Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sebelum Pandemi, Menkeu Sri Mulyani Sebut Defisit APBN dalam Tren Penurunan

Sebelum Pandemi, Menkeu Sri Mulyani Sebut Defisit APBN dalam Tren Penurunan Sri Mulyani. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sejak tahun 2017 pemerintah selalu disiplin dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Realisasi defisit APBN terus menurun sejak 2017 yang sebesar 2,5 persen dari PDB menjadi 2,2 persen pada 2019.

"Realisasi defisit APBN cenderung menurun dari 2,51 persen terhadap PDB di tahun 2017 menjadi 2,2 persen pada 2019," kata Menteri Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR-RI tentang RUU P2 APBN TA 2020 di Kompleks DPR-RI, Jakarta, Selasa (7/9).

Bahkan lanjut Menteri Sri Mulyani, tahun 2020 sebelum terjadi pandemi Covid-19, defisit APBN direncanakan hanya 1,76 persen dari PDB. Menurutnya, rencana ini menjadi defisit APBN yang paling rendah selama 5 tahun terakhir. Kemudian rasio utang di tahun yang sama juga direncanakan hanya 2,79 persen PDB.

"Artinya APBN yang relatif normal terus dijaga agar sehat dengan tingkat kesinambungan yang tepat dijaga," kata dia.

Pandemi Buat Rencana Berubah

Hanya saja, pandemi yang datang di awal tahun membuat rencana tersebut malah tidak terealisasi. Penerimaan negara dari sisi pajak maupun bukan pajak anjlok. Sementara belanja negara melonjak signifikan karena untuk mendanai penanganan Covid-19 dan dampaknya.

Pemerintah pun terpaksa kembali memperlebar defisit APBN untuk mendanai kebutuhan masyarakat. Lewat Undang-Undang Nomor 2 tahun 2020, pemerintah diberi keleluasaan untuk memperluas defisit APBN sampai tahun 2022. Pelebaran defisit pun dilakukan pada tahun 2020 sebesar 6,1 persen. Lalu di tahun 2021 dan di tahun 2022.

"Tahun 2021 ini melanjutkan upaya yang dilakukan tahun 2020 dan terus berlanjut di tahun 2022," kata dia.

Pelebaran kebijakan fiskal ini harus difokuskan pada sektor kesehatan, bantuan sosial dan pemulihan ekonomi nasional. Beban berat APBN ini pun memerlukan perencanan dan penganggaran yang harus makin reaktif dan prudent. Terutama ke depan Indonesia akan dihadapkan pada kondisi pasar keuangan yang terus dinamis dan terjadinya tapering di Amerika Serikat.

Untuk itu, strategi yang sedang dirancang yakni dengan membuat sumber pendapatan APBN yang baru. Tujuannya untuk melindungi masyarakat dalam proses pemulihan ekonomi. Agar biaya APBN ekonomi, efisien dan berkelanjutan untuk fiskal jangka panjang.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP