Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengupas Polemik Saat Mudik dalam Sebuah Buku

Mengupas Polemik Saat Mudik dalam Sebuah Buku Peluncuran Buku Mudik Minim Polemik. ©2019 Merdeka.com/Dwi Aditya Putra

Merdeka.com - Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman), Edo Rusyanto merilis buku terbarunya yang berjudul 'Mudik Minim Polemik' di Hotel Ibis Cawang Jakarta. Peluncuran buku ini pun dihadiri beberapa perwakilan dari Kementerian Perhubungan, Badan Transportasi Jalan Tol (BPTJ) dan juga stakeholder terkait.

Edo mengatakan latar belakang dari judul buku yang diangkat kali ini adalah berdasarkan dari pengalaman pribadinya. Menurut dia, setiap tahunnya selalu terjadi polemik pada saat mudik Lebaran.

"Buku ini saya kasih judul 'Mudik Minim Polemik' meskipun ada yang bilang pesimis kenapa bikin buku kayak gini," katanya dalam diskusi dan peluncuran Buku Mudik Minim Polemik, di Jakarta, Rabu (7/5).

Berangkat dari pengalaman, selama hampir 10 tahun Edo telah menjajal 3 transportasi ketika mudik. Mulai dari kendaraan bermotor, bus, hingga kapal ternyata masih ditemui berbagai persoalan.

"Saya coba naik motor di Semarang dan Yogyakarta seperti apa sih naik motor. Ternyata perjuangannya luar biasa menghadapi perjalanan lewat darat. Kemudian bus juga. Ternyata mudik itu memang tetap terjadi kecelakaan jumlah korban meninggal luar biasa," paparnya.

Untuk itu, kata Edo melalui peluncuran buku ini diharapkan ke depan persoalan pada saat mudik dapat diselesaikan. Terutama masih banyaknya jumlah korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas, yang rata-rata didominasi oleh pengendara motor.

"Negara ini kehilangan 80 orang hilang sia-sia di jalan raya itu anak-anak bangsa. Selama ini korban kecelakaan adalah usia produktif," katanya.

Kendati demikian, dia memandang saat ini langkah pemerintah dalam menekan angka kecelakaan tersebut sudah cukup baik. Terutama, dengan banyaknya program mudik gratis yang ditawarkan sejumlah kementerian hingga Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Mudik yang berlangsung selama 16 hari perhatian negara demikian kuat terhadap pengguna jalan dan secara umum kepada masyarakat. Maka saya berpikir jangan-jangan menurunnya angka kecelakaan itu karena stakeholder kompak perhatiannya juga serius. 2018 ada 62 BUMN menggerakan instrumen dengan upaya memindahkan penggunaan pribadi motor dengan menggunakan bus," sebutnya.

Oleh sebab itu, keseriusan pemerintah dalam menekan angka kecelakaan harus terus didorong. Jangan sampai perhatian khusus ini hanya diberikan pada saat momentum mudik saja, namun setelah itu tidak ada tindak lanjut dari pemerintah.

"Sebentar lagi supir angkutan diperiksa tensinya sebelum mudik. Mereka melakukan itu. Tapi setelah mudik tidak diperiksa lagi yang masih membawa puluhan nyawa di angkutan umum. Makanya saya minta pemerintah yang sudah menerapkan hal yang positif saat mudik juga diperiksa. Ada apa kok setelah musim mudik tidak dilakukan?" pungkasnya.

(mdk/azz)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP