Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menengok Dampak Mahalnya Harga Minyak Dunia ke Ekonomi Indonesia

Menengok Dampak Mahalnya Harga Minyak Dunia ke Ekonomi Indonesia Ilustrasi Migas. istimewa ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menilai, Indonesia cenderung masih aman dari ancaman krisis ekonomi yang mengancam. Namun, dia tak mau menutup diri, kenaikan harga minyak dan gas dunia tetap berpengaruh banyak terhadap kegiatan ekonomi domestik.

Utamanya yang dipicu akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang terus berlarut.

"Menurut saya indonesia tidak krisis. Bahwa kita harus berhati-hati iya, karena itu respons kita terhadap ekonomi global akibat perang Ukraina dan Rusia," ujar Bahlil di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Rabu (20/7).

Bahlil tidak mau menutup mata, masalah utama yang dihadapi negara akibat perang Rusia-Ukraina saat ini memang kenaikan harga minyak dunia.

"Problem kita memang adalah persoalan minyak. Kita itu punya kapasitas produksi cuman 705.000 barel per day, konsumsi kita 1,5 juta. Sekarang, harga minyak dunia di atas USD 100 per barel. Asumsi di APBN kita kurang lebih USD 68-70 per barel," paparnya.

Otomatis, kondisi ini mengganggu harga BBM yang dikeluarkan PT Pertamina (Persero). Bahlil bahkan tidak bisa memperkirakan, seberapa kuat pemerintah bisa menanggung subsidi untuk sejumlah jenis BBM seperti Pertalite yang harga keekonomiannya terus melonjak.

"Kalau kita tidak hati-hati, maka kita akan tekor dalam melakukan subsidi terhadap selisih harga BBM. Bahkan dalam beberapa kajian yang kami lakukan, kalau harga minyak dunia tidak turun dari USD 100, maka subsidi kita siap-siap bisa lebih dari Rp400 triliun. Ini berdampak pada kondisi yang tidak menguntungkan kita," ungkapnya.

Komoditas energi lain semisal gas juga mau tak mau turut terkena imbasnya. Pemerintah telah menggelontorkan anggaran tak kalah sedikit untuk mensubsidi barang semisal LPG 3 kg.

"Gas kita impor per tahun sekitar 6 juta ton, dan subsidi kita per tahun lebih dari Rp 70 triliun. Ini harus kita pikirkan bersama-sama," tegas Bahlil.

Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana

Sumber: Liputan6.com

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP