Nusantara Satu, Satelit Indonesia Pertama dengan Teknologi HTS Berkapasitas Tinggi

Merdeka.com - Peluncuran Satelit Nusantara Satu oleh PT Pasifik Satelit Nusantara Satu (PSN), perusahaan telekomunikasi berbasis satelit swasta pertama di Indonesia tinggal menghitung hari. SpaceX telah merilis bahwa Satelit Nusantara Satu dijadwalkan meluncur pada 21 Februari 2019 di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, sekitar pukul 20.45 waktu setempat, atau 22 Februari 2019 pukul 08.45 waktu Indonesia bagian Barat (WIB).
Pada 19 Februari 2019 waktu Florida, telah sukses dilaksanakan uji static fire pada roket Falcon 9 untuk Satelit Nusantara Satu. Uji ini dimaksudkan untuk melihat kesiapan dari mesin, sistem pendukung misi di darat, serta tim peluncuran SpaceX dan SSL. Sebelumnya pada 16 Februari 2019, stage 1 dan stage 2 roket selesai ditempatkan ke TE (Transport Erector/ alat transport roket).
Pada 13 Februari lalu, tim PSN melakukan inspeksi Stage 1 dan Stage 2 roket Falcon 9 yang akan digunakan untuk peluncuran Satelit Nusantara Satu. PSN pun sempat menyaksikan proses dimasukkannya Satelit Nusantara Satu dan ride share SSVI1 dan SSV2 ke dalam fairing Falcon 9. Sehari setelahnya, satelit pun sudah berada di dalam fairing dan dalam proses penggabungan.
Nusantara Satu merupakan satelit Indonesia pertama yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dengan kapasitas hingga 15 Gbps. Teknologi HTS tersebut diyakini dapat memberikan layanan internet broadband dengan kapasitas jauh lebih besar dibandingkan dengan satelit konvensional yang saat ini ada di Indonesia.
Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ridwan Effendi mengatakan, keistimewaan teknologi HTS adalah dilengkapi oleh multiple beam. Dengan teknologi ini berarti satelit dapat mengagregasi beberapa lokasi sekaligus sehingga dapat menggabungkan kapasitas sehingga lebih besar.
"Fungsi satelit berteknologi HTS dengan satelit konvensional sebetulnya sama. Namun dengan adanya multiple beam ini membuat kapasitas bandwidth yang berada di satelit konvensional menjadi berkali-kali lipat atau multiple capacity," ujar Ridwan.
Satelit berteknologi HTS, menurut Ridwan, juga menggunakan indeks modulasi yang lebih tinggi dibanding satelit konvensional. Hasilnya, satelit menjadi lebih efisien dalam mentransmisi byte. Jadi perbedaannya, untuk suatu lebar pita tertentu satelit bisa mentransmisikan jumlah byte yang lebih banyak.
Satelit Nusantara Satu mengandalkan platform SSL-1300 140 dengan usia desain selama lebih dari 15 tahun ini memiliki 38 transponder C/Ext-C Band dengan cakupan meliputi wilayah Asia Tenggara. Selain itu, satelit ini juga memiliki 8 spot beam Ku-band dengan total kapasitas bandwidth mencapai 15 Gbps atau sekitar tiga kali lipat kapasitas satelit konvensional dengan cakupan seluruh wilayah Indonesia.
Satelit yang merupakan buatan Space System Loral (SSL), setelah meluncur akan menuju slot orbit 146° BT tepat di atas Papua, Indonesia. Lalu, satelit ini akan dikendalikan melalui Satellite Control Center yang berlokasi di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
Terkait peluncuran Satelit Nusantara Satu yang berlangsung dalam waktu dekat, Ridwan menyambut dengan positif. "Saya pikir baik sekali ya (peluncuran Satelit Nusantara Satu). Untuk Indonesia yang negara kepulauan, komunikasi satelit sangat penting. Memang broadband idealnya memakai fiber optik, tapi kan tidak semua daerah kepulauan di Indonesia bisa dijangkau," kata Ridwan.
Menurut Ridwan, meskipun satelit relatif lebih mahal, punya batas usia, butuh perencanaan yang panjang, serta memerlukan perjuangan untuk mendapatkan slot orbit, namun cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan komunikasi di Indonesia adalah dengan menggunakan satelit.
"Baik sekali jika PSN bisa memanfaatkan slot orbit 146° BT ini. Mudah-mudahan peluncurannya dapat berhasil dengan baik. Tinggal disiapkan kemudian segmen daratnya, karena membutuhkan perencanaan yang lebih matang," tutup Ridwan.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya