Masih Sedikit Perusahaan Terapkan ESG, Ini Buktinya
Pendanaan untuk perusahaan terapkan ESG masih sangat minim.
Direktur Kepatuhan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BRI, Achmad Solichin Lutfiyanto, menyoroti penerapan standar pengelolaan perusahaan berbasis enviromental, social and governance (ESG) yang belum menyeluruh. Pasalnya, banyak perusahaan masih berpatok pada aspek hijau atau lingkungan dalam penerapan ESG.
"Sehingga karena memahaminya seperti itu, hampir semua forum ESG yang dibahas duluan adalah aspek environment. Jadi seolah-olah kalau kita tidak bicara yang hijau-hijau, kita tidak ESG. Sebaliknya, kalau kita bicara yang hijau-hijau, kita seolah-olah ESG," ujar Solichin dalam sesi media briefing Kementerian BUMN di Gedung Sarinah, Jakarta, Kamis (12/9).
Mengutip mantan Gubernur Sentral Bank Perancis, ia mengatakan, ESG semestinya dimaknai berkebalikan sebagai GSE. Sehingga urusan governance alias tata kelola bisa dikedepankan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia.
"Mungkin kalau di negara maju governance sudah tidak jadi isu lagi yang bisa mengedepankan praktik governance dengan baik. Tapi kalau di Indonesia, kita tahu lah, governance masih jadi isu di kita. Sangat relevan kalau kita bicara governance dulu," ungkapnya.
Kedua, ia melanjutkan, aspek sosial hingga kapan pun akan jadi isu utama di negara berkembang seperti Indonesia. "Bukan berarti saya mengabaikan isu itu, tapi terkait enggak dengan aspek sosial. Jadi menurut saya yang pas di Indonesia kita fokus di governance, sosial, baru environment," imbuhnya.
"BRI melakukan hal yang sama. Makanya kalau kita bicara ESG, yang dibangun dulu governance-nya. dibangun dulu divisi yang urusin ESG. Aspirasinya mau ke mana. Kalau ini mau jalan, impact sosialnya seberapa besar," terang Solichin.
Solichin lantas merujuk pada portofolio pendanaan berkelanjutan yang telah dikeluarkan BBRI, di mana hanya kurang dari 20 persen yang mengarah ke green financing.
"Jadi kalau kita bicara portofolio BRI, dari Rp 1.000 triliun lebih, itu hampir Rp 700 triliun adalah sustainable loan. Hanya kalau bicara khusus green-nya saja, angkanya hampir sekitar Rp 90 triliun," jelas dia.
Capaian BRI Terapkan ESG
BRI sendiri telah mengadopsi ESG sejak 2013. Bank pelat merah ini juga telah mendapat pengakuan ESG dari tiga lembaga rating internasional untuk kategori low risk, yakni dari Sustainalytics, MSCI, dan S&P Global.
"Sekarang banyak orang bicara ESG, tapi ukurannya apa? Green financing itu adalah bagian kecil sekali dari kita bicara ESG. Kalau kita mau mengklaim implementasi ESG sesungguhnya, itu dasarnya adalah lembaga rating yang kredibel di internasional," ungkapnya.
Hal senada diutarakan ekonomi Ryan Kiryanto, bahwa entitas bisnis yang telah laksanakan ESG semuanya mencerminkan peringkat risiko. Dimana skornya semakin rendah, maka risiko bank itu akan low risk.
Menurut dia, perusahaan yang sukses mencapai ESG juga nantinya akan banyak diincar oleh para investor di pasar modal. Itu dibuktikan dengan harga saham BBRI yang terus melesat.
"Bank-bank atau perusahaan yang memiliki tingkat risiko rendah, efek dari penerapan ESG, itu biasanya sahamnya dicari-cari investor. Investor, pemodal, itu akan mencari-cari emiten yang sudah comply dengan prinsip ESG. Makanya kalau saham BRI terus naik enggak salah, karena ESG-nya memang sudah on the right track," tuturnya.