Lelang Amburadul Jadi Penyebab Rendahnya Harga Karet di Sumsel

Merdeka.com - Harga karet di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) masih belum stabil alias rendah. Salah satu penyebabnya adalah sistem lelang yang belum baik.
Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengungkapkan, selama ini sistem lelang yang dilakukan masih secara bergantian. Alhasil, harga karet yang dipatok tidak satu harga, bahkan jauh dari harga di pasaran dunia.
"Sistem lelang belum baik. Seharusnya lelang dilakukan secara besar-besaran dalam satu hari, dengan harga yang sama sehingga para pembeli pun turun langsung ikut lelang," ungkap Rudi, Jumat (15/3).
Dalam situasi itu, kata dia, pengusaha asal Jambi, Riau, dan Medan datang ke Sumsel untuk membeli karet dengan harga murah. Oleh karena itu, pihaknya berencana menerapkan pelelangan terpusat di 177 Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang ada di 14 kabupaten/kota di Sumsel.
"Kami ingin petani karet kembali bergairah melalui sistem lelang yang baru ini," kata dia.
Rudi menambahkan, harga karet di Sumsel tertanggal 15 Maret 2019 masih terbilang rendah. Untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen di harga Rp 17.975 per kilogram, KKK 70 persen Rp 12.583 kg, KKK 60 persen Rp 10.785 per kg, KKK 50 persen Rp 8.999 kg, dan KKK 40 persen berada di harga Rp 7.190 kg.
"Rata-rata petani di Sumsel menjual karet dengan kadar 40 dan 50 persen," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya