Produsen soal Polemik Minyak Goreng: Gejala Awal Semenjak Harga CPO Mahal

Merdeka.com - Produsen minyak goreng, PT Bina Karya Prima (BKP) menyebut bahwa kondisi perdagangan minyak sawit mentah atau CPO menjadi salah satu indikasi mahalnya harga minyak goreng.
CEO BKP, Fenika Widjaya menyatakan, pihaknya yang berada di bagian rafinasi dan produksi minyak goreng tidak bisa menyimpulkan lebih jauh, mengapa harga komoditas tersebut sempat langka dan kini mahal.
Namun, dia merasakan gejala awal ketika harga CPO mahal akibat adanya supercycle. Dia menilai, perdagangan minyak sawit mentah sudah condong arahnya ke seller market.
"Jadi penjual (CPO) mempunyai daya tawar yang lebih tinggi. Jadi kami (produsen minyak goreng) sedikit kesulitan untuk membeli CPO," ungkap Fenika dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (24/3).
"Kalaupun itu ada, harga bisa lebih tinggi dari pada harga tender KPB (PT Kharisma Pemasaran Bersama). Itu yang kami rasakan awalnya," dia menambahkan.
Fenika lantas melakukan rekapitulasi data pergerakan harga CPO, baik dalam proses tender di PT Kharisma Pemasaran Bersama maupun di luar negeri.
"Kalau kami analisa, harga tender KPB dari mulai Juni-September 2021, itu ada kenaikan 49 persen. Itu linear dengan harga CPO luar negeri. Itu berimbas pada harga minyak goreng dalam negeri," sebutnya.
Dia pun memaparkan kendala yang dihadapi produsen minyak goreng saat skema harga eceran tertinggi (HET) dan kewajiban pemenuhan pasar domestik (DMO) bagi produsen CPO diterapkan. Menurutnya, mungkin kebijakan tersebut merupakan pola baru yang belum ada presedennya.
"Sehingga kami sedikit butuh extra effort untuk mencari kontributor yang bersedia berkolaborasi. Namun akhirnya cukup lancar," ujar dia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya