Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pajak cukai mahal, banyak pengusaha timbun barang di negara tetangga

Pajak cukai mahal, banyak pengusaha timbun barang di negara tetangga Ilustrasi Ekspor Impor. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi mengatakan banyak pengusaha yang menimbun barang hasil impor di Singapura dan Malaysia. Hal ini disebabkan para pengusaha tersebut menilai pajak impor di Indonesia lebih mahal dari kedua negara tersebut.

"Saya dapat tantangan dari industri nasional terletak pada biaya penimbunan. Penimbunan dilakukan di dua negara. Satu di Singapura dan Malaysia. Bahan baku ditimbun di sana karena alasan sederhana, ada dua perbedaan antara ditimbun di Singapura dan Indonesia, kalau di Indonesia lebih mahal biaya pajak impor dan biaya masuk barang, sedangkan di Singapura tidak mahal, hanya biaya penyewaan lahan," ujar Heru Pambudi saat mengunjungi PLB Kapas di Cikarang Dry Port, Cikarang, Jumat (23/9).

Dengan adanya Pusat Logistik Berikat (PLB), pengusaha bisa menghemat biaya dan untung yang didapat akan lebih besar. Selain itu, pengusaha juga tidak perlu membayar pajak impor karena mengambil barang dari luar negeri.

Sebab, selama ini pengusaha membeli kapas di luar negeri dalam jumlah yang besar, sehingga biayanya menjadi besar. Salah satu PLB yang sudah aktif berjalan adalah PLB di PT Gerbang Teknologi Cikarang yang menerima komoditi kapas impor.

Menurut Heru, peresmian ini merupakan bukti berjalannya bagian dari 11 paket yang diresmikan pada 10 maret 2016. Saat ini sudah diberikan izin 24 PLB yang akan dibangun di Indonesia.

"Kalau dia (pengusaha) butuh stok kapas harus ambil sedikit demi sedikit dari Port Land, agar biaya masuk ke Indonesianya murah. Namun dengan adanya PLB di Indonesia ini, mereka tidak perlu bolak balik Port land ke Indonesia, dan melakukan penghematan biaya produksi," imbuhnya.

Dirjen Bea Cukai mengharapkan PLB juga bisa dikembangkan untuk komoditi pangan, perikanan dan sektor penerbangan. Mengingat, masih banyak komoditi yang belum tersedia di Tanah Air.

"Ada bahan pangan kedelai, ini tidak dianugerahi untuk tumbuh di Indonesia, ada gandum, bawang bombay, bawang putih dan komoditi kalau impor sendiri ke pelabuhan itu tidak bisa kontrol langsung, kalau di sini bisa diawasi, komoditi ini di impor dari mana, Mudah-mudahan ini bisa menjadi model baru," jelas Heru.

(mdk/sau)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP