Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemerintah percaya BI mampu antisipasi dampak kenaikan suku bunga The Fed

Pemerintah percaya BI mampu antisipasi dampak kenaikan suku bunga The Fed Menko Perekonomian Darmin Nasution. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen hingga 2 persen. Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cerah menjadi landasan bank the Fed untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan awal pada beberapa bulan mendatang. Diperkirakan akan ada dua kali kenaikan lagi pada tahun ini.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution berujar bahwa hal ini sebaiknya tidak ditanggapi secara reaktif terlebih dahulu. Dia menilai masih ada banyak aspek yang mesti dilihat terkait hal tersebut.

"Jadi kalau kita lihat Gubernur Bank Indonesia (BI) saat ini saya kira lebih responsif ya. Jadi kita biarkan mereka bekerja dulu," tuturnya di rumah dinas, Jalan Widya Chandra Nomor 17, Jakarta Selatan, Sabtu (16/6).

Menko Darmin menekankan bahwa dia percaya pada kinerja BI dalam menangani kenaikan The Fed tersebut. Oleh karena itu, dia menyarankan agar melihat situasi yang terjadi satu hingga dua minggu ini.

"Kita ada komunikasi, ini bukan sesuatu yang terjadi begitu saja, jadi ada diskusi. Jadi kita biarkan BI untuk kalkulasi, kita lihat satu hingga dua minggu ini," tandas dia.

Seperti diketahui, dalam kenaikan suku bunga pada Juni ini, the Fed mematok di kisaran 1,75 persen hingga 2 persen. Bank Sentral AS mengesampingkan janji sebelumnya bahwa mereka akan terus menahan suku bunga di kisaran rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Perekonomian sudah berjalan dengan baik," jelas Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell dalam konferensi pers usai Rapat Komite Pasar Terbuka (Federal Open Market Committee).

"Seluruh indikasi ekonomi menunjukkan perbaikan. data tenaga kerja, inflasi dan lainnya sesuai dengan perkiraan," jelas dia.

Ekspektasi ekonomi yang sudah baik menjadi pendorong Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga sebanyak 7 kali sejak 2015 lalu.

Langkah antisipasi BI

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyebutkan BI tidak bisa diam saja dan akan segera menerapkan kebijakan preemptive untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia terutama stabilitas nilai tukar Rupiah.

"Jangan hanya menunggu anginnya itu datang kita sudah mengantisipasi ya bahwa kita tidak akan menunggu The Fed nya akan naik 4 kali, kita sudah tahu probabilitas kenaikan 4 kali kan sudah lebih dari 50 persen. Jangan nunggu kemudian cari selimut, kita harus sediakan selimut," ujarnya.

Perry mengungkapkan ancang-ancang kenaikan suku bunga oleh The Fed akan dibahas pada Rapat Dewan Gubernur edisi bulan Juni. "Siap untuk dibahas dalam RDG 27 sampai 28 Juni ya detilnya," jelasnya.

Adapun langkah preemptive yang akan diambil BI ada beberapa kemungkinan. Bisa dari sisi kebijakan suku bunga acuan maupun relaksasi kebijakan makroprudensial. Kebijakan akan diambil berdasarkan kondisi yang terbaru.

"Setiap pengambilan keputusan kan ada update lagi, terus memperbarui informasi - informasinya," jelas Perry.

Kebijakan preemptive tersebut bertujuan untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak dari eksternal yaitu kenaikan suku bunga AS. Kebijakan yang diambil nantinya untuk menjaga stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai Rupiah.

"Itu yang terus saya ingin tekankan di situ. Dalam RDG yang akan datang kita akan membicarakan itu langkah-langkah preemptive itu termasuk kemungkinan kenaikan suku bunga."

Reporter: Bawono Yadika

Sumber: Liputan6

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP