Pedagang dukung Mendag Enggar pada polemik impor beras, ini alasannya

Merdeka.com - Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid menyayangkan polemik impor beras yang saat ini tengah hangat diperbincangkan. Menurutnya, kebijakan pemerintah untuk melakukan impor merupakan kesepakatan bersama, bukan sepihak dari Kementerian Perdagangan saja.
"Mendag (Enggartiasto Lukita) itu mempunyai keputusan untuk impor, impor itu kan bukan diputuskan sendiri sama pak Mendag kalau kita lihat dari pak Darmin Nasution (Menko Perekonomian), pak Mentan (Amran Sulaiman), dan Bulog yang ada itu yang saya lihat," kata Zulkifli saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Rabu (19/9).
Dia menilai, keputusan Kemendag untuk tetap melanjutkan impor 2 juta ton beras adalah tepat meski Bulog menentangnya. "Kami selaku pelaku pasar melihat dalam catatan saya, kalau Mendag itu mempunyai impor sekarang itu saya rasa boleh- boleh saja. Sebab kenapa? bapak Mendag itu tidak ingin terulang kembali kejadian yang tidak diinginkan di awal tahun 2016 dan di awal tahun 2018 kejadian yang barangnya itu tidak ada."
Dia menyatakan impor beras tetap harus dilakukan terlebih untuk mengantisipasi penurunan produksi dalam negeri di musim kemarau. "Jadi kalau menurut saya wajar-wajar saja bapak Mendag mempunyai impor stok bulog yang untuk menghadapi kemarau yang akan datang gitu."
Dia menjelaskan, beras impor bisa dijadikan senjata untuk mencegah kenaikan harga. "Harusnya pemerintah ini bisa memanfaatkan stok bulog yang ada, beras impor yang ada untuk mengamankan kenaikkan harga beras di pasaran."
Dia menilai saat ini semua pihak seolah menyalahkan Kemendag perihal impor berasa jutaan ton tersebut. "Nah tapi sekarang ternyata kan jadi polemik. Terlalu dipojokkan bapak Mendag kelihatannya, pak Mendag itu saya rasa dia ngambil kebijakan itu dia intinya jangan terjadi terulang kembali kejadian akhir taun 2017 awal taun 2018 barangnya surplus tapi tidak ada," ujarnya.
Dia mengungkapkan, polemik impor beras berawal dari adanya perbedaan data para pemangku kepentingan. Di mana, data Kementerian Pertanian menyebutkan stok beras surplus namun pada kenyataannya beras langka di pasaran dan harga melonjak naik.
"Masalahnya ini yang kita agak bingung nih sebenarnya beras ini dari dulu sampai sekarang sebenarnya kan tak ada masalah. Sekarang-sekarang ini saja yang bermasalah. Itu pengamat-pengamat mengatakan asal-usulnya yang fatal itu data tidak akurat di waktu tahun 2017 menjelang 2018, kan kejadiannya disitu. Dalam catatatnnya barang surplus, tetapi kenyataannya barangnya rak ada," ungkapnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya