Pertamina Target Pembayaran Seluruh SPBU Gunakan Non Tunai di 2020

Merdeka.com - Direktur Pemasaran Ritel PT Pertamina, Mas'ud Khamid, mengatakan mulai 2020 pelayanan pembelian bahan bakar minyak (BBM) berbagai jenis di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) akan menggunakan transaksi non tunai. Hal ini merupakan salah satu bagian dari langkah digitalisasi SPBU.
Dia menjelaskan, pembayaran nontunai yang diberlakukan di SBPU bisa menggunakan layanan perbankan maupun uang elektronik. "Kami dorong transaksi di SPBU menggunakan non tunai. Apakah melalui akun bank atau 'e-money' atau LinkAja," kata Mas'ud seperti dikutip dari Antara, Selasa (24/12).
Dia mengungkapkan saat ini pihaknya terus berupaya untuk mengoptimalkan digitalisasi SPBU, agar dapat segera melayani transaksi secara non tunai. "Sekarang ini SPBU kami sedang tahap instalasi digital sehingga penjualan bisa dimonitor setiap waktu," ujarnya.
Pembayaran nontunai di SPBU ini ditargetkan dapat terealisasi pada akhir triwulan satu 2020 bersamaan dengan selesainya digitalisasi SPBU. Adapun saat ini penggunaan transaksi nontunai secara nasional baru sekitar 20-25 persen dan ini tentu masih sangat banyak tantangannya.
"Kami masih punya tantangan 75 persen lagi dan ini akan kami kejar, agar bisa menggunakan transaksi non tunai," ujarnya.
Dia menjelaskan pembayaran nontunai di SPBU memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya adalah semua proses transaksi dapat terdata secara tepat dan memudahkan Pertamina menyiapkan stok BBM sesuai produk yang diminati.
"Penggunaan non tunai ini supaya konsumen bisa kami data, tujuannya untuk memudahkan Pertamina menyiapkan stok dan menyiapkan produk yang sesuai," tutupnya.
5.850 SPBU Pertamina Ditargetkan Terapkan Digitalisasi di Juni 2019
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menargetkan seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berjumlah 5.850 outlet sudah menerapkan digitalisasi paling lambat pada Juni 2019. Ini untuk meningkatkan kepastian stok BBM di setiap SPBU dan mendukung program pengurangan transaksi nontunai (cashless).
"Sementara ini baru 350 SPBU yang sudah digitalisasi, nanti di akhir Maret ditargetkan 3.000 outlet sehingga semua harus selesai di akhir semester ini," kata Nicke di Palembang, dikutip Antara, Minggu (17/2).
Dia mengatakan melalui digitalisasi ini maka semua arus data masuk-keluar BBM di outlet-otlet SPBU seluruh Indonesia akan tercatat secara real time. Proses dilakukan dengan cara memasang perangkat digital pada kran penyaluran BBM ke kendaraan (nozzle) sehingga jumlah BBM yang terjual dapat tercatat secara akurat.
Data ini akan terhubung ke pusat data Pertamina sehingga SPBU yang sudah minim stoknya akan terpantau secara otomatis. Sehingga, bagi Pertamina ini akan menjadi peringatan untuk segera dilakukan pengiriman.
Dengan begitu, pelayanan ke masyarakat akan semakin meningkat karena potensi terjadinya kelangkaan BBM hingga menyebabkan atrean akan berkurang. "Selain itu masalah keamanan, karena selama ini banyak pembayaran cash di SPBU. Dengan adanya digitalisasi ini maka akan lebih aman," kata dia.
Sementara itu, Menteri BUMN Rini Soemarno dalam mengatakan adanya data real time penjualan BBM dan tangki penyimpanan akan memudahkan pemerintah dalam mengambil keputusan berapa banyak harus mengimpor minyak.
"Saat stok di kilang kita menipis, tentunya harus impor. Dengan adanya data ini, kita tidak impornya kelebihan atau kekurangan sehingga masyarakat akan selalu tersedia BBM-nya di mana pun berada," kata Rini.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya