Lulusan Paket C, Pria ini Bisa Raup Belasan Juta Rupiah Setiap Bulan
Merdeka.com - PT Jakarta International Container Terminal (JICT) memiliki program Rumah Belajar yang konsisten memberikan edukasi dalam rangka memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan. Di rumah belajar ini, masyarakat diajarkan untuk mandiri usai menyelesaikan paket penyetaraan.
Koordinator program Rumah Belajar dari Yayasan Jala Samudra Mandiri, pengelola yang mendapat amanat JICT untuk menjalankan program Rumah Belajar, Zainal Abidin, menjelaskan, selain program kesetaraan mata pelajaran umum, di tempatnya juga terdapat berbagai program keterampilan praktis.
Program ini bertujuan agar anak didik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, bisa menjadi lulusan yang mandiri selain siap untuk meneruskan pendidikan ke tahap selanjutnya.
-
Bisnis sampingan apa yang dijalankan Arif? Mulai dari jualan kue sus kering, pengharum mobil, dan kini parfum serta pengharum ruangan.
-
Dimana sekolah anak pengusaha itu? Dalam video tersebut, Hilman Gumilar ditemani sang istri dan sopirnya datang ke sekolah sang anak bernama Boy untuk berkunjung. Sang anak yang saat itu sedang menempuh pendidikan SMA di sebuah sekolah berasrama yang sangat mewah.
-
Bagaimana caranya santri bisa jadi pengusaha? Hendi menjelaskan bahwa proses pengadaan pemerintah saat ini sudah tidak rumit seperti yang dikira banyak orang. Hal itu karena LKPP saat ini mendorong metode E-Purchasing untuk bisa dikedepankan. 'Cara untuk menayangkan produk di E-Katalog hanya dua tahap saja, cukup minta akun di LPSE setempat untuk login di portal e-Katalog terus tinggal menayangkan produk yang mau ditawarkan lalu kasih harganya. Intinya jika ingin menjadi santripreneur harus semangat, karena peluangnya terbuka lebar sekali,' katanya.
-
Apa usaha yang sukses dijalankan Fitri? Fitri dan suami memulai usaha peyek belut pada tahun 2005.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Bagaimana Jhony Saputra mencapai kesuksesan? Keluarganya memiliki reputasi kuat di daerah tersebut karena prestasi finansial yang luar biasa. Ayahnya dihormati sebagai tokoh berpengaruh di Kalimantan.
"Di Rumah Belajar JICT terdapat program keterampilan perakitan dan reparasi komputer, pengolahan gambar dengan program Photoshop, keterampilan menyablon, hingga pelatihan wirausaha yang mendorong siswa untuk menjual produknya kepada masyarakat," kata Zainal dikutip Antara, Minggu (19/5).
Zainal menerangkan, Yayasan Jala Samudra Mandiri kini mengelola 3 Rumah Belajar JICT yang berlokasi di Kecamatan Koja, Cilincing dan Tanjung Priok, seluruhnya di Jakarta Utara, dengan ditenagai oleh 8 tutor di setiap unitnya. Fasilitas yang tersedia pun lengkap tersedia seperti ruang kelas, meja belajar, papan tulis, alat tulis, plus 10 unit computer yang bisa dipakai praktik siswa serta berbagai peralatan pelajaran keterampilan maupun buku pelengkap mata pelajaran umum.
"Fasilitas kita bisa lengkap karena seluruhnya dibiayai JICT. Kita sekarang mengelola 3 Rumah Belajar dan 15 kelas jauh. Sejak berdiri di 2007, total sudah 7 ribu lebih penerima manfaat Rumah Belajar JICT," imbuhnya.
Salah satu murid, Arifin Effendi mengatakan di rumah belajar ini dia mengikuti program penyetaraan Kejar Paket C (SMA), hingga akhirnya dia menjadi pengusaha sablon dan percetakan usai meraih ijazah SMA. Dengan ketekunannya memproduksi aneka produk berbasis sablon seperti kaus, mug, hingga topi, dia sukses meraup omset hingga belasan juta rupiah setiap bulan.
Arifin pun tanpa ragu terus mengembangkan sayap bisnisnya. Melihat banyaknya pesanan produk cetakan yang datang, dirinya pun mengembangkan lini produknya ke produk percetakan seperti neon box, stiker, brosur, surat undangan dan lain sebagainya.
"Saya pikir kalau tidak diambil peluangnya, sayang sekali," ujar anak sulung dari 5 bersaudara kelahiran Koja, Jakarta Utara, 7 Juni 1995 itu.
Dia mengaku sempat tak percaya diri belajar di Program Paket C, bukannya di SMA formal seperti teman-temannya yang lain. Namun, suasana belajar yang demikian nyaman, pembawaan tutor-tutor (guru) yang akrab hingga atmosfir kekeluargaan yang kental di Rumah Belajar JICT Koja membuat perasaan negatif itu hilang tanpa bekas.
Kreativitasnya pun tersalurkan di Rumah Belajar JICT Koja, lantaran di sana juga mengajarkan program keterampilan, selain program kesetaraan mata pelajaran umum seperti lazimnya yang diajarkan di sekolah formal. Seperti kebanyakan milenial, dia juga memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produknya dengan membuka Facebook Fan Page dengan akun Percetakan Sablon dan akun Instagram dengan akun Percetakan Sablon GFI.
Posting produk yang rutin dilakukan Arifin pun berbuah manis. Kini Facebook Fan Pagenya telah memiliki 5.795 followers dan akun Instagramnya memiliki 6.700 followers. Tak lupa jalur ‘darat’ tetap ditempuhnya dalam mempromosikan jasanya.
"Saya sering menyebar brosur ke umum. Saya bikin brosur jadwal buka puasa dan imsak lalu sebarkan di masjid. Di bawah brosur saya cantumin nomor WA, akun FB dan Instagram. Saya sering juga buat meme kalimat motivasi yang bisa dibagikan di medsos dan WA. Sama, saya cantumin juga nomor WA, FB dan IG saya di bawahnya," jelasnya.
Dengan tekad kuat yang disertai dengan kerja keras Arifin pun kini mantap berbisnis sablon dan percetakan. Kunci sukses bisnisnya menurutnya adalah berani lelah, berani malu, dan berani ambil risiko.
Kini, rasa minder yang dulu menyelimutinya telah berganti dengan kebanggaan. Dirinya mengaku bangga bisa berbisnis, tak kalah dengan lulusan SMA formal. Tak lupa dirinya berterimakasih kepada Rumah Belajar JICT Koja yang telah membuka jalan bagi bisnisnya saat ini.
Semangat Arifin untuk terus mengembangkan bisnisnya pun terus membara. Ke depan dirinya berencana memasuki bisnis konveksi. Diakuinya saat ini dirinya tengah mengumpulkan modal untuk membeli mesin jahit, bordir, mesin potong dan lainnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Orang tuanya tidak cukup nyaman untuk dijadikan tempat berkeluh kesah.
Baca SelengkapnyaOrang sukses tak hanya berasal dari pekerja kantoran dengan jabatan tinggi.
Baca SelengkapnyaPanji mulai menyadari efek buruk tidak serius sekolah. Ia sulit mendapatkan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaAjang menyadari bahwa gengsi tidak akan membuatnya sukses.
Baca SelengkapnyaDi usia muda, bahkan pria ini bisa meraup penghasilan lebih besar dari pada para pekerja kantoran.
Baca SelengkapnyaFatah Hasan (20) mengaku belajar membuat kerajinan dari sosok ayahnya.
Baca SelengkapnyaTak ada keraguan bahkan gengsi dari wanita tersebut saat dirinya selalu menemani suaminya bekerja.
Baca SelengkapnyaMemulai usaha tak harus menunggu lulus kuliah. Pemuda asal Tulungagung, Jawa Timur ini bertekad memiliki penghasilan sendiri sedini mungkin.
Baca SelengkapnyaAlfa memiliki perjalanan hidup yang menarik dibanding dengan anak seusianya.
Baca SelengkapnyaAda rahasia khusus yang ia bocorkan bagaimana usahanya bisa sukses. Paling awal, ia menyebut jika salat jadi salah satu pembuka pintu rezekinya.
Baca SelengkapnyaIde untuk berjualan karena dia ingin memiliki uang jajan tambahan tanpa harus meminta kepada orang tuanya.
Baca SelengkapnyaDengan luas tanah yang dia miliki 1,5 hektare, Ujang mampu mendapat keuntungan mencapai Rp300 juta sekali panen.
Baca Selengkapnya