agustus 1971 yang menunjukkan adanya kejuaraan dunia clackers. Permainan ini dianggap sebagai salah satu cabang olah raga karena membutuhkan ketangkasan dan keterampilan khusus untuk memaninkannya.
Di Indonesia, lato-lato ini mulanya dikenal dengan nama katto-katto. Sebuah permainan tradisional anak-anak di Makassar, Sulawesi Selatan. Permainan ini dikenal sejak tahun 1970-an sampai era tahun 2003. Pasca tahun 2003, permainan ini pun menghilang dari ragam permainan anak-anak.
Fenomena Lato-Lato di Berbagai Negara
Di Brazil permainan lato-lato memiliki nama bate-bate atau teco-teco. Permainan ini telah dimainkan oleh anak-anak Brasil pada era 1960-an sampai 1990-an. Setelah redup, permainan dini kembali digemari di tahun 2012. Lato-lato populer terutama anak-anak sekolah walau saat itu telah menjadi era perkembangan dari permainan video.
Kala itu, kemunculan bate-bate cukup membuat pedagangan mainan terkejut. Sebab dagangannya cepat habis, 100 mainan bate-bate habis dalam waktu kurang dari 5 jam. Harganya yang murah juga membuat permainan ini digemari dan mudah ditemukan di kios-kios.
Katto-katto dikaitkan mirip dengan bolas, senjata berburu yang digunakan oleh para gaucho Amerika Selatan. Katto-katto digunakan dengan cara dilempar dan akan mengikat pada kaki atau bagian yang diinginkan dari hewan buruan.
Pada Agustus 1971, Italia menyelenggarakan kejuaraan dunia katto-katto pertama yang diadakan di Desa Calcinatello, dekat kota industri utara Brescia. Perlombaan ini diselenggarakan oleh mantan petinju dan pastor paroki, menarik penggemar katto-katto dari seluruh negeri Italia.
Selain tuan rumah Italia, lomba ini diikuti peserta dari Belanda, Prancis, Belgia, Kanada, Swiss, dan Inggris. Setelah kompetisi yang menegangkan dan memekakkan telinga, Gualtiero Panegalli, seorang restorer furnitur berusia 19 tahun asal Italia, menjadi juara katto-katto dunia pertama. Tidak ada piala atau medali untuk para pemenang, tetapi hadiahnya termasuk claret lokal, salami, domba hidup, ayam, keju, dan sekeranjang buah.
Permainan ini juga sempat menjamah Argentina di tahun 1980-an. Sebagian masyarakat Argentina keluar rumah memadati dekat sudut-sudut jalan atau trotoar untuk menonton turnamen dan kompetisi katto-katto. Beberapa institusi turut terlibat mensponsori juga perusahaan-perusahaan besar, program televisi, dan bahkan sekolah. Semuanya mengelilingi di sekitar arena kejuaraan katto-katto.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya