Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Saran untuk investor saat ramai perang dagang dan nilai tukar Rupiah merosot

Saran untuk investor saat ramai perang dagang dan nilai tukar Rupiah merosot Peluncuran IDX30. ©2012 Merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh level terendahnya secara year to date (ytd) pada Rabu kemarin. Indeks sempat mencatatkan penurunan ke level 5.593. Indeks sudah menembus level support kuat 5.600 dan membentuk support baru ke level 5.500.

Sentimen utama yang mempengaruhi indeks adalah sentimen eksternal seperti perang dagang. Selain itu, pelemahan Rupiah menjadi salah satu sentimen negatif bagi indeks.

Associate Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI), Lanjar Nafi menyarankan agar investor semakin cermat melihat arah pergerakan bursa sekaligus selalu update dengan perkembangan pasar.

Di tengah pelemahan indeks dan penguatan USD terhadap Rupiah, investor harus lebih memperhatikan dan mengurangi portofolio saham atau aset berisiko tinggi. Di mana aset tersebut sangat rentan dengan pelemahan nilai tukar yang mengakibatkan investor asing melakukan pengurangan porsi portofolio dan merealisasikan asetnya kembali pada mata uang USD guna menyelamatkan nilai asset mereka.

"Saham-saham emiten yang memiliki banyak utang dalam bentuk USD akan terkena imbas utama namun sebaliknya saham-saham emiten eksportir akan diuntungkan dengan terdepresiasinya Rupiah. Guna meminimalisir risiko, di tengah volatilitas harga saham, akan lebih bijak jika investor dapat membagi porsi saham dan masuk pada investasi reksa dana," jelas Lanjar.

Di tengah kondisi pasar volatile, investor bisa memperbesar porsi investasi di reksadana. Reksadana pendapatan tetap atau campuran, menurut Lanjar, cukup bijak dengan pemantauan dan pengelolaan manager investasi yang handal.

Agar imbal hasil investor lebih optimal, dia berharap agar pemerintah terus melakukan evaluasi kebijakan fiskal dan moneter. Dengan begitu, pasar akan kembali tenang dan investor semakin leluasa menanamkan dana.

"Di tengah IHSG yang terus tertekan akibat terdepresiasi Rupiah yaitu dengan mengadakan terus evaluasi kebijakan moneter lebih agresif lagi pada suku bunga, kebijakan perbankkan hingga intervensi nilai tukar," jelas Lanjar.

Melihat pertumbuhan kredit telah menginjak double digit di level 10,26 persen (YoY) bulan Mei lalu dan inflasi yang stabil di angka 3 persen, harusnya pemerintah dapat lebih agresif dalam mengevaluasi kebijakan moneter.

Nah, dalam situasi pasar volatile, Lanjar menyarankan agar strategi investasi jangka pendek atau trading pada saham-saham yang telah turun cukup dalam dan saham-saham yang terkena imbas sentimen positif dari kebijakan moneter pemerintah meskipun sifatnya jangka pendek sebagai peredam pelemahan. "Saham-saham perbankkan seperti BMRI, BBRI, BBTN dan BBNI dan saham-saham property konstruksi seperti BSDE, ASRI, WIKA dan PTPP," katanya.

Terakhir, dari dalam negeri, selalu cermati kebijakan dari bank sentral. Seperti prospek suku bunga lanjutan Bank Indonesia yang dijanjikan mengalami tren penguatan hingga akhir tahun, merefleksikan baiknya data pertumbuhan kredit pada awal tahun guna menahan aksi jual investor asing.

"Dari luar negeri, kebijakan AS dalam tarif impor barang-barang China dan Eropa hingga pertumbuhan ekonomi AS yang lebih cepat," tegasnya.

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Sriwidjaja Rauf, menambahkan, selain sebagai underwriter dan broker, RELI juga memiliki izin sebagai agen penjual reksadana. "Masyarakat yang ingin berinvestasi reksadana dapat datang ke kantor cabang RELI yang ada di berbagai daerah. Di sana, masyarakat dapat bertanya seputar produk-produk investasi," ujar Sriwidjaja.

Sriwidjaja menambahkan, RELI menjual beragam produk reksadana yang bisa dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Tentu saja, RELI juga menjual produk reksadana yang dikeluarkan PT Reliance Manajer Investasi, antara lain reksadana Reliance Saham Syariah, Reliance Dana Saham, Reliance Dana Terencana dan Reliance Cerdas Terencana,

Dalam berinvestasi, seperti reksadana, pastikan dan tentukan tujuanya, karena akan menentukan produk reksadana seperti apa yang harus dimiliki. Tujuan berinvestasi juga harus mencakup jangka waktu berapa tahun akan berinvestasi.

Juga, ketika hendak berinvestasi saham, pahami dan pelajari dulu produk yang akan dibeli. Pastikan juga, apakah produk tersebut mempunyai legalitas yang telah disetujui oleh pihak otoritas baik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bursa Efek Indonesia.

Kemudian, cari informasi secara lengkap, perusahaan yang menjual produk investasi tersebut. Jangan sungkan, untuk tanyakan langsung ke OJK maupun BEI. Posisikan sebagai investor cerdas. Selalu pelajari dan pahami produk (saham) yang akan dibeli secara fundamental maupun teknikal. Cara terakhir, pelajari juga karakter diri sendiri. (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP