Penataan PKL Perlu Kehati-hatian Cegah Turbulensi Ekonomi

Merdeka.com - Peran Pedagang Kaki Lima (PKL) di Indonesia terbilang cukup signifikan untuk perekonomian. Sebab, PKL masuk dalam sektor pekerjaan informal yang menjadi bantalan ekonomi jika terjadi krisis ekonomi.
Menurut Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati, sektor informal di Indonesia sendiri jumlahnya mencapai angka 56 persen. Maka dari itu, dalam menata PKL diperlukan kehati-hatian agar tak terjadi turbulensi ekonomi.
"Selama pemerintah belum mampu meningkatkan sektor-sektor formal, maka sektor informal termasuk PKL ini menjadi salah satu penyokong perekonomian masyarakat kelas bawah gitu," ujarnya saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (28/8).
Dia menyarankan pemerintah provinsi DKI Jakarta memberikan lokasi baru yang laik untuk mewadahi proses relokasi PKL. Selain itu, penataan perlu dibuatkan peta waktu agar bisa dilakukan secara bertahap.
"Jadi tidak mengganggu ekonomi juga. Kalau mereka (pekerja informal) langsung tidak punya pekerjaan dan di PHK secara massal, ini akan berdampak pada daya beli masyarakat," tambahnya.
Rencananya, Dinas Bina Marga Pemprov DKI Jakarta akan melakukan revitalisasi trotoar yang dijadikan tempat berdagang para PKL. Nantinya, para PKL akan digusur dan direlokasi ke tempat yang lebih laik.
Sebanyak 31 trotoar yang terintegrasi dengan moda transportasi umum, seperti MRT, LRT, KRL, dan halte Transjakarta akan direvitalisasi. Revitalisasi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan pada pejalan kaki ketika menuju stasiun atau halte.
Enny juga menuturkan bahwa dalam melakukan tata kota harus konsisten dan disiplin. Ketika melakukan revitalisasi trotoar ini, pastikan bahwa para PKL tidak akan kembali lagi saat tidak diawasi oleh petugas.
"Kalau kita mau menata tata kota yang rapi, sesuai dengan peruntukannya, ya memang untuk trotoar itu bukan untuk PKL. Sementara itu, revitalisasi harus konsisten dan disiplin. Bukan main kucing-kucingan. Ketika tidak ada petugas, PKL akan datang lagi," ujarnya.
Selain itu, dalam merelokasi para PKL ini dia mengingatkan untuk memastikan bahwa mereka dipindah ke tempat yang terjangkau oleh pembeli. Tak hanya itu saja, biaya sewa di tempat baru nanti juga harus kompetitif bagi para PKL.
"Yang utama ketika relokasi PKL itu tentu juga lokasinya yang terjangkau oleh pembeli. Kalau terjangkau itu sebenarnya tergantung sih ya. Lalu, lokasi baru itu nantinya tidak memberatkan PKL. Kalau harga sewanya terlalu tinggi dan sebagainya akan jadi tidak kompetitif," tuturnya.
Reporter Magang: Rhandana Kamilia
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya