Masyarakat Tetap Butuh Mesin ATM Meski Aplikasi Mobile Banking Makin Canggih
Merdeka.com - Bank Indonesia mencatat nilai transaksi melalui mesin ATM di bulan Agustus 2022 sebesar Rp722,5 triliun atau tumbuh 34,72 persen (yoy). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan nilai transaksi uang elektronik dan digital banking di periode yang sama.
Nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp35,5 triliun atau tumbuh 43,24 persen (yoy). Kemudian nilai transaksi melalui digital banking sebesar Rp4.557,4 triliun atau mengalami peningkatan 31,40 persen (yoy).
Ekonom Permata Bank, Josua Pardede menilai tingginya nilai transaksi uang elektronik dan digital banking tidak bermakna kebutuhan masyarakat akan uang tunai berkurang. Sehingga di masa depan penggunaan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) akan ditinggalkan masyarakat.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Mengapa transaksi digital penting untuk ekonomi digital? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk digital ekonomi senilai 800 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp12.096,8 triliun.
-
Kenapa transaksi kartu kredit masih tinggi? Transaksi kartu kredit tetap tumbuh di tengah gempuran kemudahan kredit seperti layanan paylater. Berdasarkan data Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan Indonesia (SPIP) yang dirilis Bank Indonesia Kamis (18/1) nilai transaksi tunai kartu kredit pada November 2023 mencapai Rp34,356 triliun.
-
Apa itu Rupiah Digital? Rupiah Digital merupakan uang Rupiah yang memiliki format digital.
-
Kenapa sistem ini dinilai bisa menekan politik uang? Sistem proporsional tertutup dinilai mampu meminimalisasi politik uang karena biaya pemilu yang lebih murah dibandingkan dengan sistem proporsional terbuka.
-
Apa peran uang dalam kegiatan ekonomi? Uang sangat berpengaruh dalam masyarakat dan dianggap sangat mendukung aktivitas ekonomi dan sosial, sebagai turunan dari fungsi asli uang adalah sebagai alat tukar dan satuan hitung.
"Peningkatan transaksi digital banking tidak dapat diartikan sebagai berkurangnya kebutuhan akan uang tunai," kata Josua saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (13/10).
Peningkatan transaksi digital kata dia sebenarnya hanya memindahkan beragam fungsi lain dari mesin ATM yang salah satunya tempat pengambilan uang tunai. Transaksi digital banking cenderung diperkirakan meningkat dari sisi transfer dan pilihan digital bank yang semakin meluas.
"Hal ini sebenarnya hanya memindahkan fungsi ATM sebagai media pengambilan uang tunai yang lebih efisien," kata dia.
Namun tak dapat dipungkiri Josua, berbagai transaksi bank yang kini sudah bisa dalam genggaman melalui aplikasi mobile banking bisa mengurangi intensitas masyarakat menggunakan mesin ATM.
Hanya saja, meski digitalisasi kian meluas, namun kebutuhan ATM masih tetap perlu. Sehingga dia memperkirakan masa depan mesin ini nanti hanya untuk mengambil uang tunai. "Ke depannya ATM diperkirakan menjadi media pengambilan uang tunai saja," ungkapnya.
Apalagi keberadaan mesin ATM di luar Pulau Jawa masih dibutuhkan. Sebab penggunaan transaksi non tunai masih minim. "Sebagian besar transaksi, terutama di luar pulau Jawa masih didominasi oleh transaksi tunai," katanya.
Jumlah Transaksi di BRI
Sebagai informasi, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Aestika Oryza Gunarto mengatakan perkembangan transaksi digital nasabah BRI melalui aplikasi BRImo semakin meningkat.
Sampai akhir September 2022, jumlah transaksi finansial lewat aplikasi BRImo sudah naik 120,5 persen (yoy). Tak hanya itu, sales volume BRImo juga tumbuh 110,92 persen.
Data tersebut menunjukkan transaksi melalui aplikasi BRImo berkembang pesat. Bahkan mengalahkan transaksi di ATM BRI.
"Transaksi melalui ATM BRI masih tetap tumbuh positif, namun pertumbuhannya tidak sebesar pertumbuhan transaksi melalui BRImo," kata Aestika ketika dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (13/10).
Dia melanjutkan secara alami, peningkatan transaksi digital ini mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan mesin ATM. Intensitas nasabah bertransaksi di mesin ATM berkurang seiring berjalannya waktu.
Meski begitu, BRI menilai keberadaan mesin ATM tetap dibutuhkan masyarakat. Sebab masyarakat masih membutuhkan uang tunai dengan proses pengambilan yang cepat.
"Untuk saat ini BRI melihat keberadaan ATM masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia," kata dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Transaksi secara non tunai hanya dengan scan barcode QRIS pun merupakan kondisi yang lumrah.
Baca SelengkapnyaSetiap pecahan rupiah termasuk uang logam merupakan mata uang yang menggambarkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca SelengkapnyaDengan mesin ini, maka uang koin bisa tak lagi disepelekan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia kini mulai meninggalkan transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM.
Baca SelengkapnyaDompet digital semakin marak digunakan sejak pandemi COVID-19.
Baca SelengkapnyaBI menegaskan rupiah digital tidak akan menggantikan uang kertas dan koin yang ada saat ini
Baca SelengkapnyaKehadiran QRIS merupakan inisiasi dari Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Baca SelengkapnyaUang tunai rupiah merupakan alat transkasi yang sah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHal tersebut dipaparkan oleh Direktur Utama BRI Sunarso saat media gathering di BRILian Stadium, Jakarta (12/9).
Baca SelengkapnyaNilai transaksi digital banking mencapai Rp5.163 triliun.
Baca SelengkapnyaMenurut data Hippindo, transaksi digital seperti QRIS juga dapat meningkatkan jumlah transaksi terhadap para anggotanya.
Baca SelengkapnyaJelang Idul Fitri, banyak orang mulai menukarkan uang baru ke bank.
Baca Selengkapnya